Read More >>"> Ellipsis (Dodge Ball) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ellipsis
MENU
About Us  

Hari kedua mpls, seperti dugaan Dito sebelumnya, Ara meminta agar mereka tidak pergi bersama ke sekolah dan Dito jangan mendekatinya saat di sekolah. Jika saja Dito hanya murid biasa tidak apa-apa, tetapi ini setiap kelakuan Dito pasti mengundang sorotan siswa lain. Ara merasa terusik karenanya. 

Lain hal dengan Dito yang masih bersikeras untuk tetap mengantar Ara dengan beralibi bahwa murid baru tidak boleh membawa kendaraan jadi teman-teman barunya nggak bakal tahu kalau mereka berangkat bersama, kecuali mengenali mereka di jalan. Juga, parkiran sekolahnya berada di luar gerbang. Berbeda dengan parkiran guru yang berada di halaman sekolah, parkiran siswa memiliki tempat khusus sebelum gerbang, itu membantu mengurangi angka pembolosan siswa, sebab jika ada yang bolos motornya akan tertahan.

"Pulangnya sama siapa?"

"Ojik online lagi." Ara turun dari motor.

"Ojek." Koreksi Dito.

"Hehe." Kekeh Ara.

Dito mengusap rambut Ara gemas. 

"Berantakan nih jadinya!" Ara kesal, dia menata kembali rambutnya.

"Udah sono masuk!" Dito mendorong lengan bahu Ara. Tidak keras, tapi membuat Ara terhuyung ke depan.

"Micinsaekkya!" Umpat Ara memakai Bahasa Korea, dia langsung berlari meninggalkan Dito yang malah terkekeh.

"Micin micin, penyedap rasa." Dito turun dari motornya. Kemudian dia menyimpan helm disalahsatu spion motornya.

"Dit." Panggil seseorang yang bersuara familiar.

Lantas Dito menoleh, "Baru nyampe?" Tanyanya kemudian tersenyum.

Sheril tersenyum masam. "Udah dari tadi. Cuma nunggu lo."

"Ohh, yaudah. Ayo." Dito memimpin jalan.

Sheril berdeham, dia berjalan menyusul Dito sampai mereka jalan berdampingan.

"Tadi lo berangkat sama murid baru?"

"Iya."

Sheril tersenyum, dia ingin berbicara lagi namun Dito memotongnya. "Gue ke ruang olah raga dulu." Ucapnya sambil menepuk bahu Sheril, kemudian dia langsung berbelok koridor sementara Sheril mematung di tempatnya.

 

°°°

 

Semua murid diminta berganti pakaian olah raga, karena seragam olah raga dari sekolah belum ada, Tim Sumatra diminta memakai kaos merah dengan celana olah raga hitam panjang. Tentunya info itu sudah di umumkan kemarin.

Ara mengatur rambutnya yang berantakan, bukan dia saja ternyata beberapa siswi lain melakukan hal yang sama.

Kedua koordinator yang sama seperti kemarin masuk ke dalam ruangan. Sheril memasukkan satu tangannya ke dalam saku jas, sementara tangan satunya memegang buku. Topan membawa bola karet berwarna putih.

"Apa kita mau main volly?" Bisik Jessica.

Ara mengangkat kedua bahunya. "Bisa jadi?"

"Jangan ngobrol!"

Peserta mpls terlonjak, tak terkecuali Ara dan Jessica. Sheril tidak terlihat ramah hari ini.

"Udah gue kasih tahu kemarin jangan ngobrol. Masih aja!"

Topan menatap horor ke arah Sheril. "Lo lagi pms?"

Sheril melirik tajam ke arah Topan. "Jelasin cara mainnya! Kita dapet giliran kedua." Sheril berjalan cepat, dia berdiri di rak pojok ruangan.

Topan berjalan ke tengah, dia melebarkan senyumnya. "Sorry. Mungkin dia lagi dalam masa sangar-sangarnya. Harap maklum."

"Topan!" Desis Sheril.

"Maaf ndoro."

Kelakuan Topan mau tak mau membuat peserta mpls mesem-mesem. Tapi Sheril masih tidak tergoda dengan lelucon Topan. Hingga kemudian Topan berdeham. "Sekarang kita serius." Ucapnya.

"Ini adalah aset mpls. Biasanya habis permainan ini besoknya ada yang jadian." Ternyata Topan masih ngelantur.

"Jadi...."

"Diakhir acara hari ini, dari masing-masing tim bakal di pilih sepuluh orang perwakilan buat main dodge ball. Cara mainnya beda sama aturan baku dodge ball, sistem kita nanti bakal di pilih berpasangan cewek-cowok, nah kalian boleh ngenain lawan cowok tapi kalo cewek yang kena bola otomatis kalian gugur."

Mereka mengangguk-angguk.

"Sebelum bertanding sama tim lain, kita bakal main di kandang dulu alias antar kalian-kalian ini. Nanti lima pasangan yang bertahan diakhir, mereka yang ikut kompetisi." Jelas Topan.

"Sekarang Kanjeng Ratu Sheril, silakan bacain nama-nama pasangannya." Ucap Topan dengan sedikit leluconnya.

Sheril mengangguk, dia berjalan ke arah Topan lalu menatap adik-adik kelasnya.

Ara harap-harap cemas, dia tidak mengenal satu pun pria yang ada di sini.

Sheril mulai membacakan pasangan pertama.

"Oh iya. Yang udah di sebut maju berpasangan." Sheril menambahkan.

Lantas dua orang yang baru saja namanya disebut maju dan berkumpul.

"Pasangan kedua, Aranasya dan Val."

Ara berdiri, kemudian pria yang duduk di depannya juga berdiri. Mereka berdiri berdampingan di sebelah pasangan pertama. Sementara Sheril melanjutkan pembacaannya.

"Hai." Val menyapa.

Ara tidak menjawab dia hanya melontarkan senyum.

"Daniel dan Celine kalian pasangan kelima."

Kelas mendadak ricuh,  Val yang di samping Ara pun ikut menggoda pasangan kelima itu.

"Wah pasangan hts satu kelompok."

"Jodoh kali mereka."

"Untung banyak si Daniel."

"Kak Sheril di bayar berapa sama Daniel?"

"Hahaha"

Ara hanya memperhatikan teman-temannya, sementara Daniel masih memasang wajah datar seolah dia tidak mendengar apa-apa. Lain hal dengan Celine yang tersipu, pipinya memerah. Dia terus berucap-apa sih-enggak-ih kalian.

Sheril melanjutkan, tanpa komando ricuhan berangsur mereda.

"Pasangan terakhir, Jessica dan Erino."

Jessica maju dengan kikuk, sementara Erino sudah menebar pesonanya.

Val melirik ke Ara. "Awas temen lo."

"Kenapa?" Tanya Ara.

"Sahabat gue yang satu itu, sesuatu."

Ara tidak mengerti maksud Val, tapi dia juga tidak berniat bertanya lagi.

"Nah Sekarang kita ke lapangan volly.. Ayo!!" Topan berkomando, dia berjalan keluar kelas disusul Sheril kemudian para peserta mpls.

"Tim Sumatra mana suaranya??!!" Topan kembali berkomando dari depan, kemudian peserta mpls mulai menyanyikan yel-yel yang sudah mereka buat kemarin. Val yang paling bersemangat, membuat Ara mau tak mau ikut menyanyikan yel-yel yang hanya setengah lirik dia hapal.

Mereka sampai di lapangan volly, berpapasan dengan Tim Kalimantan yang sudah menyelesaikan seleksi. Disana ada Randy Nugraha sang wakil ketos sebagai wasit. Dia dikenal tegas, sedikit ramah banyak kesan nyebelin.

"Aturan main, disini kalian nggak dibagi dalam dua tim. Semuanya musuh, kecuali pasangan kalian. Sisanya yang udah di jelasin sama koordinator ruangan." Ucap Randy tidak ingin memperpanjang waktu. Dia menempelkan peluitnya ke mulut, sementara tangan kiri yang memegang bola bersiap melempar bola tersebut.

"Gue nggak pandai menghindar." Celine berbisik pada Daniel.

"Berdiri di belakang gue."

Celine mengangguk, dia yang lebih kecil dari Daniel membuatnya tertutup karena bahu Daniel yang lebar.

"Jangan takut." Daniel merentangkan tangan kanannya menjaga Celine.

Pritt!!!

Permainan dimulai, beberapa kali serangan ke Ara, untung saja dia mampu menangkap bola atau menghindarinya dengan gesit. tiga pasangan sudah gugur,  para perempuan berteriak-teriak dan tertawa, Ara juga ikut tertawa saat dirinya melempar bola ke arah Jessica dan gadis itu jatuh karena kaki Erino, tapi untung saja bola tidak mengenai dirinya jadi dia masih bertahan di permainan ini.

Sesekali Val memperhatikan Ara dari samping, cantik. Val tersenyum.

"Ah!! Curang! Cel jangan berdiri dibelakang gitu kasian Daniel kena bola mulu." Erino berteriak.

Ara melirik ke arah pasangan Daniel, Celine memberengut kesal. "Bodo."

Mereka melanjutkan permainan, sampai akhirnya peluit kembali terdengar.

Sheril mencentang nama-nama pasangan yang akan mengikuti permainan nanti.

"Pasangan yang berhasil bertahan, Val-Aranasya, Daniel-Celine, Erino-Jessica, Tommy-Farah, dan Gibran-Bora."

Mereka berhigh five dengan pasangan masing-masing.

Ara tersenyum lebar ke arah Val, sedangkan Val menatap Ara dan tersenyum. Dia merentangkan telapak tangannya. "Tos dulu dong."

"Ah.. Iya.." Ara membalas tangan Val.

"Lo imut banget ya."

"Eh?" Ara tidak mengerti.

"Lo kaya adik gue yang baru masuk smp." Val menahan tawanya, dia hendak mencubit pipi Ara namun kewarasannya berhasil terkendali, dia mengurungkan niat. Mereka mendadak berubah canggung.

"Ra mau ke kantin nggak?" Jessica menghampiri mereka. Membuat perhatian Ara langsung teralih. "Ayo." Dia berjalan menarik Jessica.

Val diam di tempat, dia menatap Ara yang berjalan cepat menyeret temannya.

°°°

Semua peserta mpls di giring menuju lapangan indoor sekolah, disana sudah ada beberapa osis termasuk Dito yang tengah bercengkrama dengan temannya. Peserta mpls yang tidak terpilih duduk mengisi kursi tribun sementara yang akan bertanding mengikuti koordinator ruangan berkumpul di samping lapangan.

Mereka yang mengikuti lomba sudah duduk berjajar rapi sesuai tim nya. Dito berjalan ke depan, mengambil alih.

"Dalam permainan kali ini, ada aturan tambahan, bukan hanya pasangan tapi kerja sama tim sangat-sangat berpengaruh. Sesama tim boleh mengoper bola maksimal dua kali per ronde, tapi misalkan lo ngoper ke temen satu tim terus nanti bola itu jatuh nggak ke tangkap berarti ronde itu gugur dan ronde selanjutnya bola jadi milik tim lawan. Sampai sini paham?" Dito memberikan arahan.

Peserta mpls yang di sana mengangguk.

"Gue langsung turun sebagai wasit utama dibantu Randy. Sheril mendata skor dibantu Elang. Anggota Osis lain memantau peserta mpls di tribun, dukung tim masing-masing. Kasih yel-yel yang meriah."

Anggota Osis yang masih berkumpul disana mengangguk, lalu masing-masing koordinator pergi ke timnya. Dan Elang pergi ke papan skor.

Dito dan Randy masih di tempat. Di sampingnya ada Sheril yang membuka buku catatan mpls. "Tim yang pertama main, Sumatra sama Sulawesi. Diharap peserta langsung masuk ke lapangan."

Sorak sorai dari Tim Sumatra menggema beradu dengan Tim Sulawesi, mereka menyemangati teman-temannya yang mulai pemanasan di tengah lapangan.

Sheril menghampiri Elang, sementara Dito dan Randy memasuki garis tengah lapangan, "jangan ada yang melewati garis."

Dito memberi aba-aba.

Prit!!!

Tim Sumatra mendapat bola pertama, serangan bertubi-tubi dilempar-balikkan. Ara kira akan cukup mudah, ternyata untuk mengenai lawan mainnya susah karena mereka dipisah oleh garis putih di tengah, tidak acak seperti permainan pertama.

Erino melempar bola ke arah lawan, dengan cepat di balik arah dan hampir mengenai Ara. Gadis itu melempar kembali bolanya dengan melompat, dan bagus sekali. Mengenai pemain perempuan lawan.

"Yeay!!" Ara berteriak senang. Dia bertos ria bersama Val, pasangan lain pun melakukan hal yang sama. Tim pendukung makin bersemangat memberikan yel-yelnya. Sementara Tim Sulawesi sudah kehilangan satu pasangan. Mereka yang tersisa masih terlihat membara.

Dito memberikan jempol kanannya. Ara mengedipkan satu matanya dengan cepat.

Prit!!!

Ronde kedua dimulai, tempo yang dimainkan Tim Sulawesi bertambah cepat. Para laki-laki dari tim Sumatra sudah beberapa kali terkena serangan, terutama Daniel. Dia yang paling diincar karena Celine tidak bisa menangkap bola, dia hanya mengikuti tubuh Daniel di belakang.

Ara kembali menyerang dengan melompat namun satu orang dari tim Sulawesi langsung melempar kembali bolanya pada Daniel, sangat disayangkan Daniel tidak menangkap bola itu dia menolaknya dengan memukul ke arah Ara yang belum sepenuhnya berdiri dengan kedua kakinya.

"Aw!" Ara langsung terduduk jatuh, Dito meniup peluit. Perhatian kembali tertuju pada Ara yang sedang memegangi pergelangan kakinya. Kedua wasit mengumpul melihat kondisi Ara.

"Ngapain nyerang dia?" Val tidak terima, namun nada bicaranya masih terdengar santai.

"Nggak sengaja."

Val berdecak, dia berjongkok di depan Ara. "Kaki lo pasti terkilir. Ayo ke uks."

Ara menatap Val, kemudian beralih pada Dito yang memasang wajah khawatir dan teman-teman tim main yang mengumpul mengelilinginya.

"Ahh-- gue baik-baik aja." Ara mencoba berdiri. Dia terhuyung sedikit namun tidak sampai jatuh.

"Kalau sakit ke uks. Jangan mengulur waktu." Ucap Randy sarkas.

"Enggak kok. Ayo dilanjut." Jawab Ara percaya diri, dia tersenyum lebar.

Akhirnya mereka kembali berpencar, Dito meniup peluitnya lagi. Kini bola berada di tim Sulawesi.

Ara tidak bisa menapakkan kaki kanannya, sakitnya begitu terasa jika dia bertumpu pada kaki itu. Val selalu melirik ke arah Ara yang terus-terusan mendesah kesakitan.

"Berdiri di belakang. Kaya Celine."

Ara patuh, dia berjalan dan berdiam di belakang Val, tangan kiri Val ke belakang memegangi lengan kiri Ara. Tinggi Ara hanya sampai ketiak Val! Itu membuat Ara frustasi karena dia tidak bisa melihat ke depan. Dia jadi melirik sedikit lewat celah lengan Val.

Rupanya kini sasaran empuk beralih ke Ara. Val beberapa kali terkena bola dan setengah memeluk Ara untuk berpindah posisi menghindari bola. Jalan Ara terseok-seok. Nyerinya tertutupi oleh harum tubuh Val, dia seperti berada pada tengah-tengah suasana musim semi.

 

~~~~

How do you feel about this chapter?

0 2 1 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LANGIT
698      334     0     
Romance
'Seperti Langit yang selalu menjadi tempat bertenggernya Bulan.' Tentang gadis yang selalu ceria bernama Bulan, namun menyimpan sesuatu yang hitam di dalamnya. Hidup dalam keluarga yang berantakan bukanlah perkara mudah baginya untuk tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Seperti istilah yang menyatakan bahwa orang yang sering tertawalah yang banyak menyimpan luka. Bahkan, Langit pun ...
Secret Love
9      9     0     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Pangeran Benawa
386      188     0     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
For Cello
92      67     0     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
ONE SIDED LOVE
24      20     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Sendiri
11      11     0     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Flower With(out) Butterfly
6      6     0     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
HIWAY Ketika Persahabatan Mengalahkan Segala
33      24     0     
Inspirational
Persahabatan bukan tentang siapa yang salah. Persahabatan adalah tentang meminta maaf. Hany, seorang gadis SMA bermata indah telah mengecewakan teman-temannya saat memutuskan untuk keluar dari ekskul cheerleader dan beralih ke ekskul futsal. Apa alasan Hany? Dan mampukah dia mengobati kekecewaan teman-temannya?
May be Later
345      186     0     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
Cinta dan Benci
203      119     0     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"