Read More >>"> Game Z (9) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Game Z
MENU
About Us  

Di ruangan sebesar kelas ini, kami hanya diam membisu. Semua ruangan ini sangat menyiksa. Semuanya berwarna putih. Lantainya pun ubin yang berwarna putih. Dan meja pun, putih. 

Kami semua duduk dengan harap-harap cemas. Tangan kami, diborgol dengan sangat kuat. Dan kaki kami pun, ada sensornya. Jika kami berlari, maka sensor tersebut menyala dan tamatlah riwayat hidupku.

Datanglah suara ketukan kaki dari balik ruangan ini.

Terbukalah pintu yang disana terdapat seorang pria berperut atletis dengan wajah sangar dan memakai pakaian tentara. Wajahnya memiliki kumis dan berkulit putih. Pokoknya, ini pria idaman lah buat perempuan lainnya.

Ia mendekati kami, “Buka baju laboratorium kalian!”

Kami hanya terdiam. 

“Cepat!” 

Kami hanya terdiam. Apa cuma aku saja yang berfikir bahwa pria itu bodoh? Pak, kita lagi diborgol. Mau melepaskan pakaian gimana coba?

“Kenapa diam?!”

“Karena tangan kita diborgol,” sahut Kak Dian penuh pembelaan.

Pria itu sedikit malu. Kemudian, ia menyentuh jam tangannya dan terbukalah gembok kami.

“Sekarang. Cepat buka!”

Kami berdiri dan membuka pakaian laboratorium ini dengan cepat. 

Sekilas info saja nih… formasi duduk kita adalah, aku, Arya, Kak Mita, Kak Dian, dan Denayla.

“Ok. Semuanya duduk,” ucap pria itu dengan nada sedikit tenang.

Kami semua duduk.

“Jadi, kalian sudah mendapat izin belum untuk peledakan?” tanyanya ramah. Entah kenapa, aku merasa pria ini mendadak drastis yang tadinya marah jadi lebih ramah. Ada apa?

“Kami hanya ingin memberhentikan wabah ini pak. Ini disuruh ayahku,” jawab Arya.

“Memang Ayahmu siapa?” tanyanya sedikit menjengkelkan.

“Peneliti IEU.” 

“Oh. Sang pengkhianat itu kan?” 

Arya sedikit terbawa emosi, “Maksudnya apa pak?!”

“Sabar dong. Jadi gini, bapakmu itu penyebab dari semuanya. Dan bapakmu itu harus bertanggung jawab.”

Arya mulai panas, “Bapak kalau ngomong dijaga dong!”

“Kenyatannya?”

“Gini deh pak. Demi melerai bapak. Ayahnya Arya sudah meninggal pak,” sahut aku dengan nada pembelaan.

Ku lihat, Denayla dan Kak Mila sedang memasang wajah ketakutan.

“Syukurlah. Memang itu sudah pantas kok buat ayahnya dia,” ujar pria itu dengan nada nyeleneh. Emang gini yah tipikal orang Indoesia? Yang selalu menyentil orang dengan gaya yang besar?

Akhirnya, Arya tersulut emosi, “Bapak kok gitu sih? Memang bapak siapa?”

“Kalian tidak tahu bapak siapa?” tanyanya menggoda.

Kami hanya terdiam. Kecuali Arya yang napasnya memburu panas.

“Bapak adalah Pak Antohony Gideon. Ketua badan pengawasan negara. Dan bapak adalah calon presiden tahun 2031.”

Bodo amat pak. Masih lama ini.

“Terus bapak harus menguasai semuanya? Sampai benci banget sama ayahku?” tanya Arya yang nada dan napasnya mulai teratur.

“Karena ayahmu adalah pengkhianat.”

“Tapi kan…” pembicaraannya terpotong.

“Ok. Kalian dikenakan pasal 7 ayat 1 tentang penggunaan bom tidak mendapat izin. Dan hukumannya adalah. Barangsiapa suatu individu yang mencoba meledakannya, maka ia langsung dihukum mati. Tapi, apabila ia secara berkelompok, maka salah satu dari mereka harus mendapat hukumannya. Siapapun, tidak perlu membedakan derajat! Paham?”

Kami semua termenung kaget. Apa, salah satu dari kita?

“Dan bapak akan kemari bila semuanya telah selesai. Kalau boleh tahu, kenapa bom itu tidak meledak? Karena kami telah meretas semuanya.”

Pak Anthony balik kanan dan pergi meninggalkan ruangan kami.

*** 

“Aku saja!” sahut Denayla sambil memandang kami berempat.

Kami terkejut, “Apa?!”

“Iya,” dia mengangguk, “aku dikelompok ini memang tidak berguna!”

Kak Dian bersahut, “Denayla. Coba sekarang tenangkan dirimu. Kamu ini kenapa?”

“Kak. Kakak tahu, aku dikelompok ini memang tidak berguna. Disini aku orang yang paling lemah. Disini, aku orang yang paling anak-anak. Aku nggak punya sifat dewasa. Dan lebih baik, aku saja dikorbankan.”

Kami semua terdiam. Hening.

Denayla berjalan kepadaku.

“Mita. Jujur, sebenarnya aku cemburu melihatmu bersama Arya. Aku pun sebenarnya suka kepada Arya. Tapi, aku tahu kamu lebih pantas,” Denayla berlutut kepadaku dan mulai meneteskan air mata, “aku tahu. Aku tahu!”

Aku terkejut. Apa? Jadi?

Arya pun terkejut. Dan memegang tangan Denayla.

“Aku pun sudah tahu kalau kamu ingin sekali pacaran dengan Arya. Kamu lihat? Orang-orang disini memiliki pasangan untuk petualangan ini. Dan aku? Hanya diam. Melihat kalian yang senang dengan kekasihnya.”

“Den… aku tidak sep…”

Perkataanku terpotong, “Aku sudah tahu Ta. Aku tahu.”

Air mata Denayla terus mengucur deras. Dan kami semua disini hanya bingung dan emosional. Bingung kenapa Denayla berkata seperti ini, dan emosional karena jujur, ini sedih banget.

Aku yang sedang duduk pun beranjak berdiri, dan berlutut dihadapan Denayla.

“Den, kamu harus kuat. Kita disini butuh kamu juga kok. Dan jika kamu suka kepada Arya, silakan saja. Untukmu juga, aku ikhlas kok.”

“Tapi. Hatiku sudah tersayat perih, Ta. Kamu tahu, aku memang selalu tidak berguna, tidak berjasa, tidak bisa diandalkan, dan tidak bisa mandiri,” ucap Denayla dengan air mata bercucuran.

“Den, kamu kok bicaranya gitu sih?” tanya aku dengan mata berkaca-kaca.

“Karena ini jalan satu-satunya untuk aku bisa bebas Ta.”

Kami semua terdiam. Ku lihat, Kak Dian hanya diam dikursinya, Kak Mila pun sekarang ikut menangis. Arya, ia tetap dengan wajah aslinya. Biasa saja.

Denayla memegang pundakku, “Den. Maafkan aku jika banyak salah. Aku tahu aku banyak salah dan ini kembali kepadamu. Kamu mau memaafkanku atau tidak?”

Aku tahu. Ia sekarang depresi, “Den. Kamu jangan bicara itu lagi.”

“Aku tahu. Kamu tidak mau memaafakanku,” Denayla memandang langit-langit sambil mengelap air matanya, “Ta. Ingatkah saat kita masih anak-anak?”

Aku hanya diam. Mataku sudah sedikit penuh.

“Kita bermain ke pantai, bermain barbie, marah-marah bareng, dan semuanya. Ingat?”

Aku masih diam. Otakku langsung memancarkan rol film sewaktu aku kecil. Begitu indah.

“Indah kan? Dan sekarang aku akan menutup cerita pertemanan kita. Maafkan aku. Ini demi kebaikanmu. Kebaikan semua orang. Dan marah, sedih, canda, tawa, simpanlah dalam kenangan. Ta, ingat. Karena hidup tidak akan baik-baik saja ok? Kita usai disini saja,” ia memegang tanganku lembut. Aku sekarang menitikkan air mata.

“Den. Tolong. Jangan,” cegahku dengan sesenggukan.

“Agar aku bebas Ta. Dan kita akan bermain lagi di surga nanti ya?” Denayla pun kembali menangis.

Aku memeluknya dan meledakkan tangisanku didalamnya. Kami semua bersama-sama menangis. Kudengar, Kak Mila pun ikut menangis didalam pelukan Kak Dian. 

Kawan. Beginilah rasanya. Jika kita ingin berpisah sama orang lain. Emosional sekali.

Denayla melepaskan pelukanku, “Sekarang. Mari kita mulai!”

*** 

Setelah Denayla berpamitan dengan Kak Dian, Kak Mila, dan Arya, ia digiring besama dengan kami ke “Ruang Kematian Napi”. Ruangannya sebesar kamar mandi dengan kursi didalamnya. Ruangan ini sangat transparan. Jadi, saat napi dibunuh pun akan tahu level kesadisannya.

Lalu, Denayla pun dibawa masuk dan duduk di kursi tersebut.

Sebelum ia masuk kedalam ruangan itu, Denayla berkata seperti ini, “Ta. Aku akan selalu bersamamu. Selalu. Dan melupakanku, Inshaa Allah kamu mampu.”

Dan ia memelukku erat. Itu adalah pelukan terakhirku. Aku tidak akan melihatmu lagi Denayla. Untuk sementara waktu.

Denayla Nampak duduk santai diruangan itu sebelum petugas datang membawa alat setrum untuk menyetrum tubuhnya. 

Alat itu pun sudah digunakan dan ia Nampak bersiap-siap.

Aku memegang lengan Arya yang sedari tadi disampingku. Aku memeluknya dengan erat.

“Ok. Kita akan mulai dalam 3…”

Aku memegang erat.

“2…”

“1…” 

Jreb…! Tangan Denayla langsung kejang. Kepalanya mendongak keatas menahan sakit. Ia mengerang, bergelinjangan. Ia sepertinya berteriak kencang dan akhirnya, tubuhnya lemas dan matanya memelotot besar. Lalu, Denayla sudah dinyatakan telah tiada.

Aku hanya terdiam dan menahan air mata. Otakku langsung kembali dimana kami pertama masuk sekolah SD.

Kita berjalan berdua bak adik kakak. Kita bermain berlari-larian, bercanda dan bernyanyi, dan berjanji untuk tetap menjadi sahabat sejati selamanya. Dan kini, kamu telah tiada.

Denayla. Untuk saat ini, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih…

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Revealed
16      16     0     
Short Story
Pembunuh bayaran yang di tuduh melakukan pembunuhan yang tidak dia lakukan memutuskan untuk bekerja sama dengan detektif yang bertanggung jawab dengan kasus itu. Semuanya itu tidak dia lakukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk 'semuanya'.
Midnight Sky
58      48     0     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
In Love With the Librarian
357      222     0     
Romance
Anne-Marie adalah gadis belia dari luar kota walaupun orang tuanya kurang mampu, ia berhasil mendapatkan beasiswa ke universitas favorite di Jakarta. Untuk menunjang biaya kuliahnya, Anne-Marie mendaftar sebagai pustakawati di kampusnya. Sebastian Lingga adalah anak tycoon automotive yang sombong dan memiliki semuanya. Kebiasaannya yang selalu dituruti siapapun membuatnya frustasi ketika berte...
Help Me to Run Away
47      42     0     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
Love vs Ego
201      123     0     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
Comfort
35      28     0     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
Sweeter Than Sweet Seventeen
484      366     5     
Short Story
Menunggu papa peka akan suatu hal yang aku impi - impikan. Namun semua berubah ketika ia mengajakku ke tempat, yang tak asing bagiku.
Aranka
129      99     0     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
ALACE ; life is too bad for us
11      11     0     
Short Story
Aku tak tahu mengapa semua ini bisa terjadi dan bagaimana bisa terjadi. Namun itu semua memang sudah terjadi
Sahara
933      399     0     
Romance
Bagi Yura, mimpi adalah angan yang cuman buang-buang waktu. Untuk apa punya mimpi kalau yang menang cuman orang-orang yang berbakat? Bagi Hara, mimpi adalah sesuatu yang membuatnya semangat tiap hari. Nggak peduli sebanyak apapun dia kalah, yang penting dia harus terus berlatih dan semangat. Dia percaya, bahwa usaha gak pernah menghianati hasil. Buktinya, meski tubuh dia pendek, dia dapat menja...