Read More >>"> Itenerary (Perjalanan Dimulai) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Itenerary
MENU
About Us  

"Jadi, sekarang kita harus naik angkutan kota, untuk menuju ke tempat penyewaan mobil Jeep, yang nantinya akan mengantar kita ke basecamp Ranupani," kata Boy, mengawali pembicaraan. 

Tersisa empat orang manusia kali ini. Boy, Juang, Caca, dan Maya, adalah keempat manusia yang kini sudah tergabung--dan tak bisa mundur-untuk sebuah petualangan yang sudah mereka nanti-nantikan. 

Petualangan pendakian ke Gunung Semeru, yang adalah cerita baru bagi seorang Caca dan Maya. Kalau bagi Juang dan Boy, mendaki gunung Semeru adalah hal kesekian kalinya yang sudah pernah mereka lalui, namun mereka ketagihan dan selalu ingin menikmati, lagi dan lagi. 

"Menurut gue, Gunung Semeru itu candu," kata Juang.

"Kenapa?" Maya mengerutkan keningnya. 

"Asli, indah banget! Apalagi Ranu Kumbolo. Beeeh! Bagai karunia Tuhan yang nggak akan pernah bosan untuk gue nikmati." Juang menggebu.

Boy mengangguk mantap. "Kalian berdua, pasti suka."

"Eh, itu angkutannya. Ayo," kata Juang, sembari mengajak teman-temannya tuk segera naik angkutan kota. 

Tak sabar untuk tiba di sana. Karena pesonanya, sudah menanti dengan indah.

*

Di dalam angkutan, terdapat beberapa orang penumpang lainnya, yang sepertinya adalah para pendaki juga. 

Ah, tak sabar rasanya. Baru saja melihat banyak manusia dengan tas gunung dan pakaian ala pendaki saja, rasanya eufhoria pendakian sudah sangat melekat di batin mereka. 

"Lo pernah naik gunung mana aja, May? Lo sempet ikut pecinta alam juga, kan?" Juang membuka suara, mengawali pembicaraan di dalam angkutan kecil ini.

"Iya. Tapi gue nggak sehebat kalian berdua." Maya memberi penekanan pada kata 'berdua', yang ditujukkan untuk Boy dan juga Juang saja, tanpa mengikutsertakan Caca. Caca yang menyadari hal tersebut hanya menarik nafas dalam-dalam, toh memang benar bahwa Caca sama sekali tak pernah terlibat dalam pendakian apapun, kan?

Maya melanjutkan. "Gue baru pernah ke Gunung Prau, Gunung Andong, Gunung Merapi.. Itu aja kayaknya."

"Wah, pernah ke Merapi, May? Sampai puncak?" tanya Boy.

"Sampai, dooong!"

Juang mengacungkan jempolnya. "Keren, keren, May. Bagi gue, cewek yang suka naik gunung dan sampai ke puncak, itu keren abis!"

"Semoga yang ini sampai puncak juga, ya, May!"

"Aamiin.. Semoga kita berempat bisa lihat puncak Semeru. Nggak sabar!" Boy membayangkan, betapa bahagianya ia jika bisa membawa teman-temannya sampai puncak.

"Yakin berempat?" Maya tersenyum sinis, sembari melirik kearah Caca. Boy dan Juang langsung paham apa maksud sindiran Maya. 

Caca tersenyum. "Gue nggak ambisius, kok. Kalian bertiga aja yang sampai puncak, nggak apa-apa."

"Jangan pesimis gitu, Ca." Boy menghibur. "Lo memang belum pernah, tapi bukan berarti lo nggak bisa."

"Tapi mustahil kali, Boy. Realistis aja. Kalau dipaksa, malah nanti ngerepotin!" tandas Maya, dengan pedas.

Caca mengangguk. "Bener. Gue nggak mau ngerepotin kalian."

"Ca, apaan sih?!" Juang menegur. "Dari dulu, jaman kita pacaran, gue paling benci sama sikap pesimis lo. Jangan pesimis, jangan rendah diri gitu. Cepet nyerah, namanya!"

Bukannya bangkit, Caca malah makin down kali ini. Caca menoleh kearah jendela, "Iya, gue pesimis, gue banyak kurangnya, makanya lo nggak suka, makanya lo tinggalin gue. Ya, kan?"

Deg. Juang sadar, ucapannya salah. "Bukan gitu, Ca. Bukan gitu.."

"Udah, udah, lah. Kenapa sih jadi pada sensitif gini?" tegur Boy. "Kita bahkan belum mulai naik gunung, tapi udah saling cekcok aja! Dimana jiwa pecinta alamnya? Kalau di angkutan aja udah nggak kompak, gimana pas perjalanan ke puncak?! Sadar, woy," tandas Boy, dengan nada tingginya. 

"Sorry," kata Maya, pelan.

Juang pun mengikuti, "Sorry," dan dilanjutkan dengan melirik kearah Caca. "Maaf, Ca."

Caca tersenyum tipis. Hatinya benar-benar tidak karuan. Ingin rasanya menangis pada seorang Sherin. Tapi bagaimana mungkin, bahkan Sherin sudah tidak disini bersama mereka. Solusinya, Caca hanya bisa diam dan menghadapi segalanya seorang diri. 

Bagi Caca, dari sekian banyak hal yang membuatnya down, hanya satu yang bisa membuatnya down berpuluh kali lipat hingga ingin menangis rasanya. Hal itu adalah; intimidasi seorang Maya.

Mereka melanjutkan perbincangan lagi, hingga tanpa terasa, angkutan mereka telah tiba di tempat yang mereka tuju, yaitu penyewaan jeep

*

*

Maya dan Juang mengurus segala hal yang diperlukan dalam penyewaan mobil Jeep, sementara Boy dan Caca memilih mencari warung--atau minimarket kecil, semisal Indomaret dan teman-temannya--untuk melengkapi perbekalan logistik. 

"Lo sedih, ya, Ca?" tanya Boy, saat mereka memilih air mineral mana yang akan mereka beli dan bawa ke kasir. 

"Enggak," balas Caca singkat.

"Jujur aja sama gue. Lo kelihatan beda... Sejak dari tadi Maya sindir-sindir lo, ditambah lagi Juang bilang kayak tadi..."

Caca menghela nafas. "Ternyata lo peka juga, ya."

Boy tersenyum. "Gue baru peka akhir-akhir ini kok. Jaman dulu gue nggak peka, apalagi ketika gue nggak sadar kalau pengirim puisi jaman SMA itu lo, bukan Nadiva. Gue nggak peka, gue nggak paham kalau lo suka sama gue kala itu, dan gue malah jadian sama perempuan lain."

"Udah, lah, jangan dibahas. Udah lewat juga," balas Caca. 

"Sorry, Ca.."

"Buat apa?"

"Semuanya."

Boy dan Caca saling pandang sejenak. Kemudian, keduanya melanjutkan misi mereka untuk mencari makanan penunjang selama perjalanan. 

"Lo suka coklat kan, Ca? Bawa yang banyak, gih. Buat cemilan.."

Caca mengangguk, "Oke."

"Udah banyak, nih. Yuk ke kasir."

Caca mengekor di belakang Boy. Keranjang mereka sudah penuh. Mereka membeli beberapa botol air mineral ukuran besar, kemudian cemilan berupa aneka biskuit, tak lupa mi instan, minuman bubuk seperti susu dan segala macamnya, dan tak lupa cokelat kesukaan Caca.

Kali ini, Caca banyak diam. Hanya menjawab pertanyaan yang Boy berikan, tapi tidak pernah balik bertanya. Dan Boy merasa sepi karena hal itu. Ia kehilangan sosok ceria Caca, hanya karena mulut pedas Maya dan Juang yang tidak sengaja salah ucap.

"Nggak usah dipaksa kalau nggak bisa sampai puncak," kata Boy, masih berusaha memancing suara Caca.

"Gue tau.. Daripada ngerepotin, kan?" balas Caca, masih terpengaruh sindiran Maya tadi. 

"Bukan gitu.. Gue mah santai. Nggak merasa direpotkan sama sekali."

"Itu lo. Tapi yang lainnya pasti ngerasa repot."

Boy tertawa. "Yang lainnya? Maya doang, paling."

Ya, memang hanya Maya. Tapi justru itu yang membuat Caca menjadi super down. Ketika semua orang membela, namun Maya tetap berdiri dengan pendiriannya tuk membenci Maya. Padahal lagi-lagi, Caca tidak tau apa salahnya. 

"Semangat, Ca. Gue ada buat lo. Selalu," kata Boy.

"Jangan janji-janji, Boy. Gue nggak butuh janji." Caca sedikit melirik dan menahan senyumnya.

Dari setitik senyuman Caca, Boy sedikit menemukan kelegaan. "Kenapa? Kayak partai politik, ya?"

"Gitu deh."

"Ya udah, bodo amat. Yang penting, gue bakal kasih bukti." Boy bersaksi. 

"Halah, udah tuh, cepetan di bayar. Ditungguin Mbak kasirnya, loh," kata Caca, mencubit lengan Boy.

Tersadar, Boy langsung melanjutkan transaksinya di kasir, sementara Caca masih terkekeh. 

Caca tau, masih ada rasa yang tertinggal dari kisahnya dengan Boy yang belum selesai sedari dulu. Dan rasa ini, tumbuh lagi. Hanya saja, Caca tak mau menaruh harap terlalu banyak. Ia takut dikecewakan, lagi.

Mereka melangkahkan kaki keluar dari minimarket. Teringat akan sebuah hal. Boy memanggil Caca. "Ca?"

"Ada apa?"

"Dulu waktu kita dekat, jaman SMA, lo selalu cerita tentang..." Boy menggantung kalimatnya, ragu-ragu tuk melanjutkan. 

"Tentang apa?"

Boy menatap Caca tegas. "Keluarga lo."

Deg. 

Caca menahan nafasnya. Boy ternyata masih mengingat segala cerita dan keluhan yang Caca luapkan tentang keluarganya kala itu. 

"Gimana kabar Nyokap lo, Ca?" tanya Boy, pada akhirnya.

Caca tersenyum. "Keadaan jauh lebih baik saat ini, Boy."

"Bersedia bercerita?" Boy mencoba menawarkan diri. Mungkin bisa melegakan hati Caca, atau lebih tepatnya, bisa menjawab rasa penasaran Boy yang sempat hilang kemudian muncul lagi. 

"Nanti, ada saatnya," jawab Caca singkat. 

**bersambung**

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (28)
  • Chaa

    Ini menarik sih.
    Sedikit saran, mungkin bisa ditambah deskripsinya. Jadi, biar pembaca lebih bisa membayangkan situasi yang terjadi di dalam cerita :D

    Comment on chapter Pos Ketan Legenda, Saksi Hening Mereka
  • Indriyani

    Seruu nih, aku suka. Apalagi tentang persahabatan dan petualangannya dapet. Keren 👍

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • nowaryo_

    bagus sebetulnya. hanya saja terlalu banyak dialog. tp bagus, krn bisa membawa pembaca masuk dalam cerita

    Comment on chapter Persiapan Kilat
  • aiana

    @Ervinadypudah meyakinkan kok ceritanya. Eh tp di bab 19 kok ada pengulangan dr narasi bab 16. Pas momen makan ronde dan buat perjanjian kencan 1 hari.

    Comment on chapter Epilog: Narasi Enam Kepala Manusia
  • imagenie_

    selesai baca ini pas masih ngantor. huaaa bagus

    Comment on chapter Epilog: Narasi Enam Kepala Manusia
  • imagenie_

    wah pendakian. aku siap lanjut baca bab selanjutnya nih

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • Ervinadyp

    @aiana makasihhh ya udahh bacaa💚💚 iyanihhh pgn banget naikgunung, doakan smoga kesampaian ya kakkk.. Aamiin yaAllah

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • Ervinadyp

    @suckerpain_ makasiii banyakk sarannya ya kaak💚

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • dear.vira

    Ceritanya bagus, sarannya coba agak kurangi bagian percakapannya ya, strusnya udah bgus banget semangat ya

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • aiana

    seru nih, tentang perjalanan. saya baru baca beberapa bab. kalau sudah selesai saya review deh. Siap-siap nostalgia. Belum penah ke Semeru sih tapi pernah menggembel sampai ke G.Gede saya dulu dan beberapa Kerucut di Jateng. Penulis perlu coba naik gunung. seru dan bikin rindu loh.

    Comment on chapter Rencana Mereka
Similar Tags
Aleya
0      0     0     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
When You Reach Me
154      125     0     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Hujan Bulan Juni
9      9     0     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
Amherst Fellows
168      116     0     
Romance
Bagaimana rasanya punya saudara kembar yang ngehits? Coba tanyakan pada Bara. Saudara kembarnya, Tirta, adalah orang yang punya segunung prestasi nasional dan internasional. Pada suatu hari, mereka berdua mengalami kecelakaan. Bara sadar sementara Tirta terluka parah hingga tak sadarkan diri. Entah apa yang dipikirkan Bara, ia mengaku sebagai Tirta dan menjalani kehidupan layaknya seorang mahasis...
Weak
10      10     0     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
RAHASIA TONI
1300      474     0     
Romance
Kinanti jatuh cinta pada lelaki penuh pesona bernama Toni. Bukan hanya pesona, dia juga memiliki rahasia. Tentang hidupnya dan juga sosok yang selalu setia menemaninya. Ketika rahasia itu terbongkar, Kinanti justru harus merasakan perihnya mencintai hampir sepanjang hidupnya.
CAMERA : Captured in A Photo
31      22     0     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Adelaide - He Will Back Soon
60      39     0     
Romance
Kisah tentang kesalah pahaman yang mengitari tiga insan manusia.
The Last Name
48      40     0     
Fan Fiction
Ketika wanita dan pria saling mencintai satu sama lain apakah sebuah hal yangsalah? Tidak, tidak ada yang salah. CInta menjadi salah jika kau mencintai seseorang yang secara takdir memang tidak bisa kau cintai.
My Universe 1
114      68     0     
Romance
Ini adalah kisah tentang dua sejoli Bintang dan Senja versiku.... Bintang, gadis polos yang hadir dalam kehidupan Senja, lelaki yang trauma akan sebuah hubungan dan menutup hatinya. Senja juga bermasalah dengan Embun, adik tiri yang begitu mencintainya.. Happy Reading :)