Read More >>"> Drapetomania (Chapter 14 | We're Not A Friends) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Drapetomania
MENU
About Us  

Api menyengat matanya.

“Oh Theo yang malang,” Caesar menghirup rokoknya dalam-dalam, lalu puntungnya ia matikan, di lutut kanan gladiator kesayangannya. Theo menahan dirinya untuk tidak berteriak keras.

“Kenapa kau menahan rasa sakit, hah? Teriak saja. Berteriaklah sesukamu.” Pria-pria di belakang orang tua ini mulai menertawakannya, Gideon tidak menegur pula.

Sepertinya ungkapan kacau belum cukup. Aliran merah di sekujur tubuhnya tidak membuat Gideon hatinya luluh. Itu malah membuatnya semakin ingin meruntuhnkan Theo. Hatinya sudah terkubur lama hingga ia tidak merasakan empati.

Di ujung ruangan sana, Darius hanya bisa merapikan peralatan bedahnya.

“Darius–” ucapan Theo dipotong karena pukulan, kemudian tendangan  bertubi-tubi diterimanya. Theo merasa mual tak terhingga. Ia tidak mengerti apa lagi salahnya? Ia juga memenangkan pertandingan, mendatangkan harta hasil Caesar menang judinya, tambah lagi Darius meluluh lantakkan lawannya juga. Kenapa hanya ia yang disiksa?

“Kau lemah dibanding Darius. Kau petinju yang lemah.”

Untuk mengeluarkan amarahnya pun setengah-setengah. Matanya memerah, ditambah lebam di lipatan matanya tidak membuat ia terlihat garang seperti biasa. Caesar mendecih remeh melihat dirinya terlihat seperti sampah.

Theo mengalihkan pandangannya ke Darius. Pria itu hanya melipat tangannya tanpa ekspresi apa-apa. Benar-benar dingin. Kedua kalinya ia merasakan, perasaan yang sama semenjak skandalnya.

Apa yang di dalam pikirannya? Dengan muka seperti itu ia tidak bisa menebak rencana apa yang akan dijalaninya. Atau bahkan ia tidak punya rencana sekalipun, menganggap janji waktu itu hanya ucapan belaka, dan membairkannya hidup seperti ini selamanya? Alias tidak peduli?

Ia tidak bisa membiarkan ini.

“Aku kuat.”

Gideon menyuruh semuanya berhenti mengebuk dia. Gigi taringnya kelihatan jelas saking lebar senyuman liciknya. Telunjuknya menyuruh yang lain menyingkir, ia masih menunggu Theo.

“Aku tantang kau, Darius. Kubuktikan aku yang terkuat disini.”

Darius tersenyum miring.

.......

“Kau benar-benar agresif soal menang ya.”

Shut the hell up, go away.

 “Aku merasa terjebak olehmu Darius. Tapi aku tidak tahu kenapa.”

“Karena kau idiot,” ucap Darius dan menepak jidatnya jahil.

Yang mana sisi asli sebenarnya? Pria yang dinginnya merawat orang-orang atau pria buas yang haus menghantam segala yang menantangnya? Manusia macam apa dia? Psiko alami atau asli mengidap kepribadian ganda?

“Ditutup mulutnya,” Darius membuka baju kaosnya yang berlumuran darah, menampilkan tubuh sesungguhnya seorang dokter, serta nampak jelas luka-luka samar di sekujur tubuhnya. Ia mengambil handuk basah nan lusuh lalu mengelap mukanya, “Wah, seriusan, kau segitu termenung apa terpana melihatku tadi?”

Theo menutup mulutnya dengan tangan, “can’t tell, don’t know.” Theo rasanya ingin mengebuk pria di depannya ini. Bilangnya ia tidak suka berkelahi bla bla bla, dan lihat lah tadi. Tersenyum puas sehabis mengalahkan lawannya.

Darius terkekeh kecil sambil menggulung kain putih di tangannya, kemeja doker lusuhnya diganti kaos krem berlengan panjang dengan celana bernada sama. Sedangkan Theo masih memakai baju sebelumnya, warna hitam serta celana warna yang sama seperti Darius.

Suara sorakan manusia membuat Darius lebih mendekat karena Theo yang  berbicara pelan. “You say what?” 

Ini kesempatan dia.

Theo menepak kepala Darius yang lebih tinggi darinya, sedikit, dengan kepuasan hati.

“Apaan sih?!”

“Aku kesal. Bye.” Theo jalan ke depan melambaikan tangan tanpa melihatnya, meninggalkan Darius yang bengong dan berubah memasang wajah kesal kesumat. Kemudian dia mengejar Theo.

Dan menendang bokong orang itu ke depan, sangat tidak santai.

“Ha! Akankah Darius melawan Theo?” Seluruh lautan manusia bersorak setuju. Mendorong Theo untuk lawan Darius, yang dimana sang dokter lagi memasang senyum misterius.

Ah Theo mengerti.

“Drama lagi?” tanya Theo bersuara kecil, namun karena gerakan mulut Darius mengatakan iya. Theo mendesah pelan, dikiranya saat di siaran tv saja ia harus memasang wajah palsu, namun karena ide Darius, mau tidak mau ia ikut.

Ini terkesan melelahkan, which it is.

Gideon terlihat jelas sekali menunggu saat-saat momen ini.

Memberi mereka berdua waktu melukai satu sama lain.

Sang dokter terengah-engah. Percayalah, diantara lawan yang pernah ia tandingi, hanya pemilik nama belakang Masimov ini saja yang membuat dia kewalahan seperti ini. Barulah ia mengakui kemampuan Theo hebat bukan main.

“Heh, dokter,” Darius merespon dengan muka risih.

“Segini saja kekuatanmu?” Untung saja baik wibawa, sifat, dan pemikiran Darius lebih dewasa, jadi ia tidak terpancing begitu saja, dan ia hanya menyengir licik.

“Kau akan mati begitu aku mengerahkan seluruh kekuatanku.” Theo sekuat mungkin tidak menahan napasnya, hanya ia saja yang tahu napasnya tidak beraturan. Darius menerkam Theo duluan, memegang kedua pundak sang petinju kencang sekali. “Lagipula, kau memang harus menang di pertandingan ini.”

Theo mengambil sabit di sorong kanan, ia menyerang Darius tanpa keraguan. Mata Darius melebar namun untung bisa dihindari serangan itu, tanpa menunggu waktu Theo mengayunkan sabit itu ke Darius, membuat pipi tirusnya terluka, walaupun hanya goresan tipis.

Satu goresan, dibalas dua goresan. Satu lebam, hasilnya belasan lebam.

Tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada yang mau berpura-pura kalah. Mereka terihat pure ingin mendapat kemenangan. Sangat menakjubkan betapa lihainya dua orang itu berperan.

“Cepat cari kelemahanku. Aku sudah mulai lelah.”

Theo melempar pisau ke arahnya. Untung saja hanya terkena bagian pelipis saja, iuka gores kecil. Kini Theo yang menerkam Darius. “Kalau begitu kau menyerah saja.”

“Kau bercanda? Orang-orang tidak akan menganggap pertandingan yan serius kalau begitu. Kau ingin memakai gelar terkuat itu kan disini? Cepat kalahkan aku.”

“Kau adalah orang pertama yang meminta kepadaku seperti itu.” Theo menanamkan sabit itu di pundak kanan Darius, ia mengerang kecil saja. Tapi genggamannya di lengan Theo tidak kendor juga. Namun tidak membuat urung niat Theo menghantamnya sekali lagi.

“Mau tahu? Kau itu orang yang sangat mudah di tipu. Dan kau mau-mau saja bertemen dengan psikopat manipulatif seperti diriku. Seharusnya kau mengucap syukur, karena aku bukan Douglas ataupun Gideon.”

“Apa kau bilang?”

“Lihat itu, mudahnya terpancing amarah.”

Senjata panjang yang memiliki rantai panjang itu diarahkan ke Theo, menyebabkan pria tersebut terkena luka tebas di rusuknya. Theo bertahan dengan lutut bertumpu, bercak-bercak darah menetes membanjiri arena.

“Jangan sampai lengah begini di arena selanjutnya. Harus jadi rahasia kita berdua saja, bagaimana?” Suara datar nan mencekamnya Darius tidak lagi membuat Theo takut, karena emosi negatif sudah mengelubungi pikirannya.

“Jika kau menang, rencanaku akan berjalan mulus. Kau adalah objek utama dalam rencanaku.”

Theo tidak senang mendengar ada kata objek dari bibir Darius. Terkesan ia diperalat lagi. Tanpa berpikir Theo meninju wajah Darius. “Aku tahu kau punya ide jenius untuk kabur dari neraka ini, tapi aku bukan objek, bukan hak milik siapapun.”

Sabit tadi dicabutnya dengan paksa. Selagi Darius lengah karena cabutan tadi, dengan secepat kilat Theo mengunci tubuh Darius dan melakukan smack down handalannya.

Mata hijau Theo menatap kebawah, langsung ke mata Darius dengan dingin. Sang dokter malah yang tertawa puas.

“Puas?”

“Kau punya harga diri yang tinggi, Theo.”

Theo membuang sabit itu sembarang arah dan mendecih kesal, “kau membuat cukup kekacauan akan tubuhku. Cepatlah bangun dan bereskan lukaku.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Story
6      6     0     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?
Dia Dia Dia
90      26     0     
Romance
Gadis tomboy yang berbakat melukis dan baru pindah sekolah ke Jakarta harus menahan egonya supaya tidak dikeluarkan dari sekolah barunya, saat beberapa teman barunya tidak menyukai gadis itu, yang bernama Zifan Alfanisa. Dinginnya sikap Zifan dirasa siswa/siswi sekolah akan menjadi pengganti geng anak sekolah itu yang dimotori oleh Riska, Elis, Lani, Tara dan Vera. Hingga masalah demi masalah...
Miss Gossip
42      21     0     
Romance
Demi what?! Mikana si "Miss Gossip" mau tobat. Sayang, di tengah perjuangannya jadi cewek bener, dia enggak sengaja dengar kalau Nicho--vokalis band sekolah yang tercipta dari salju kutub utara sekaligus cowok paling cakep, tajir, famous, dan songong se-Jekardah Raya--lagi naksir cewek. Ini hot news bangeddd. Mikana bisa manfaatin gosip ini buat naikin pamor eskul Mading yang 'dig...
Panggil Namaku!
152      75     0     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
DEVANO
11      4     0     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
PENTAS
24      13     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Telat Peka
17      12     0     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Past Infinity
11      5     0     
Romance
Ara membutuhkan uang, lebih tepatnya tiket ke Irak untuk menemui ibunya yang menjadi relawan di sana, maka ketika Om Muh berkata akan memenuhi semua logistik Ara untuk pergi ke Irak dengan syarat harus menjaga putra semata wayangnya Ara langsung menyetujui hal tersebut. Tanpa Ara ketahui putra om Muh, Dewa Syailendra, adalah lelaki dingin, pemarah, dan sinis yang sangat membenci keberadaan Ara. ...
CINTA DALAM DOA
46      27     0     
Romance
Dan biarlah setiap doa doaku memenuhi dunia langit. Sebab ku percaya jika satu per satu dari doa itu akan turun menjadi nyata sesungguhnya
Secret Elegi
65      32     0     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...