Read More >>"> Balada Cinta Balado (17. Penantian yang Tidak Sia-sia) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Balada Cinta Balado
MENU
About Us  

Entah mengapa diriku yang dulu kembali lagi ke masa sekarang ini, buku yang telah kubaca itu seakan memberikan kutukan untukku yang semakin membuat gelisah dan resah. Hari-hari mulai berlalu namun aku masih belum bisa melupakan semua isi yang ada di dalam buku itu. Aku juga merasa tidak nyaman dan tidak enak karena aku selalu pulang dan datang tidak tepat waktu ke kantor. Bahkan aku juga tidak merespon temanku untuk bermain ke reot. Kalaupun ke sana, percuma aku tidak bisa melupakannya ,meski telah membahas segala macam apapun untuk mengalihkan perhatiannya, begitupun ketika aku bertemu dengan Katana yg tidak biasanya aku seperti ini. Aku selalu senang bertemu dengannya, kali ini aku tidak bisa merasakan apapun. Apa aku benar mencintai Katana?

“Kau lebih baik ambil keputusan?” ujar Asbul yang datang tiba-tiba masuk kekamar.

“Apa maksudmu?” kataku yang sudah tidak terkejut dengan hawa keberadannya yang tiba-tiba.

“Aku pikir kau sudah bisa melupakan Katana tapi ternyata masih sulit juga. Aku tidak menampik dari segi manapun Katana memang wanita hebat yang pasti diinginkan semua wanita dan pria. Dikalangan masyarakat saja semua orang hampir mengenal dirinya dengan image yang baik apalagi bagiku dan Toto yang sudah mengenalnya pastinya dia dimataku sangatlah istimewa dan luar biasa,” kata Asbul dengan wajah yang serius, entah mengapa rasanya ada yang berbeda.

“Apa kau mencintainya?” tanyaku meledek pada Asbul untuk mengalihkan perhatiannya.

“Sayangnya Cinta tidak hanya dimiliki oleh orang hebat saja. Meski aku tahu sering dimamfaatkan atau dipermainkan, kenyataan aku sangat mencintai wanita itu dibanding Katana,” ucap Asbul bak pecinta sejati. "Mungkin orang menganggapku bodoh tapi biarkanlah."

“Jadi sekarang kau merasakan apa yang aku rasakan kan?” ledekku pada Asbul.

“Mungkin, tapi setidaknya kisahku lebih jelas,” Asbul membalas ledekanku.

Untuk pertama kalinya Asbul menjelma seperti seorang kakak yang sangat perhatian pada seorang adik. Asbul yang biasanya selalu menghinaku lahir dan batin kini aku merasakan kehangantan dalam setiap kata-katanya. Aku jadi merasakan sesuatu yang aneh pada diriku melihatnya. Aku juga tidak mengerti mengapa ia bisa datang kesini langsung menerobos kedalam kamarku. Tapi aku senang pembicaraanku kali ini dengannya benar-benar membuatku berbinar-binar dan berbintang-bintang. Aku juga merasakan penyesalan karena seharusnya dia seperti ini dari dulu. Mungkin aku tidak akan lama tersesat.

“Aku sangat lelah melihat kalian,” keluh Asbul seraya membuang nafasnya dengan sangat berat.

“Hey, kenapa kau yang lelah?”

“Kau tidak lelah terus menunggunya?” tanyanya padaku yang menurutku tidak perlu untuk dipertanyakan.

“Ada apa denganmu?”

“Aku yang lelah menunggu, kenapa kau yang gelisah?” heranku padanya.

“Kau yakin hanya dirimu saja yang menunggu, bagaimana kalau ada orang yang sedang menunggumu? Apa kau tidak bisa mengambil tindakan tegas untuk dirimu sendiri, rasanya kau malas sekali,” Asbul mengerlingkan matanya kearahku.

“Apa maksudmu?”

“Entahlah aku merasa aneh saja,” katanya langsung keluar kamar.

Menunggu itu sudah pasti melelahkan apalagi menunggunya tanpa kejelasan apapun. Seperti daun yang terbawa angin dan jatuh kedalam sungai terombang-ambing ikut mengalir namun tidak pernah tahu akan berlabuh ke lautan ataukan justru tersangkut atau mungkin akan tenggelam dan hilang.

“Aduhh.…”

Suara beraliran Softrock dari handphoneku langsung mengejutkanku. Aku langsung terperanjat bangun melihat layar tertulis nama Thanny.

“Ya Than." jawabku cepat.

"Bisa tidak kau memanggilku dengan nama lengkap. Tidak enak terdengar ditelingaku. Oh ya besok ada acara tidak? kita semua akan berkumpul di restorannya Tholinson”

“Oke aku akan kesana,”

Sudah lama juga kita semua tidak kumpul bareng bersama-sama. Mungkin ini juga bisa menjadi kesempatan untuk bersama Thanny sekalian menggunakan modus untuk mengembalikan buku ini. Meski pikiran dan hati masih terus bergejolak karena Katana tapi sisi lain hatiku juga tidak menampik jika aku senang akan bertemu dengan Thanny, aku sangat menginginkan momen hanya kita berdua, hanya saja aku tidak menemukan alasan yang tepat untuk berduaan dengannya. Mungkin jika Tuhan baik padaku besok pasti ada jalan untuk bersama dengannya. Ayeee…

Hari yang ditunggu sudah tiba aku bersiap setampan mungkin melebih skor ketampanan lelaki didunia ini. Aku yang tidak biasa ini mulai bersikukuh menjadi lelaki sejati setiap kali dihadapan Thanny walau ujungnya aku menciut jika dihadapan Katana. Tenagaku lemas dan seakan lenyap perlahan.

Dengan penampilan penuh style aku pergi ke Restoran si kembar Tholinson yang tidak pernah sepi, selalu saja ramai. Mereka harusnya beruntung punya teman seperti diriku mengusung tema yang uwahhh. Minimal mereka bisa foto-foto mengabadikan momen dengan suasana yang berbeda. Dan mereka berdua juga berhasil memenangkan pertarungan sengit dengan orang tuanya. Efek keberhasilannya kamipun kecipratan dan ditraktir oleh Thollinson bersaudara.

“Heyy…,” sapaku pada Toto, Asbul dan kak Rey yang sedang asyik bercanda atau bertengkar aku tidak bisa membedakan jika Asbul dan kak rey sedang bersama.”Yang lainnya kemana?”

“Harusnya mereka sebentar lagi sampai,” ujar Asbul.

“Tito juga lama sekali, dia tidak sadar jika kerjaan sedang menumpuk,” ketus Toto.

Kami berbincang-bincang membicarakan kejadian selama kami tidak bertemu. Dan tidak lama kemudian Thanny dan Amy datang, semakin jarang tidak bertemu dengan Thanny dia semakin cantik dan berkilauan. Aku senang dan tersenyum kepadanya begitupun dengan senyumnya sangat menghangatkan hatiku.

“Aku duluannya aku masih ada kerjaan yang masih belum kelar,” kata Asbul masuk naik kelantai 3 khusus staff.

“Sebenarnya kita kesini mau kumpul atau bekerja?” tanyaku heran.

“Kita akan berkumpul tapi tanggung pekerjaanku masih belum kelar kalau belum diselesaikan”

Aku hanya mengagguk dan berkata “Owwhhhhh.…”

“Trio Aretha ayo kita juga kedapur bukankah kita juga belum selesai mengerjakan kue kemarin. Lets go… cuss," ajak Toto.

“Hey kalian ini bagaimana,” aku menggelengkan kepala percuma datang cepat kesini. “Oh ya Thanny. Aku ingin mengembalikan buku ini padamu. terima kasih”

Thanny tersenyum, “Sangat disayangkan jika tokoh lelakinya tidak bisa melihat dengan jelas.”

Aku membalasnya dengan tersenyum berat karena hatiku lebih berat mendengar Thanny berkata seperti itu seolah ditujukan untukku. Setelah Trio Aretha berlalu aku hanya berbincang dengan Toto dan itupun tidak terlalu lama karena orang yang ditunggunya telah datang. Tito langsung berdiri menyambut Toto dan menarik kedalam kantornya. Aku hanya duduk terdiam dan aku pikir aku akan seorang diri dimeja ini menunggu Trio Aretha dan Trio Tiasto, tapi itu hanya dugaanku saja ternyata Toto membawa seseorang dan meninggalkannya denganku.

“Katana…,” ujarku lemah.

“Kau masih memanggilku seperti itu, bagaimana kalau ada yang tahu selain sahabatmu itu?” jawabnya tersenyum, aku sangat bahagia melihatnya namun disaat bersama aku juga merasakan rasa sakit.

“Disini hanya ada kau dan aku,” ujarku padanya. Aku merasa canggung dengan keadaan seperti ini rasanya masa-masa menyenangkan dulu sudah mulai lupa seperti apa rasanya.

“Sejak pertama kali aku bertemu dengan temanmu selain Toto dan Asbul, mereka semua tidak ada yang mengetahui jika aku dulu berteman denganmu termasuk Thanny?”

“Tidak. Thanny sangat menyukaimu, aku tidak mungkin mengatakan hal itu. Ia suka kupa diri jika menyangkut dirimu."

“Kau ingin melindungiku. Thanny selain cantik dan pintar, ia orangnya baik bahkan ketika ia bersamaku ia tidak seperti seorang fans ataupun teman tapi seperti seorang adik, dan ia tidak pernah berhenti bicara.”

“Ya seperti itulah Thanny, membuat semua orang merasa nyaman didekatnya."

“Aku senang berada didekatya dan aku bersyukur ia juga dekat denganmu. Apa kau menyukai Thanny?” katanya menghentak hatiku seketika.

“Apa kau benar-benar tidak menyukaiku?” secara tidak sadar aku mengatakan hal itu entah mengapa ketika ia mengatakan hal itu aku tergerak untuk menanyakannya.

“Ini sudah ketiga kalinya kau mengatakan hal itu,” ujar Katana seraya memalingkan wajahnya padaku. “Mengapa kau mengatakannya lagi?”

“Sedari dulu kau memang tidak pernah berhenti untuk menyerah tapi kau tidak perlu membohongi dirimu sendiri."

“Apa yang kau tahu?” katanya dengan urat diwajah semakin jelas.

“Bagaimanapun Katty harep adalah nama yang aku buat untuk kita.”

Katana hanya diam dan semakin jelas dipelupuk matanya menahan bendungan itu. Akupun tidak kuasa melihatnya dan menggenggam tangannya keluar dari restoran Toto. Aku membawanya pergi kesuatu tempat yang biasa aku gunakan untuk menyendiri tidak lain adalah pantai tempat biasa aku melihat matahari tebenam. Aku memakaikan helm dan ia masih diam tidak mengatakan sepatah katapun meski aku tahu air matanya yang hampir keluar menjawab semuanya. Diperjalananpun ia tetap diam duduk memelukku dengan erat dan menyandarkan kepalanya pada pundakku.

Aku merindukan duduk berdua berboncengan seperti ini, padahal dulu aku sering melakukan hal ini hanya saja bedanya ia tidak memelukku seerat ini. 8a tidak beranjak dan masih memelukku meski tempat yang ingin aku singgahi bersamanya sudah sampai. Aku yakin ia tidak tidur dipunggungku. Aku merasakan jantungnya berdebar tidak karuan sama sepertiku sekarang ini. aku membiarkannya dan menatap langit biru yang sangat terik sekali menyinari.

“Aku bagaikan orang yang kehilangan arah disaat aku mengingatmu, aku selalu menangis karena kenangan yang kau ciptakan dan rasanya aku ingin memukulmu karena rasa sakit hati ini, tapi aku ingin memelukmu ketika aku bertemu denganmu?”

Aku mencairkan suasana yang beku ini. aku memulai perbincangan dengan mengutip salah satu kalimat dari bukunya, kalimat itu pula yang aku rasakan ketika dulu aku sangat merindukan. Aku sakit hati karenanya tapi tidak bisa membencinya. Aku kecewa jika semua yang ia tulis itu ditujukan untukku, karena ia tidak mengatakannya secara langsung tapi aku juga merasa bersalah karena aku tidak cepat membaca buku itu ketika Thanny memberitahuku, padahal jelas nama pengarang itu adalah Katana. Jika aku lebih cepat membaca mungkin kejadian ini akan terjadi tiga tahun lalu dengan keadaan yang berbeda dan mungkin saja sekarang ini aku bisa bersama dengan Katana.

Detak jantungnya sudah mulai tenang dan ia melepaskan pelukanku, meski lirikan mataku ini tidak salah jika matanya sembab dengan iringan melody dari hidungnya. Ia masih diam dan perlahan menghentikan tangisannya.

“Aku tak yakin pada hidup ini tapi aku masih menyimpan harap. Setelah pengalaman yang aku pelajari dan dijalani sedikit membuatku mengerti dan membuka mata. Hidup itu tak pernah lepas dari penyesalan padahal penyesalan akibat dari tindakanku dan karena tindakanku aku menyalahkan hidup. Ternyata waktu itu seperti benda tajam jika tak bisa memegang dan menggunakannya dengan baik ia akan berbalik melukai,” katanya. “Aku menyesal karena telah bertemu denganmu."

“Kenapa kau tidak mengatakan hal itu lebih awal, bukankah aku sering bertemu denganmu sampai aku tidak punya wajah untuk bertanya hal seperti ini?” kataku tersenyum dan merasa lega rasanya bebanku menjadi hilang semua.

“Anggap saja rasa bersalah ini membuatku tidak tahu harus mengucapkan kata apa untuk memulainya," ujarnya semakin tenang.

“Lalu apa sekarang kau sudah tidak merasa bersalah lagi," candaku padanya.

“Aku sudah menulisnya semua dibuku itu.”

“Berarti kau selama ini juga mencintaikukan?” ledekku padanya, perasaan ini tidak asing dan mengingatku kepada masa itu. Meski dengan candaan tapi penuh harapan.

“Kalau iya, bagaimana?” Tanyaku memberanikan diri, meski masih ada rasa takut di tolak. "Tapi aku juga tidak akan memaksa. Yang terpenting kamu tetap mau menjadi temanku juga tidak apa-apa," aku berkilah secepat kilat sebelum ia menolakku kembali.

Katana hanya tersenyum. “Tapi aku berharap kau tidak menghindariku lagi. Kita tetap masih bisa berteman seperti dulu."

 Entah siapa yang harus disalahkan. Kami berdua telah menanggung beban yang sama dengan cara yang berbeda, alasan yang mungkin tepat dan pastinya mnejalaninya dengan mental yang cukup kuat, karena jujur saja baik aku dan dia tidak mudah untuk menjalaninya. Setelah sekian lama aku dan dia kembali membuka kenangan disaat kami menghabiskan waktu bersama ketika dulu. Kami memutuskan untuk berteman dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Aku benar-benar sangat lega telah mengeluarkan semuanya, entah mengapa aku juga tidak merasa sedih dan kecewa ketika ia hanya menginginkanku menjadi teman. Entah apa lagi alasannya tapi aku sangat senang bisa mengenal dan menghabiskan waktu bersama.

Ia juga menceritakan semuanya dan menjawab apapun yang aku yang tanyakan. Aku yakin jika jawaban yang keluar dari mulutnya itu jujur, karena wajahnya bukanlah wajah yang selama ini kutemui tapi wajah yang sama persis ketika dulu aku bersamanya. Tidak terasa waktu cepat berlalu ketika sedang merasakan kebahagiaan. Kali ini aku menyaksikan matahari terbenam bersama dengan Katana orang yang sangat kuinginkan. Semua rasa bersalah selama ini akan tenggelam bersamaan dengan matahari dan menutup semuanya.

“Hey ini sudah sore sebaiknya kita kembali,” ujarnya

Aku menganggukkan kepala, aku menikmati kebersamaan dengannya dan tidak henti-hentinya kami terus membicarakan apapun yang ada diotak kami, begitupun dengan kenangan dulu dimana putih abu-abu itu menjadi saksi perjalan kisah romansa, komedi dan thriller. Bahkan sampai di restoranpun kami berdua masih bisa tertawa dengan lepas. Tapi seketika suasana dimeja para Trio itu berubah horror dan mencekam menghentikan tawa kami berdua.

“Siapa diantara kalian yang membuat Thanny menangis?” bentakku pada mereka. Hatiku seolah tidak terima melihat ia seperti ini.

“Hey Lotty, aku tonjok kau bolak-balik membuat Thanny menangis,” ancam Asbul dengan seramnya.

“Kau menculik pacarku!” geram Tito.

“Owhhh… pacar. Awas kau kalau buat Katana tidak bahagia. Aku tampar kau diseluruh tubuhmu,” giliran aku yang mengancam.

“Eh… playboy gurita. Awas dengan cewekmu yang lain. Sampai membuat Katana digerayangi. Aku akan membuat ujung rambut sampai ujung kakimu aku pecut”

“Wuiihhh… serem” ujar kak Rey.

“Okehhhh…,” Tito menggebrak meja dengan semanggat dan menggenggam tangannya dengan pasti. “Kita berangkat berlibur.”

“Tidak bisa, aku masih sibuk dipanti asuhan,” ujar kak Rey.

“Tidak bisa juga aku sibuk mau tutup buku,” tambah Amy.

“Aku jug..”

“Berhenti kalian semua. Memangnya aku mengajak kalian berlibur sekarang juga. Kita atur jadwal dulu. Dikira aku tidak memiliki pekerjaan,” kesal Toto dengan wajah gantengnya yang imut membuat Amy meleleh menatapnya. Akhirnya kami bersenang-senang dan terpaksa harus dengan segudang pekerjaan di meja, karena sebulan lagi tahun baru akan datang dan pekerjaan harus cepat diselesaikan.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • atinnuratikah

    Keren kak

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • Qarina_Jussap

    @ShiYiCha ya maacih neng... Masih belajar neng... Belum ahli... πŸ˜πŸ˜‚

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • ShiYiCha

    Hai, Kak. Aku suka cerita ini. Lucu, ngakak bacanya. Humornya sukses. Buat saran, mungkin bisa diperbaiki lagi tentang tanda baca dan dialog tagnya, Kak. Cemangatt

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • Qarina_Jussap

    terima kasih banyak ba. kalau ada saran dan kritik boleh ba jotos-jotos ke chat aku ya....

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
  • dede_pratiwi

    nice story :)

    Comment on chapter 01. Seperti Puzzle
Similar Tags
Wannable's Dream
1397      473     0     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Aku Mau
360      211     0     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.
I Can't Fall In Love Vol.1
89      58     0     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Returned Flawed
9      9     0     
Romance
Discover a world in the perspective of a brokenhearted girl, whose world turned gray and took a turn for the worst, as she battles her heart and her will to end things. Will life prevails, or death wins the match.
Hujan Bulan Juni
9      9     0     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
G E V A N C I A
53      37     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Sadness of the Harmony:Gloomy memories of Lolip
12      12     0     
Science Fiction
mengisahkan tentang kehidupan bangsa lolip yang berubah drastis.. setelah kedatangan bangsa lain yang mencampuri kehidupan mereka..
Sang Penulis
426      213     0     
Mystery
Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat menggambarkan sebuah kejadian di masa depan. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Dan tak ada juga yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat merusak kehidupan seseorang. Tapi, yang paling tak disangka-sangka adalah penulis tulisan itu sendiri dan alasan mengapa ia menuliskan tulisan i...
Rela dan Rindu
222      136     0     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Our Tears
69      50     0     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan