Read More >>"> Sunset In Surabaya (Satu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sunset In Surabaya
MENU
About Us  

Matahari memerah membiarkan langit biru ikut memerah mengikuti cahayanya. Semilir angin tak sejuk sore itu, jalanan macet, asap kendaraan mendominasi udara disana. Gedung-gedung pencakar langit ikut menghiasi sore yang sesak itu.

Dea, gadis berusia delapan belas tahun itu sedang berjalan dipinggir jalan setelah menyelesaikan pekerjaan part time yang ia jalani. Sesekali ia batuk karena udara kotor disana. Ia mendongakkan kepalanya menatap gedung-gedung pencakar langit. Pandangannya berhenti pada sebuah gedung yang cukup tinggi, bisa dilihat olehnya seperti seorang manusia tengah berdiri diatas sana, lebih tepatnya diujung gedung itu. Manusia itu menjatuhkan tas miliknya, seakan-akan memberi aba-aba, setelah ini ia yang akan jatuh menyusul tas itu.

Tak ada orang yang menyadari kejadian itu, trotoar jalan sangatlah sepi, tak seorang pun sadar sebuah tas jatuh dari atas sana. Mobil-mobil tetap berbaris menunggu lampu hijau menyala, semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dea segera berlari menuju gedung itu dan berusaha menyusul orang itu di rooftop. Pintu lift tidak segera terbuka, membuat Dea geram dan memilih untuk berlari menggunakan tangga.

Angka dipersimpangan tangga menunjukkan angka delapan. Deru nafas Dea terenggah-enggah, tinggal dua lantai lagi untuk sampai ke rooftop, semoga ia tak terlambat, batinnya di dalam hati. Ia terus berlari, walaupun kakinya mulai terasa lemah.

Sampailah di rooftop, beruntung pria itu masih berdiri diujung sana, ia belum menjatuhkan dirinya. Tanpa berbicara Dea berlari ke arah pria itu dan menarik tangannya. Pria itu jatuh diatas tubuh Dea yang kini terbaring di halaman rooftop tersebut, bisa dibayangkan betapa lemahnya tubuh pria itu hingga mudah terjatuh diatas tubuh Dea.

Tatapan kedua insan itu bertemu. Tatapan pria itu menunjukkan kesedihan yang dalam dan terlihat lemah. Pancaran mata sang gadis menunjukkan kekesalan dan tatapan berambisi.

‘Tampan.’ batin Dea

Pria itu tampan, meski sorot matanya lemah. Kulit putih, alis lurus yang khas, mata bulat berwarna abu-abu, hidung mancung, dan bibir merah tipis. Tampan yang jarang ditemui, tampan khas, tidak seperti tampan pada pria lainnya.

Flower boy.’ batin Dea lagi

‘Manis, meski tatapannya cukup tajam.’ batin pria itu

Pria itu tersadar dari tatapannya dan bangun dari tubuh kecil Dea. Dea ikut berdiri dan masih tetap memberikan tatapan kesalnya. Dea menarik tangan pria itu untuk ikut bersamanya. Pria itu tak mengikuti Dea dan malah menarik Dea kedalam pelukannya.

“Jangan dilepas, ku mohon, seperti ini dulu.”

Dea bisa mendengar isakan kecil disamping telinganya. Dea membalas pelukan pria itu, sesekali ia mengusap punggung pria itu berusaha menenangkan. Dea tahu, pelukan sangat berarti untuk orang-orang yang sedang lemah dan sangat membutuhkannya.

***

Dea membawa dua botol teh dingin ke arah meja kasir, mengeluarkan sejumlah uang kertas dan logam untuk membayarnya. Ia berjalan keluar sambil membawa dua botol teh yang dibelinya tadi dan menghampiri pria itu dikursi teras minimarket. Pria yang baru saja mencoba untuk bunuh diri dan sekarang terlihat lesu.

“Hey, minum ini, kau akan menjadi lebih baik setelah meminumnya. The power of teh ...” kata-kata Dea terpotong

“Emm, sebenarnya the power of teh hangat, tetapi disini tidak ada teh hangat, dingin pun sama saja, hehe.” lanjut Dea kikuk

Pria itu masih diam, tak menjawab Dea, dan lebih memilih untuk menunduk daripada menatap Dea.

“Orang sakit, orang sedih, orang kedinginan, orang berbeban pikiran, semua minum teh.” kata Dea

Dea tak melihat adanya perubahan, pria itu masih diam dan menunduk. Dea membukakan tutup botol itu dan menyodorkan kearah sang pria.

“Hey, minumlah, aku sudah membukanya. Dan lihat aku sekarang, jangan terus menunduk seperti itu.” kata Dea lagi

Perlahan pria itu mengangkat kepalanya, Dea tersenyum, sambil menyodorkan minuman itu lagi. Pria itu menerima dan mulai meminumnya perlahan. Setelah meminum beberapa teguk, dia kembali terdiam.

“Hey, aku Dea. Dirimu?” sambil mengulurkan tangannya

“Hai, aku Kevin.” membalas uluran tangan Dea

Sambil berjabat tangan, mata mereka bertemu, Dea tersenyum. Pelan tapi pasti sebuah ukiran senyuman mulai terbentuk di bibir merah Kevin. Dea merasa lega dapat membuat Kevin tersenyum. Perlahan juga Dea mulai melepaskan jabatan tangannya.

“Ayo berteman.” kata Dea tulus

Bagi Dea orang-orang sakit, mereka yang ditinggalkan, berbeban pikiran, putus asa, bukanlah orang-orang yang harus ditinggalkan. Mereka adalah orang-orang yang harus dijaga, semakin ditinggalkan semakin hancur juga mereka.

“Benarkah? Kau ingin berteman denganku?”

Kevin menjawab ajakan Dea dengan mata berbinar dan nada semangat. Dea menjawab Kevin dengan anggukan dan senyuman, tetapi wajah Kevin perlahan murung kembali. Matanya yang berbinar menjadi mata kosong tanpa harapan, bibir yang sebelumnya terukir senyuman sirna dalam sekejap.

“Kau tak ingin berteman denganku jika kau tahu masa laluku, aku tau itu.”

“Tidak, masa lalu hanyalah sebuah cerita lalu, aku berteman dengan seseorang tak melihat masa lalunya. Aku melihat dia yang sekarang dan dia di masa depan nanti. Masa lalu adalah sebuah pelajaran, tidak lebih dari itu.”

“Benarkah? Kau akan merasa jijik setelah tahu aku yang dulu.”

Dahi Dea mulai berkerut, alisnya saling bertautan, memikirkan apa masa lalu pria di depannya ini, hingga ia terlihat begitu putus asa.

“Seperti apa masa lalumu?”

“Aku ...” Kevin diam sejenak dan menarik nafas dalam

“Aku dulu adalah pria pemuas wanita. Kau mengerti maksudku?”

Dea terdiam sejenak, merasa terkejut dengan apa yang dia dengar beberapa detik yang lalu. Dengan cepat Dea menyingkirkan mimik muka terkejut itu dan menggantinya dengan senyuman manis.

“Kau pasti memiliki alasan untuk menjadi seperti itu. Aku yakin.”

Tak heran, Kevin sangatlah tampan mendekati sempurna. Tinggi, berdada bidang, berkulit putih, mata yang dalam berwarna abu, hidung mancung, bibir merah, dan berambut hitam gelap. Hanya saja matanya memancarkan kesedihan yang dalam.

“Iya, aku memiliki alasan. Aku yatim piatu sejak SMA, aku sempat tinggal dengan orangtua angkat. Mereka tidak mampu untuk memberiku pendidikan yang lebih tinggi setelah SMA. Aku sangat ingin meraih mimpiku, aku selalu pulang malam, untuk mengumpulkan uang, bekerja seperti itu, untuk biaya kuliah. Mereka tak suka aku selalu pulang malam, dan aku selalu dimarahi. Aku memilih pergi meninggalkan rumah untuk mimpiku, dan bekerja lebih sering untuk biaya hidup, tempat tinggal, dan biaya kuliah.”

Dea tersenyum memaklumi, Kevin tertunduk malu. Kevin sungguh merasa jijik dengan dirinya. Perlahan dia merasakan sebuah telapak tangan kecil sedang menepuk pundaknya. Kevin mengangkat wajahnya dan menatap Dea.

“Aku mengerti, aku bisa merasakan apa yang kau rasakan.” kata Dea menenangkan

“Aku berhasil lulus kuliah dengan apa yang ku hasilkan. Aku mulai pindah dari kota asalku, dan memulai disini. Memulai kehidupan yang baru dan lebih bersih. Aku berpikir aku bekerja untuk wanita yang ku sayangi, tetapi semua wanita yang tahu tentang masa laluku memilih untuk meninggalkan aku. Lalu untuk apa aku hidup? Tidak ada yang benar-benar menyayangiku dengan tulus, bahkan orangtua kandungku sekalipun, mereka egois. Mereka bermasalah dan memilih untuk berpisah, tak ada yang menginginkan aku.” jelas Kevin

“Maka dari itu, kau melakukan hal itu tadi?”

Kevin mengangguk lesu.

“Hey, lihat aku. Jangan berpikiran seperti itu, ada aku disini, aku temanmu sekarang.”

“Tidak, aku tidak membutuhkan teman.”

Dea melongo mendengar jawaban Kevin.

“Aku butuh pasangan. Aku akan menjaganya, karena dia adalah segalanya untukku, menggantikan posisi kedua orangtuaku, sahabatku, kekasih. Dia segalanya untukku.”

“Lalu? Seperti apa inginmu sekarang?”

“Mencari kekasih yang mampu menerimaku dan masa laluku. Namun, hal itu tidak mungkin terjadi, sudah puluhan wanita yang meninggalkanku setahun ini. Aku selalu jujur tentang masa laluku berharap mereka bisa menerimanya. Lalu? Entah, mungkin aku akan mengulangi kejadian hari ini. Untuk apa aku hidup?” jawabnya sambil tersenyum pahit.

“Ada aku sekarang. Jangan berputus asa.”

Dea menjawab dengan berani, satu hal yang ada diotaknya sekarang ‘Pria dihadapannya sangat membutuhkan sosok penyemangat’. Bukan cinta, atau hanya perasaan tertarik, rasa iba adalah alasan utama. Jahat memang, tetapi Dea mantap dengan jawabannya.

Kevin menatap dalam mata Dea dan tersenyum.

***

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Persapa : Antara Cinta dan Janji
66      18     0     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
70      19     0     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Love vs Ego
83      23     0     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
TAKSA
2      2     0     
Romance
[A] Mempunyai makna lebih dari satu;Kabur atau meragukan ; Ambigu. Kamu mau jadi pacarku? Dia menggeleng, Musuhan aja, Yok! Adelia Deolinda hanya Siswi perempuan gak bisa dikatakan good girl, gak bisa juga dikatakan bad girl. dia hanya tak tertebak, bahkan seorang Adnan Amzari pun tak bisa.
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
4      4     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Werewolf Game
2      2     0     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
KATAK : The Legend of Frog
2      2     0     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Grey
2      2     0     
Romance
Silahkan kalian berpikir ulang sebelum menjatuhkan hati. Apakah kalian sudah siap jika hati itu tidak ada yang menangkap lalu benar-benar terjatuh dan patah? Jika tidak, jadilah pengecut yang selamanya tidak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati.
It Takes Two to Tango
3      3     0     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Love Dribble
70      28     0     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...