Read More >>"> Game Z (4) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Game Z
MENU
About Us  

Aku keluar dari portal dan sampai di kamar Denayla. Ternyata dia sedang bermain virtual reality. Menggerakan tangannya dan berteriak lantang ketakutan. Aku tahu, pasti dia sedang bermain game horror.

Saat aku menepuk bahunya. Ia membuka VR-nya dan menoleh kepadaku. Anehnya, ia malah terkejut melihatku.

“Denayla, kamu kenapa?” tanya aku sedikit tertawa.

“Huh. Kamu mengagetkanku. Darimana saja kamu, lama banget. Sampai jam segini.” ia sedikit marah.

“Loh, bukannya masih jam dua belas siang?”

“Memang iya?”

Aku mengangguk.

“Oh, maaf. Itu di jam VR-ku mengatakan kalau sekarang jam dua belas malam. Maaf.”

Aku menepuk jidat.

***

Hari mulai malam. Aku dan Denayla makan bersama dengan memakai aplikasi online yang diantar oleh robot dengan waktu tidak lebih dari lima menit. Wow, segalanya instan bukan? Lalu aku naik ke lantai atas ke kamarku. Denayla masih menonton televisi dibawah.

Ku duduk di ranjangku, dan memandang tablet tipisku itu. Lalu tabletku bergetar. Ada yang menelpon. Tapi, bukan via suara, tetapi video call. Kurapihkan wajahku dan semuanya, lalu aku mengangkat telepon tersebut.

“Halo?” sapa orang itu yang wajahnya masih samar-samar.

“Iya? Ini siapa yah?”  aku melihat dan wajahnya semakin jelas, “arya?”

“Iya. Ini aku.” Jawabnya terkekeh.

“Kenapa menelponku?! Mau modus lagi yah?” 

Ia tersenyum, “Ingin tes saja, takut ini bukan nomormu.”

Aku lupa, pernah memberinya nomor telepon saat di kapsul.

“Oh.” jawab aku ketus.

“Ya sudah. Aku tutup dulu yah.”

“Terserah!” jawab aku ketus.

***

Pagi harinya. Aku masuk kelas dengan Denayla. 

Aku duduk dikursiku dan sampingnya adalah Denayla. Kursi disekolah ini terbuat dari plastik transparan. Dan dikursi itu ada penyesuaian tinggi badan kita jika duduk. Maksudnya, jika kita duduk apakah kita ketinggian atau kependekan dengan meja. Terus, kursi ini bisa menghangatkan pengguna yang duduk disitu. Dan ditambah, kursi tersebut bisa memunculkan berita-berita harian.

Kutoleh Denayla, “Denayla, sekarang pelajaran apa sih?”

“Geografi kali. Ah, aku malas,” keluh Denayla.

“Emang sih.”

Lalu, kursiku bergetar. Kursi itu mengeluarkan sebuah lengan dan ada sebuah tablet. Itu menunjukkan suatu berita update terkini.

Di tablet itu tertulis, Waspada!!! Virus mutasi sudah berkeliaran. Pihak IEU (Indonesian Energy Unlimited) meminta maaf.

“Apaan sih? Berita nggak jelas. Orang sebentar lagi PILKADA ini malah menyebar berita bohong.” gumamku hingga terdengar Denayla.

“Lagi ngapain sih?” tanya Denayla penasaran.

“Ini, nih. Ada virus mutasi. IEU juga apaan?”

“Hah! Virus mutasi?” Denayla terperangah, “emang ada apa dengan IEU?”

“Katanya IEU meminta maaf karena virus ini. Memang IEU apaan sih?”

“Itu, Indonesian Energy Unlimited. Seperti laboratoriumnya Indonesia.”

Aku mengangguk, “Tapi, mengapa ada kata energi?”

“Ya itu sih, karena laboratorium itu lebih banyak meneliti energi alternatif untuk sepuluh sampai seratus tahun kedepan.”

“Oh,” aku mengangguk, “ya sudah. Aku membeli waterdrink dulu yah?”

“Silakan.”

Aku bangkit dari kursiku, lalu keluar kelas. 

Udara pagi ini sejuk. Langit mendung dan mungkin sepuluh atau lima belas menit lagi akan hujan. Oh, aku suka sekali hujan.

Lalu aku keluar menuju kantin. Ingin membeli waterdrink. Itu sebenarnya air minum, tetapi bukan kemasannya berbentuk botol. Tetapi plastik yang aman dimakan, yang berbahan dasar singkong. Dan dijualnya pun tidak satuan. Tetapi memakai box yang isinya seratus. Karena bentuknya kecil-kecil.

Berjalan ke kantin tidak jauh. Hanya lima puluh meter (*mungkin) dari kelasku. Sesampainya aku di kantin, aku meminta kepada robot penjual untuk menyediakan waterdrink. Lalu tanpa butuh lama aku mendapatkannya. Bayarnya, dengan memakai e-dompet yang bisa dipakai dimanapun dan kapanpun. E-dompet akan selalu terhubung jika ada pembayaran.

Aku kembali ke kelas. Dan saat kembali ke kelas, ada Arya dengan teman-temannya.

Lalu, Arya melihatku juga dan berpisah dengan rombongan teman-temannya. 

“Hai,” sapa Arya.

Ya Allah, mau apalagi lelaki gesrek ini?

Dia mendekatiku, “Sudah tahu berita hari ini?”

Aku mengangguk dan berkata ketus, “Itu berita bohong. Jangan coba-coba percaya deh.”

“Itu benar,” jawab Arya, “kalau tidak percaya, itu adalah ayahku. Ayahku yang meminta maaf. Karena dia pihak IEU.”

“Oh?” sahut aku dengan penasaran.

“Dan katanya akan menjadi seperti mayat hidup.”

Apa mayat hidup? Tapi, ngapain juga coba percaya sama laki-laki otak miring?

“Oh,” sahut aku ketus.

“Ya sudah, aku ke kelas dulu,” sahut Arya.

Terserah kamu mau kemana. Kesana kemari. Tapi, please jangan bawa-bawa aku.

Aku kembali masuk ke kelas. Hujan turun. Bersamaan dengan angin sepoi-sepoi. Rintikannya membuat simfoni indah. Mengapa ini menjadi puitis sekali.

Lalu, setiba aku di kelas, aku menatap lapangan. Semua murid dan guru berlarian. Aduh! Ada apa ini?

Lalu dibelakang kerumunan itu ada sebuah makhluk tinggi, berjalan gontai, bergigi taring, otak yang ingin keluar. Ditambah, aku melihat makhluk itu seperti memakan salah satu murid. Ia mengoyaknya, mencabiknya dengan rakus. Dan ternyata, ia mengincar otak manusia.

Aku berbalik badan menuju dalam kelas, “Hei! Ayo cepat keluar. Itu ada mayat hidup.”

Semua orang bangkit dari duduknya dan suasana kelas menjadi riuh. Kursi-kursi berantakan, buku-buku berceceran. Dan semuanya seperti kapal pecah.

“Denayla! Ayo cepat!” pekik aku. 

Denayla mengangguk cepat. Ia berlari panik menujuku. Semua orang sedang berlarian menuju gerbang sekolah. Dan aku mengikutinya. Makhluk itu mungkin sedang asyik dengan santapannya. 

Disaat aku hendak menuju gerbang, tiba-tiba ada satu suara yang kukenali. Ia Arya. Sedang berlari mengejarku.

“Ta,” teriak Arya sambil terengah-engah.

“Ada apa sih ini?” tanya aku semakin panik. Denayla juga panik ditambah shock berat.

“Itu yang kumaksudkan. Dialah yang disebut mayat hidup.”

Aku terkejut ditambah panik. 

“Terus kami harus kemana?” tanyaku semakin panik.

“Kita ke terowongan saluran pembuangan.”

“Kamu gila yah?!” 

` “Ini hanya solusi sementara. Kita kesana dulu. Ok? Tolong Ta. Untuk saat ini, tolong kamu jangan benci saya. Ini genting Ta, genting,” jelasnya dengan terburu-buru. 

Semua orang sedang terburu-buru. Lalu, Denayla berteriak “Aaaakkkk…”

Kulihat kebelakang, ternyata ada tujuh mayat hidup yang sedang berjalan gontai menuju kami. Lalu, kami bertiga berlarian keluar gerbang. Dan masalah pun muncul lagi. 

Dari sebelah timur kami datanglah gerombolan mayat hidup yang berjalan gontai dan cepat. Mereka bahkan lebih memiliki ambisi yang tinggi ketimbang mayat hidup yang tadi. Kami bertiga panik. Kemudian kami berlari menuju arah barat.

Kami terus berlari. Rintik hujan yang tadinya kecil berubah menjadi besar. Ini seperti film Inception. Ah, sudahlah. Akhirnya kami menemukan sebuah lubang. Ya, lubang untuk masuk ke saluran pembuangan. Lalu Arya membukanya, dan kami pun masuk. 

Kami menuruni tangga yang terbuat dari besi. Dan Arya sudah menutup lubang tersebut. Huhhh… kami aman. Tapi, ini hanya sementara.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cadence's Arcana
154      102     0     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...
Should I Go(?)
190      124     0     
Fan Fiction
Kim Hyuna dan Bang Chan. Saling mencintai namun sulit untuk saling memiliki. Setiap ada kesempatan pasti ada pengganggu. Sampai akhirnya Chan terjebak di masa lalunya yang datang lagi ke kehidupannya dan membuat hubungan Chan dan Hyuna renggang. Apakah Hyuna harus merelakan Chan dengan masa lalunya? Apakah Kim Hyuna harus meninggalkan Chan? Atau justru Chan yang akan meninggalkan Hyuna dan k...
ADOLESCERE LOVE
371      173     0     
Romance
Tentang seorang gadis yang ditakdirkan untuk selalu dijauhi oleh banyak orang karena penampilannya yang seram. Dia memiliki impian untuk bisa berpacaran dengan Edelweis, seorang cowok bintang sekolah dan ketua mading. Namun kedatangan Miwon yang pelan-pelan merubah penampilannya serta membuatnya diterima di lingkungan sosial membuat perasaannya bertarung. Membuatnya merasa bingung dan bersalah at...
Sebuah Penantian
57      45     0     
Romance
Chaca ferdiansyah cewe yang tegar tapi jauh didalam lubuk hatinya tersimpan begitu banyak luka. Dia tidak pernah pacaran tapi dia memendam sebuah rasa,perasaanya hanya ia pendam tanpa seorangpun yang tau. Pikirnya buat apa orang lain tau sebuah kisah kepedihan.Dulu dia pernah mencintai seseorang sangat dalam tapi seseorang yang dicintainya itu menjadi milik orang lain. Muh.Alfandi seorang dokt...
Weak
10      10     0     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Laci Meja
15      15     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Rain, Maple, dan Senja
11      11     0     
Short Story
Takdir mempertemukan Dean dengan Rain di bawah pohon maple dan indahnya langit senja. Takdir pula yang memisahkan mereka. Atau mungkin tidak?
Tenggelam dalam Aroma Senja
13      13     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
Secuil Senyum Gadis Kampung Belakang
13      13     0     
Short Story
Senyumnya begitu indah dan tak terganti. Begitu indahnya hingga tak bisa hilang dalam memoriku. Sayang aku belum bernai menemuinya dan bertanya siapa namanya.
Estrella
12      12     0     
Romance
Oila bingung kenapa laki-laki ini selalu ada saat dia dalam bahaya, selalu melindunginya, sebenarnya siapa laki-laki ini? apakah dia manusia?