Read More >>"> MONSTER (BAB 8) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - MONSTER
MENU
About Us  

Hari selanjutnya, setelah secara paksa diseret mengantar Nana ke bandara, William teringat tentang perlakuannya pada Gress tadi malam. Bukan ia merasa buruk dan bersalah, tapi lebih pada perasaan takut jika Gress akan berpikiran macam-macam, marah, dan kemudian memutuskannya. William tidak bisa membayangkan itu. Ia belum puas memanfaatkan Gress, terlebih ia juga belum menemukan pengganti Gress. Maka, satu-satunya jalan adalah dengan memperbaikinya. Berlagak salah dan kemudian menjadi pribadi manis. Tentu saja, semua perempuan suka pria seperti itu.

                Agar aksinya lancar, William tak segera keluar dari mobilnya yang parkir di depan fakultas. Ia sengaja menunggu Gress datang. Sayangnya, lama ia menunggu, bukannya Gress yang datang, justru Beni dengan segerombolan wajah-wajah tak ia kenal yang justru didapati. Beni terlihat sedikit marah, sedangkan gerombolan di depannya terus mengerubunginya. William penasaran, jadi ia turunkan kaca mobil dan menguping diam-diam.

                “Aku tidak pernah suka kata kalah. Tapi aku jauh lebih benci dengan orang yang tak bisa mengontrol mulutnya sendiri” ujar salah satu dari serombolah itu yang sepertinya sang ketua.

                “Tapi faktanya aku lebih hebat darimu. Tim ku menang dan timmu kalah”

                “Kauuu”

                Gerombolan itu menyudutkan Beni dan sudah bersiap melayangkan tinju dengan mengepalkan tangan. William tidak bisa melihat itu, jadi ia memutuskan untuk keluar dan memanggil Beni. Semuanya tampak bingung, tapi Beni dengan cepat menerobos gerombolan itu dan merangkul William.

                “Hey, Will. Kau sudah datang? Ayo, kita tidak boleh terlambat” seru Beni cukup keras dengan menariknya kembali masuk ke dalam mobil sehingga gerombolan itu tak lagi bisa mendekat.

                Di dalam mobil, Beni langsung menghela nafas panjang. Ia bergumam panjang lebar mengumpati gerombolan itu. Ia bahkan hampir tersedak saat minum air putih yang selalu dibawa William. William sendiri hanya menatap Beni sebentar sebelum memalingkan wajah.

                “Seharusnya kau mengumpat di depan mereka, bukan di depanku” tegur William.

                “Ck, bagaimana mungkin aku mengumpati mereka langsung? Kau tidak lihat tubuh pasukannya. Aihhhh, hanya membayangkan mereka menghajarku saja sudah tak sanggup, ck”

                “Kau membuat masalah?”

                “Tidak. Mereka hanya tidak terima jika timnya kalah dipertandingan terakhir. Mereka itu hanya gerombolan yang tidak mau mengakui kalau aku ini hebat dan mereka berada dibawahku. Lagipula, bagaimana mungkin mereka mengalahkan sang pemain terbaik ini. Gila”

                Beni terus berceloteh panjang lebar dengan membanggakan dirinya. William hanya diam. Itu adalah sifat Beni yang paling tidak ia suka. Menjadi pengecut di belakang dengan hanya meremehkan lawannya dengan kata-kata yang tak pantas. Sama sekali bukan gayanya.

***

                Dua hari lagi adalah ulang tahun William. Sifat William yang sangat teliti terhadap hal-hal kecil membuat Beni selalu kesusahan memberi kejutan. Setiap tahun, ia selalu putus asa dan memilih merayakan tanpa adanya kejutan. Beni hanya akan mengiriminya pesan ucapan sesempatnya yang banyak tak dibaca oleh William. Mengesalkan memang. Tapi tahun ini Beni tidak ingin gagal setelah seharian penuh memikirkan dan menyusun strategi.

                Maka, hari itu juga Beni menemui Gress dan langsung menjelaskan rencananya  sesaat setelah Gress keluar dari kelas. Sebagai seorang pacar, tentu saja Gress adalah umpan yang paling mudah didapat oleh Beni untuk dijadikan sekongkolan. Rencana inti mereka adalah dengan memanfaatkan ketidak sukaan William akan kedekatan Beni pada Gress. Ya... meskipun Beni tidak begitu yakin apakah respon yang William tunjukkan akan sesuai bayangannya. Terutama ketika ia ingat setiap peringai William.

                “Kau harus menjadikanku prioritas utamamu Gress. William harus benar-benar cemburu” simpul Beni yang mendapat respon semangat dari Gress.

                Dan hari itu juga rencana mereka dimulai. Beni yang awalnya mengkhawatirkan Gress yang selalu mengangguk di hadapan William, nyatanya harus membuang kekhawatirannya karena Gress ternyata pelakon yang baik. Dengan mata abu-abunya yang tak memiliki jiwa, Gress bertindak polos dengan terus mengungkit tentang Beni di depan William. Bagusnya, Gress tidak benar-benar menghindari William, ia hanya mencoba selalu memunculkan nama Beni disetiap kesempatan. Dan sukses, William menunjukkan reaksi ketidak sukaannya.

                Hari selanjutnya, pagi-pagi sekali Beni menelpon Gress dan memberitahukan bahwa hari ini ia memiliki pertandingan di lapangan fakultas. Beni meminta Gress untuk menolak semua ajakan William dan memilih menonton pertandingannya. Dan sama seperti hari sebelumnya, Gress sukses besar. Setelah kelas, William yang mengajaknya makan bersama segera ia tolak dengan alasan ingin menonton pertandingan basket. Meskipun tidak benar-benar menunjukkannya, tapi Gress sadar William sudah terpancing. Setiap kali Gress ikut bersorak meneriakkan nama Beni, saat itu juga William berdecak beberapa kali. Bahkan sepanjang pertandingan pun, William hanya menanggapi celotehan Gress tentang Beni dengan jawaban singkat.

                “Ahhh, seandainya aku bisa melihat aksi Kak Beni langsung, pasti akan sangat menyenangkan” seru Gress setelah pertandingan usai.

                Merasa belum puas, Gress pun meminta William untuk mengantarnya ke ruang ganti tim basket. Di sana, setelah Beni keluar, Gress tanpa sungkan memberikan air minum yang sudah ia siapkan dari rumah untuk melancarkan aksinya pada Beni. Keduanya saling memuji, melempar lelucon dan hanyut dalam obrolan. Meninggalkan William yang duduk diam dengan menyandarkan punggungnya di kursi dengan mata tertutup. Sesekali Beni melirik William, tahun ini ia pasti akan sukses besar.

                Tapi ternyata, William lebih emosional dari yang dibayangkan oleh Gress. Sepanjang hari William tak banyak bicara. Bahkan ia tak memaksa Gress untuk menuruti ajakan William. Hal itu membuat Gress sedikit merasa bersalah. Ia terlalu hanyut dalam rencananya dan masuk ke dalam perannya, hingga ia lupa bahwa William juga pasti sangat-sangat kesal. Oleh karena itu, di penghujung hari, Gress mengangguk ketika William mengajaknya makan di salah satu restoran. Gress tak lagi mengungkit nama Beni, ia kembali menjadi kekasih William.

                “Sepertinya hubunganmu dengan Beni semakin dekat” ujar William tiba-tiba.

                Gress tersedak, kemudian dengan tandas meminum jus jeruk yang disodorkan William. Lama Gress berpikir tentang jawaban seperti apa yang seharusnya ia berikan.

                “Ah... itu... Tidak terlalu dekat seperti yang Kakak pikirkan”

                “Memang bagaimana yang aku pikirkan?”

                Selesai. Gress tidak lagi bisa menjawab. William yang menyerangnya tiba-tiba tanpa sedikitpun ada persiapan membuat Gress tak mampu menjalakan otaknya disituasi genting. Ia hanya berdoa agar ada sesuatu yang lewat yang bisa mereka jadikan topik pembicaraan.

                “Sudah aku bilang aku tidak suka kau dekat dengan Beni”

                “Maaf”

                Meskipun merasa gagal, tapi Gress merasa senang karena memang seperti inilah reaksi yang ia dapatkan dari William. Otaknya berkelana jauh, membayangkan bagaimana pesta kejutan besok akan membuat William terdiam. Terlebih bagi Gress, itu adalah pengalaman pertama memberikan kejutan pada pacar. Seperti di film-film, pasti akan sangat menyenangkan.

                “Dan lagi, sudah kubilang jangan memanggilku Kakak. Aku ini pacarmu, panggil aku William”

                Gress mengangguk. Ketika William menghardik, suara anak itu akan berubah tegas dan dalam setiap katanya mengandung penegasan bahwa ia tidak menerima protes dan penolakan. Mungkin, jika Gress bisa melihat mata William, ia akan berkali-kali jatuh cinta dengan manik William yang hitam pekat dan panjang. Sangat karismatik.

                “Maafkan aku, Will”

                “Kedepannya jangan diulangi lagi” setuju William dengan merain tangan Gress dan mengelus punggung tangannya lembut.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • AlifAliss

    Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!

    Comment on chapter BAB 1
Similar Tags
Rela dan Rindu
219      134     0     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Viva La Diva
9      9     0     
Short Story
Bayang mega dalam hujan.
When I Found You
88      57     0     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Nothing Like Us
1129      379     0     
Romance
Siapa yang akan mengira jika ada seorang gadis polos dengan lantangnya menyatakan perasaan cinta kepada sang Guru? Hal yang wajar, mungkin. Namun, bagi lelaki yang berstatus sebagai pengajar itu, semuanya sangat tidak wajar. Alih-alih mempertahankan perasaan terhadap guru tersebut, ada seseorang yang berniat merebut hatinya. Sampai pada akhirnya, terdapat dua orang sedang merencanakan s...
The Story of Fairro
79      55     0     
Horror
Ini kisah tentang Fairro, seorang pemuda yang putus asa mencari jati dirinya, siapa atau apa sebenarnya dirinya? Dengan segala kekuatan supranaturalnya, kertergantungannya pada darah yang membuatnya menjadi seperti vampire dan dengan segala kematian - kematian yang disebabkan oleh dirinya, dan Anggra saudara kembar gaibnya...Ya gaib...Karena Anggra hanya bisa berwujud nyata pada setiap pukul dua ...
ANSWER
9      9     0     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
Zo'r : The Teenagers
107      77     0     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018
Delilah
209      136     0     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
Hoping For More Good Days
15      15     0     
Short Story
Kelly Sharon adalah seorang gadis baik dan mandiri yang disukai oleh banyak orang. Ia adalah gadis yang tidak suka dengan masalah apapun, sehingga ia selalu kesulitan saat mengahadapinya. Tapi Yuka dan Varel berhasil mengubah hidup Sharon menjadi lebih baik dalam menghadapi segala rintangan.Jujur dan saling percaya, hanya itu kunci dari sebuah tali persahabatan..
Kamu!
50      38     0     
Romance
Anna jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sony. Tapi perasaan cintanya berubah menjadi benci, karena Sony tak seperti yang ia bayangkan. Sony sering mengganggu dan mengejeknya sampai rasanya ia ingin mencekik Sony sampai kehabisan nafas. Benarkah cintanya menjadi benci? Atau malah menjadikannya benar-benar cinta??