Read More >>"> Bad Wish (Bab 14) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bad Wish
MENU
About Us  

Ginov bersemangat dan percaya diri mendatangi rumah Eriz. Tapi, senyumnya meredup ketika mengetuk pintu dan yang membukanya adalah Bu Riza. Dengan ekspresi yang amat tidak ramah, Ginov dipersilakan masuk dan ditinggal begitu saja di ruang tamu.
Andai teras rumahnya agak luas dan tidak sedang dihuni oleh kardus-kardus, Bu Riza memastikan Ginov tidak menyebarang ke dalam rumah.
Dua menit berselang setelah Bu Riza menghilang, Ginov mendengar kegaduhan. Firasatnya memburuk tiba-tiba. Apalagi saat terdengar sepintas suara Eriz yang marah-marah. Mungkin mereka lagi bertengkar, mungkin Eriz menolak menemuinya atau mungkin Bu Riza yang marah karena kehadirannya.
Pikiran Ginov tak bisa berhenti memikirkan prasangka-prasangka negative hingga akhirnya Eriz datang dengan muka yang lebih tidak bersahabat dari milik mamanya.
“Kok cemberut, habis tidur siang, ya?” Ginov berbasa-basi begitu Eriz duduk.
“Mau apa sih lu?” tanya Eriz, mengabaikan pertanyaan Ginov yang menurutnya buang waktu jika harus dijawab.
“Yeee, pakai nanya. Gue mau ketemu elu lah.”
Eriz menarik napas dan membuangnya dengan keras. “Sekarang udah ketemu, kan? Nah, lu pulang deh. Gue banyak kerjaan.”
“Dengerin sampai habis, dong. Gue mau ketemu elu terus ngajak elu keluar. Jauh-jauh ke sini, mana mungkin tujuan gue sesederhana tatap muka doang.”
“Gue banyak kerjaan, lu budek, ya?” Nada bicara Eriz memang santai tapi kata-kata yang dipilihnya begitu menusuk.
Ginov mendesah. Anehnya, sekejam apapun Eriz berkata-kata, ia tidak merasa tersinggung ataupun marah. Mungkin ini efek rasa bersalahnya. Ia merasa pantas menerima perlakuan itu.
“Kerjaan apa? Tugas sekolah? Nyuci baju? Beresin kamar? Gue bantuin sampai selesai. Asal lu mau pergi bareng gue hari ini,” ucapnya kali ini tanpa senyum. Meski menggelikan, Ginov sejujurnya serius ketika mengucapkan itu. Dan yang terpenting, dulu ia pernah melakukannya.
“Oh. Oke.”
Ginov membelalak. Perkiraannya, tidak seperti ini jawaban Eriz. ia sungguh tidak menyangka cewek itu membolehkannya membantu. Ah, firasat buruk itu kembali menghampiri. “Jadi gue mesti bantu apa?” tanyanya.
Eriz berdiri dan masuk ke dalam. Tak lama setelahnya, ia kembali dengan kardus yang isinya mencuat. Ginov menajamkan penglihatan dan langsung terbelalak kaget. Ia pun sontak berdiri.
Eriz meletakkan kardus di lantai, tepat di hadapan Ginov. “Bawa barang terkutuk ini ke halaman belakang.”
Ginov bergeming, menatap Eriz dan kardus bergantian. Kardus itu berisi boneka beruang yang dipaksa terlipat, novel-novel dari penulis best seller, dan album foto kebersamaan mereka yang Ginov hadiahkan dulu padanya.
“Kena…”
“Mau dibakar,” potong Eriz, seolah membaca isi kepala Ginov.
“Itu belinya pakai uang loh, Riz!” Ginov tanpa sadar mengeraskan suaranya. Barang-barang yang hendak dilenyapkan Eriz adalah bukti kebersamaan mereka. Sudah sepantasnya Ginov menyelamatkan barang itu.
Eriz berdecak. “Terus kenapa kalau pakai uang? Bukan uang gue juga. Mau bantu atau tidak, nih?” desaknya. “Katanya mau ngajak gue pergi. Buruan dibawa ke belakang.”
Ginov mengangkat kardus itu dengan muka masam. “Lain kali aja perginya, Kardus ini gue bawa pulang.”
“Heeei.” Eriz refleks menahan lengan Ginov saat cowok itu berbalik. “Pemilik barang itu gue. Jangan seenaknya diambil.”
Ginov melirik malas. Suasana hatinya benar-benar buruk. “Tapi gue yang ngasih, Riz. Kalau lu sudah nggak mau sama barang-barang ini, lebih baik dibalikin ke gue daripada dibakar. Di luar sana, banyak yang butuh.”
Eriz menurunkan tangannya. Sulit membantah karena ucapan Ginov yang terakhir memang benar.
***
“Kak!” Gina berlari di belakang Ginov saat kakaknya itu berlalu ke kamar membawa kardus.
Gina ikut masuk ke kamar Ginov. “Apaan nih?” tanyanya.
“Nggak usah banyak nanya.”
Ginov terduduk di tepi ranjang, mencoba mengatur napas yang tidak stabil akibat memendam kekesalan pada Eriz. Andai ia bisa marah-marah pada cewek itu semaunya seperti dulu, pasti melegakan. Sayang sekali, meski ia benar kali ini, tetap saja berat melampiaskan amarahnya.
Gina berjongkok, mengintip isi kardus lebih dekat. Ia mengarik boneka beruang ke luar dari sana. Senyumnya melebar ketika membaca yang disulam di lengan kanan boneka itu.
Erizia
“Kalau seorang cewek sudah balikin pemberian mantannya, itu artinya tak ada celah lagi untuk sang mantan di hatinya.” Gina berdiri, menghadap Ginov sambil memeluk boneka. “Kak Eriz sudah mantap untuk melupakan Kakak. Gina yakin.”
Kesal dengan kalimat tadi, Ginov merampas boneka di tangan Gina. “Lu masih bocah, belum tahu apa-apa soal hati.”
“Bukannya Kak Ginov yang belum tahu soal hati?” Gina mendengus, menendang kardus dengan kaki kanannya. “Kalau Gina jadi Kakak, Gina akan berhenti ngejar Kak Eriz.”
“Lu bodoh, makanya berpikiran begitu,” balas Ginov, emosi. Enak saja ia disuruh berhenti berjuang. Janur kuning belum melengkung, Eriz juga masih jomblo. Tapi bukan itu intinya.Ia sedang berusaha membuat Eriz berdiri di sampingnya dalam pemilihan Ketua OSIS nanti. Cinta? Itu hanya kedok.
Gina menggeleng-gelengkan kepala sambil melihat Ginov dengan tatapan lelah. “Bukan bodoh, tapi peka. Masa’ Kak Ginov nggak bisa lihat Kak Eriz sukanya sama siapa?”
Ginov menunduk, menatap tangannya yang menggenggam erat tangan boneka beruang. Mulutnya tidak dapat berkomentar lagi. Satu sosok mendadak muncul dalam kepalanya. Sosok itu adalah jawaban kenapa Ginov tidak ingin berhenti mengejar Eriz.
Rifan. Selamanya tidak akan pantas buat Eriz. Ginov bersikeras dalam hatinya.
Gina membuang napas lalu berkata, “Pelik. Untung gue nggak punya mantan.” Ia kemudian keluar, membiarkan Ginov sendiri dengan berbagai permasalahan hatinya yang tak kunjung selesai.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • alsaeida

    Gaya bahasanya aku suka banget. Enak banget dibaca ????

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
The Last Name
48      40     0     
Fan Fiction
Ketika wanita dan pria saling mencintai satu sama lain apakah sebuah hal yangsalah? Tidak, tidak ada yang salah. CInta menjadi salah jika kau mencintai seseorang yang secara takdir memang tidak bisa kau cintai.
Meet Mettasha
14      14     0     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
Distance
51      37     0     
Romance
Kini hanya jarak yang memisahkan kita, tak ada lagi canda tawa setiap kali kita bertemu. Kini aku hanya pergi sendiri, ke tempat dimana kita di pertemukan lalu memulai kisah cinta kita. Aku menelusuri tempat, dimana kamu mulai mengatakan satu kalimat yang membuat aku menangis bahagia. Dan aku pun menelusuri tempat yang dimana kamu mengatakan, bahwa kamu akan pergi ke tempat yang jauh sehingga kit...
Broken Wings
43      30     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
Deepest
32      29     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.
When You Reach Me
155      125     0     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
About us
592      325     0     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...
When the Winter Comes
2911      692     0     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Innocence
177      101     0     
Romance
Cinta selalu punya jalannya sendiri untuk menetap pada hati sebagai rumah terakhirnya. Innocence. Tak ada yang salah dalam cinta.
Tanda Tanya
11      11     0     
Humor
Keanehan pada diri Kak Azka menimbulkan tanda tanya pada benak Dira. Namun tanda tanya pada wajah Dira lah yang menimbulkan keanehan pada sikap Kak Azka. Sebuah kisah tentang kebingungan antara kakak beradik berwajah mirip.