Read More >>"> MONSTER (BAB 7) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - MONSTER
MENU
About Us  

Malam itu, tepat di malam yang sama dimana Nana mengadakan pesta perpisahan dan William yang hampir kelepasan, Gress hanya berbaring di atas kasurnya. Lampu kamarnya masih menyala dan memberikan warna terang di penglihatannya yang biasanya gradiasi antara hitam, putih, dan abu-abu. Pikirannya berkelana jauh, menghampiri sosok William yang jauh entah dimana. Memikirkan tentang orang yang tiba-tiba menjadi pacarnya itu, Gress merasa buruk sekali. Mereka menjalin hubungan, tapi tidak tahu alamat rumah satu sama lain, tidak pernah menelpon, tidak pernah bercerita banyak hal, dan tidak pernah-tidak pernah lain yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih.
    Hanya beberapa kali perasaannya menghangat dan kenyamanan menidurkannya ketika bersama William, selebihnya Gress terus bertanya apa sebenarnya hakikat sebuah hubungan yang bernama pacaran? Ia tak meminta lebih atau ingin sama seperti yang lain. Gress cukup tahu diri. Ia hanya ingin tahu bagaimana sebenarnya hubungan seperti itu seharusnya dijalin dan dijalani. Kadang pula, otak dan hatinya tak berjalan searah. Hatinya mengatakan ia menyukai William dibeberapa sisi, tapi otaknya terus saja memutar kalimat-kalimat dari orang-orang yang entah datang darimana tentang William. Terutama kalimat perempuan bernama Nana.
    “Jangan pernah meninggalkan William, bahkan jika ia mengecewakanmu. Selebihnya, aku harap hubunganmu dengannya lancar”
Tok Tok Tok
    Pintu kamar Gress diketuk beberapa kali sebelum akhirnya terbuka ketika ia mengatakan untuk masuk. Setelah derit pintu, suara ibunya menyusul yan mengatakan ada tamu untuk dirinya. Gress menautkan alis, sejauh ini ia tidak pernah memiliki tamu kecuali teman-teman yang dekat dengannya. Saat Ibu mengatakan ini hampir jam sepuluh malam, Gress lebih bertanya-tanya lagi siapa yang bertamu pada jam seperti ini.
    Rupanya itu Nana, harum mawar tubuh perempuan yang kalimatnya selalu berputar di kepalanya itu tak berubah. Awalnya Gress cukup terkejut karena Nana bisa tahu alamat rumahnya. Tapi daripada membahas masalah  itu, Gress lebih ingin mendengar urusan apa yang membuat Nana datang hampir larut. Di awal, Nana hanya menjelaskan hubungannya dengan William yang ternyata adalah kakak beradik. Nana adalah kakak kandung William. Benar saja jika kalimat Nana terasa sangat dalam dan begitu mengenal William. Gress mengutuk diri, berani-beraninya ia berpikiran aneh-aneh tentang Nana.
    “Aku akan ke Austria untuk melanjutkan studi S2 ku. Tapi aku datang kesini tidak untuk memamerkan hal itu” ujar Nana, kembali membuat Gress menoleh.
    “Ya?”
    “Aku sama sekali tidak peduli dengan hubunganmu dengan William. Itu tidak penting. Tapi karena kau perempuan yang sedang dekat dengannya, aku hanya ingin kau ingat kalimatku ini” Nana memberi jeda. Ia mengambil nafas dalam lalu membuangnya pelan dan melanjutkan kalimatnya, “Jangan tinggalkan William”
    Gress diam, kalimat Nana bercampur dengan kalimat sebelumnya yang juga memiliki arti sama. Nana menegaskan kalimatnya dengan datang di jam seperti ini. Itu artinya ia benar-benar serius dengan kalimatnya. Tapi saat Gress bertanya apa maksudnya, Nana sama sekali tak menjawab.
    “Aku harus berangkat pagi-pagi sekali besok. Jadi aku harus pulang sekarang juga”
    Di teras rumahnya, Gress mendengar itu semua. Kalimat penegasan dan langkah kaki dari sepatu hak tinggi yang menjauh. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi, kepalanya sibuk memikirkan banyak sekali kalimat. Kalimat-kalimat Nana membaur dan bersatu dengan banyaknya kalimat cemooh yang dilayangkan pada Gress perihal hubungannya dengan William. Sejak awal, semuanya memang aneh. Gress dengan kondisinya, tiba-tiba didekati oleh seorang populer yang menjadi incaran banyak mata. Perkenalan yang hanya berlangsung beberapa minggu, sebelum akhirnya mengikat diri dengan kata pacaran. Sangat cepat, sesuatu yang aneh, yang seharusnya tak terjadi di usianya yang baru sembilan belas tahun.
    Lama Gress berdiam di teras, ia memutuskan untuk kembali ke kamar ketika Ibu datang dan sedikit memarahinya karena tidak mempersilahkan Nana masuk. Bahkan sebelum tehnya diseduh, ia sudah membiarkan Nana pergi. Di kamar, meskipun isi kepalanya terasa penuh sesak, tapi hanya satu nama yang Gress pikirkan, William. Ia meraba tangannya pada nakas kecil di samping ranjang, mengambil ponselnya yang jarang ia gunakan. Ia meremasnya beberapa kali untuk mengumpulkan keberanian menghubungi William. Tekatnya sudah bulat, ia menelpon William yang nomernya tersimpan di panggilan cepat nomer empat.
    Kegugupan menguasai Gress selama panggilannya menyambung, ia memelintir selimutnya untuk mengurangi kegugupannya. Ketika suara di sebrang menjawab, pelintiran Gress lebih kuat lagi. Itu suara William, tidak jauh berbeda dengan suara aslinya.
    “Halo... Kak Will?... Ah, maksudku Will?” gugup Gress.
    “Eoh, ada apa Gress?”
    Gress benar-benar gugup. Semua pertanyaan yang ingin ia ajukan entah hilang kemana. Pikirannya tiba-tiba kosong. Bingung sekali dengan apa yang seharusnya ia katakan.
    “Hmmm itu... hmmm.... apa sudah tidur?”
    “Ya, ini sedang bersiap tidur”
    Gress tak sadar mengangguk. Karena tak tahu lagi harus bagaimana, Gress segera mengakhiri panggilan dengan mengucapkan selamat malam yang juga dibalas oleh William. Setelahnya panggilan itu berakhir. Menyisahkan Gress yang benar-benar telah kehilangan akalnya. Ia tetap pada posisinya, tapi otak dan hatinya tak karuan rasanya. Diam-diam Gress kembali mengutuk diri karena mudah sekali terombang-ambing jika berhubungan dengan William. 
    Gress hanya tidak tahu saja. Seseorang yang membuatnya senewen dan tak karuan itu sedang duduk di depan layar LCD berukuran medium dengan berbagai kaset game yang mengelilinginya. Jari-jarinya tak berhenti menekan-nekan tombol joy stick dan mulutnya tak berhenti mengunyah berbagai macam cemilan yang sampahnya sudah berserakan. Saat panggilan Gress masuk, ia berdecak kesal karena harus mem-pause game-nya. Dan saat sambungan telepon berhenti, ia dengan cepat mematikan ponselnya dan melemparnya pada ranjang sebelum kembali asyik melanjutkan game-nya.
    “Mengganggu saja. Sial” gumamnya.
 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • AlifAliss

    Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!

    Comment on chapter BAB 1
Similar Tags
A Slice of Love
12      12     0     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
Tanda Tanya
11      11     0     
Humor
Keanehan pada diri Kak Azka menimbulkan tanda tanya pada benak Dira. Namun tanda tanya pada wajah Dira lah yang menimbulkan keanehan pada sikap Kak Azka. Sebuah kisah tentang kebingungan antara kakak beradik berwajah mirip.
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
38      26     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
Haruskah Ada Segitiga?
10      10     0     
Short Story
\"Harusnya gue nggak boleh suka sama lo, karena sahabat gue suka sama lo. Bagaimana bisa gue menyukai cewek yang disukai sahabat gue? Gue memang bodoh.” ~Setya~
Alicia
43      31     0     
Romance
Alicia Fernita, gadis yang memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat protektif terhadapnya. Gadis yang selalu menjadi pusat perhatian sekolahnya karena memiliki banyak kelebihan. Tanpa mereka semua ketahui, gadis itu sedang mencoba mengubur luka pada masa lalunya sedalam mungkin. Gadis itu masih hidup terbayang-bayang dengan masa lalunya. Luka yang berhasil dia kubur kini terbuka sempurna beg...
Koude
91      69     0     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Lempar Kentut Sembunyi Pantat
8      8     0     
Short Story
”Kentut itu lebih kejam daripada pembunuhan.” Bener. Ibarat makan lalapan, kentut adalah petai. Enak, tapi setelahnya jadi petaka bagi orang-orang di sekeliling.
Me & Molla
6      6     0     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
May be Later
379      188     0     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
NIAGARA
10      10     0     
Short Story
 \"Apa sih yang nggak gue tau tentang Gara? Gue tau semua tentang dia, bahkan gue hafal semua jadwal kegiatan dia. Tapi tetap aja tuh cowok gak pernah peka.\" ~Nia Angelica~