Read More >>"> 10 Reasons Why (Honest) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 10 Reasons Why
MENU
About Us  

"Kamu ini sebenarnya mau kuliah nggak, sih? Nilai kamu anjlok, guru-guru banyak yang bilang kalau kamu sering ketiduran dan nggak mengerjakan tugas. Ingat, kamu itu sudah kelas dua belas. Dua belas!"

Membenarkan posisi dudukku, mulutku terus terkunci. Bu Rosa, wali kelasku, tampak tak sabar menunggu jawaban yang keluar dari bibirku. Akhirnya, aku menghela napas. "Saya kecapekan, Bu."

"Capek?" Bu Rosa mengulangi perkataanku. "Kamu itu memangnya ngapain aja? Kalau mau hitung-hitungan, saya jauh lebih capek dari kamu yang cuma tinggal duduk di kelas."

Aku melirik jam tanganku sambil harap-harap cemas. Dalam hati, aku terus bertanya-tanya kapan Bu Rosa akan mengakhiri pembicaraan ini. Dari balik jendela, kulihat murid-murid lain mulai meninggalkan halaman sekolah dengan wajah sumringah.

"Keira!"

Aku menoleh ke arah wali kelasku itu ketika beliau memanggil namaku dengan tegas.

"Kamu itu sejujurnya adalah anak yang pintar. Ingat, Ibu ingin kamu menjadi seperti dulu lagi. Rajin dan selalu menjadi bintang kelas." Bu Rosa lantas mengambil sebuah amplop dari dalam lacinya. "Berikan ini pada Ibumu. Sekarang kamu boleh pulang."

***

"Telat lagi," gumam seorang perempuan ketika kakiku melangkah masuk ke rumah makan itu. Perempuan yang berumur beberapa tahun lebih tua dariku itu segera melemparkan sebuah celemek dan topi kepadaku. 

Dengan sigap, kukenakan benda-benda yang diberikannya itu. Seperti sebelum-sebelumnya, aku kembali menjelma menjadi seorang pelayan. Sudah hampir dua bulan pekerjaan ini kujalani. Sebagai konsekuensinya, aku kehilangan banyak waktu istirahat dan belajarku.

Hari ini, layaknya hari-hari lalu, Rumah Makan "Kejora" begitu ramai, padahal jam makan siang sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu. Para pelayan sibuk mondar-mandir sejak tadi. Sebagai pelayan baru, aku masih merasa kaku dengan pekerjaan ini. Beberapa kali aku hendak menghampiri pelanggan yang melambaikan tangan, tapi sayang, pelayan lain sudah keburu mendahuluiku. 

Aku mengedarkan pandangan. Aha! Tepat ketika kepalaku menoleh ke kanan, netraku beradu dengan seorang pelanggan yang memberiku isyarat dengan tangannya agar aku segera datang. Dan aku pun langsung menjawab isyaratnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku pada laki-laki di hadapanku. Karena di meja lelaki itu sudah ada piring berisi nasi goreng yang masih utuh, kupikir ia memanggilku hanya untuk menambah pesanan. Namun, dugaanku salah.

"Lepasin!" ujar lelaki itu sambil sesekali melongokkan kepalanya dengan cemas seperti sedang bersembunyi dari seseorang.

"Apanya yang dilepas?" tanyaku heran.

"Topimu," ia menunjuk ke arah topi yang kukenakan. "Dan celemek itu," ia ganti menunjuk celemekku.

Aku tak mengindahkan perintahnya. "Maaf, tapi ini seragam. Saya tidak bisa melepasnya."

Tanpa basa-basi, laki-laki itu segera meraih topiku dan meletakkannya ke atas meja.

"Apa yang Anda lakukan?" Aku hendak mengambil kembali topiku, tapi ia justru menyembunyikannya di balik punggungnya.

"Sekarang, kamu lepasian celemekmu itu. Kamu nggak mau kan aku sendiri yang melepasnya?"

Orang ini nggak waras, pikirku. Namun, karena tidak mau tangan usilnya itu menyentuhku, aku pun terpaksa mengikuti perintahnya.

"Bagus," gumamnya. "Aduh, seragam itu!" Ketika lelaki itu melihat seragam pelayan yang tersembunyi di balik celemekku, ia segera melepaskan jaketnya. "Pakai ini!"

Entah kenapa kali ini aku langsung menurut.

"Sekarang, lepas kucirmu!"

"Hah?"

"Udah lepas aja!"

Kulepaskan kucirku, lelaki itu lantas tersenyum melihat penampilan baruku. Ia kembali duduk di kursinya. "Ayo, duduk!" perintahnya lagi.

Aku menggeleng. "Maaf, tapi saya sedang bekerja sekarang. Kalau Anda menginginkan topi atau celemekku, Anda bisa meminjamnya. Sementara itu, dengan senang hati aku akan mengenakan jaketmu sampai Anda puas meminjam barang-barangku."

Laki-laki itu menepuk jidatnya. "Udah duduk aja!"

Aku kembali menggeleng. Lagi-lagi laki-laki itu melakukan hal yang tak terduga. Ia menarikku dan memaksaku duduk di kursi hadapannya. Kini kami berdua duduk berhadapan.

Kali ini aku hendak membuka mulut, tapi laki-laki itu buru-buru mengatakan hal yang aneh. "Sayang, kuliahmu lancar kan? Mata pandamu kayaknya makin parah, ya. Pasti semalem kamu begadang lagi."

Kuliah? Aku ini baru SMA! Sebelum aku sempat bertanya, sebuah suara perempuan terdengar di belakangku.

"Gavin? Kamu di sini juga?"

Laki-laki di hadapanku itu segera mengalihkan pandangannya dari diriku menjadi ke arah perempuan di belakangku. Jadi nama laki-laki ini Gavin? Aku ikut menoleh. Di belakangku, seorang perempuan cantik dan modis tampak tersenyum padaku begitu menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya.

"Maybella, kenalkan ini Astrid, pacar baruku."

Apa? Aku masih tercengang ketika tiba-tiba saja Gavin bangkit dari kursinya, berjalan, dan berhenti tepat di sebelahku. "Astrid, ini Maybella." Gavin menyenggol kakiku dengan kakinya seperti memberi isyarat. 

Isyarat itu cukup untuk membuatku berdiri dan tersenyum pada Maybella. "Hai, Maybella, senang berkenalan denganmu."

Maybella membalas senyumku. "Hai, Astrid," sapanya. Ia kemudian menoleh ke arah Gavin. "Lo kok nggak pernah cerita sih kalau lo udah punya pacar baru?"

Gavin menanggapi pertanyaan itu dengan tertawa. "Belum sempat," alibinya. 

Maybella kembali menoleh ke arahku. "Astrid, sejak kapan kamu jadian sama Gavin?"

Aku memandang Gavin sekilas. Laki-laki itu tampak mengerjap-ngerjapkan matanya. 

"Maaf, tapi namaku bukan Astrid. Aku nggak pernah jadian sama Gavin, malah aku baru kenal sama dia beberapa menit yang lalu." Kuperhatikan wajah Gavin yang sudah mati kutu. Ia membuka mulutnya seperti hendak menyangkal. Namun, sebelum ia sempat melontarkan kebohongan, aku segera berkata lagi, "Aku Keira. Aku pelayan di rumah makan ini."

Kulepaskan jaket milik Gavin. Kemudian, kukenakan kembali celemek dan topiku yang sejak tadi berada di kursi Gavin. "Aku harus kembali bekerja. Senang bermain-main dengan kalian."

Aku terus berjalan, tak peduli dengan panggilan Gavin. Seorang pelanggan melambaikan tangannya dan aku pun segera menghampirinya. Sembari mencatat pesanan yang diucapkan si pelanggan, diam-diam aku mencuri pandang ke arah Gavin. Meski jauh, dapat kutangkap ekspresi malu di wajah laki-laki itu, sedangkan Maybella tampak tertawa. Aku tak punya banyak waktu untuk mengintai keduanya karena selanjutnya aku telah disibukkan dengan setumpuk pekerjaan.

***

Peluh mengalir di dahiku. Demi mengusir hawa panas yang menyelimutiku, kulepaskan topiku dan kukibaskan berulangkali ke wajahku. Mataku terpejam sejenak, menikmati udara dingin yang dihasilkan oleh gerakan naik turun topi itu. Sayangnya, tepat ketika kubuka kembali mataku, seseorang yang beberapa waktu lalu memanggilku 'sayang' sudah berdiri di hadapanku.

Aku sedikit terlonjak karena kehadirannya. Dari wajahnya, aku bisa menyimpulkan bahwa ia sedang marah. Yah, sebenarnya wajar jika dia marah. Namun, sikapku barusan jauh lebih wajar, bukan? 

"Heh, lo! Beraninya lo malu-maluin gue di depan Maybella," hardiknya.

"Apa? Aku nggak ngerasa malu-maluin kamu," kataku membela diri.

"Kalau aja tadi lo mau nuruti kata-kata gue, mungkin lo bakal punya kesempatan buat jadi pacar gue. Sayang sekali, you lost your chance."

Pede sekali orang ini, pikirku kesal.

"Aku juga nggak mau jadi pacarmu," balasku.

"Jangan ngomong hal yang bakal lo sesali, ya. Gue ini tipe idaman semua cewek." Gavin mengusap dagunya, "Kali ini gue maafin. Tapi kalau ini terulang lagi, lo nggak bakal lolos," ancamnya.

Dasar aneh, batinku seraya menggelengkan kepala menatap kepergiannya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Horses For Courses
208      103     0     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Sakura di Bulan Juni (Complete)
147      85     0     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Phased
17      15     0     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
Azzash
5      5     0     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Astronaut
57      36     0     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
Enigma
157      96     0     
Romance
enigma noun a person or thing that is mysterious, puzzling, or difficult to understand. Athena egois, kasar dan tidak pernah berpikir sebelum berbicara. Baginya Elang itu soulmate-nya saat di kelas karena Athena menganggap semua siswi di kelasnya aneh. Tapi Elang menganggap Athena lebih dari sekedar teman bahkan saat Elang tahu teman baiknya suka pada Athena saat pertama kali melihat Athena ...
HAMPA
4      4     0     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Love Escape
201      89     0     
Romance
Konflik seorang wanita berstatus janda dengan keluarga dan masa lalunya. Masih adakah harapan untuk ia mengejar mimpi dan masa depannya?
My Selenophile
5      5     0     
Short Story
*Selenophile (n) : A person who love the moon Bagi Lasmi, menikmati keheningan bersama Mahesa adalah sebuah harapan agar bisa terus seperti itu selamanya. Namun bagi Mahesa, kehadiran Lasmi hanyalah beban untuk ia tak ingin pergi. \"Aku lebih dari kata merindukanmu.\"
Dimensi Kupu-kupu
247      95     0     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.