Read More >>"> The Wire (Chapter 9 - My Person 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Wire
MENU
About Us  

Timku berlatih cukup keras untuk mempersiapkan diri dalam uji tanding pada akhir pekan ini. Kemampuan mereka meningkat cukup pesat, terutama anggota termuda dalam timku. Aku yakin mereka pasti bisa melakukannya dengan baik.

            Gedung tua tempat kami berlatih, diubah menjadi arena bertarung layaknya arena bertarung para ranker guardian. Kakekku dan beberapa orang penting yang terlibat dalam pelatihan agent keamanan pribadinya ini juga akan datang.

Menurut kakek, ketua dewan pertahanan dari kaum mees akan datang untuk melihat uji tanding kami. Ketua dewan pertahanan berada dalam diskusi bersama kakek dan dewan pemimpin lainnya untuk bergabung dalam pelatihan ini. Dewan keamanan mengakui kemampuan kakek untuk menghasilkan agent yang hebat sehingga mereka tertarik untuk membuat para tentara dan agent keamanan negara bergabung dalam pelatihan.

            Aku sangat bersemangat dan tidak sabar untuk memulai pertandingan. Aku duduk bersama timku di sisi lain arena sambil menyaksikan pertandingan kelas C melawan kelas B yang sebelumnya telah memenangkan pertandingan melawan kelas D.

            “Setelah pertandingan ini berakhir, maka pertandingan berikutnya adalah milik kita.” Tukasku dengan penuh semangat, tapi begitu aku menoleh ke arah timku, mereka seperti hamster yang ketakutan karena akan berhadapan dengan kucing-kucing besar kelaparan.

“Kalian, ikut denganku.” Mereka mengikutiku keluar dari gedung.

            “Serang aku sekarang juga!” perintahku pada mereka. Mereka tidak berkutik. Mereka membuatku tidak sabaran. Tanpa aba-aba, aku menyerang mereka.

Secara spontan mereka membalas seranganku. Tidak jarang dari mereka sampai berguling di tanah untuk menghindari seranganku. Mereka cukup lihai untuk menghindari serangan, dan juga serangan yang mereka lakukan juga sudah sangat baik dan efektif. Beberapa kali mereka berhasil membuat badanku merasakan tinju dan tendangan mereka.

            “Nona, sekarang giliran tim anda.” Sawyer, salah satu asisten kakekku menghampiriku.

            Timku terlihat lusuh karena terlalu banyak berguling di tanah. Tapi setidaknya mereka sudah lebih siap.

“Kalian pasti bisa.” Tukasku pada mereka. “Pergilah ke arena dan buat aku terlihat baik dimata kakekku.”

Mereka mengangguk dan segera masuk ke arena, layaknya sebuah mesin mobil yang telah panas dan siap untuk melaju kencang.

            “Mereka sepertinya kelelahan, apakah nona tidak khawatir mereka akan kewalahan dalam pertandingan nanti?”

            “Mereka tidak lelah Sawyer, mereka siap bertanding. Aku hanya memanaskan mesin mereka agar mereka siap untuk bertanding.” Aku dan Sawyer segera masuk ke arena dan menyaksikan pertandingan pertama, Geofani melawan Xon (G).

            Tidak di ragukan lagi, Geofani dengan mudah mengalahkan Xon. Begitu pula dengan anggota-anggota timku yang lain. Di luar dugaanku mereka berhasil melakukannya dengan mudah. Dan satu yang membuatku terkejut, mereka menirukan gerakanku saat menyerang ataupun bertahan. Gerakan mereka juga sangat efisien. Aku bisa melihat seringaian di wajah kakekku. Seringaian kakek biasanya selalu menandakan hal yang baik Tapi entahlah, semoga saja.

            Setelah selesai bertanding, sementara menunggu persiapan untuk pertandingan final, aku menemani mereka beristirahat di ruangan yang sudah disediakan.

“Wow, kalian membuatku terkejut.” Aku mengekspresikan rasa banggaku pada mereka. “Kalian benar-benar luar biasa.” Mereka terlihat tersenyum senang.

            Ketika kami sedang merencanakan untuk pertandingan pada babak final, Kakek bersama beberapa orang tiba-tiba masuk menemui kami.

            “Perkenalkan, dia cucuku, Blaire.” Ucap kakek pada seseorang yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, kami mengenalinya sebagai mess. “Blaire, dia adalah Mr. Maxwell dari dewan pertahanan.”

Aku menjabat tangannya dengan ramah. Aku merasa tidak asing dengan namanya.

“Pertandingan timmu sangat luar biasa, kami sangat terkesan. Bailey mengatakan kalau timmu adalah tim baru yang baru dibentuk dua minggu yang lalu, tapi kalian sudah menunjukkan hasil yang sangat luar biasa.” Orang yang berdiri beriringan dibelakangnya ikut mengiyakan ucapannya dengan mengangguk. “Kalian masih muda, tapi kalian sudah sangat luar biasa. Berapa usiamu Blaire?”

“Untuk tahun ini akan genap 16 tahun.” Jawabku.

“Aku punya seorang putri yang seusia denganmu, tapi sayangnya daripada beladiri, dia lebih suka berbelanja ke mall. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini sepertinya dia juga mulai berlatih beladiri dengan teman-temannya.”

“Maaf sebelumnya, apakah putri anda bernama Dyne?” tanyaku untuk memastikan. Kalau aku tidak salah ingat, Dyne memiliki nama belakang yang sama dengannya.

            “Iya. Putriku bernama Dyne Maxwell. Bagaimana kau bisa tau? Apa kau mengenalnya?”

            “Iya. Kami berada di kelas yang sama di sekolah. Saya sempat membantunya berlatih beladiri bersama Ricci dan Adia.”

            “Jadi selama ini dia berlatih bersamamu?”

            “Iya.”

            “Baguslah, aku sangat senang mendengarnya. Tolong jaga dia untukku Blaire, dia anak yang sangat baik dan cukup lemah untuk hal-hal keras seperti beladiri.” Jelasnya. Aku hanya mengangguk. “Bailey, sebaiknya kita kembali, aku tidak ingin menganggu mereka lebih lama. Mereka harus bersiap-siap untuk pertandingan selanjutnya.”

 

***

            Kami mulai bersiap di arena bertanding. “Para guardian bertugas menjaga punggung para werewolf. Itulah rencana kita. Aku tidak akan ikut menyerang kalau kalian belum pingsan.” Tanpa sadar, aku mengeluarkan seringaianku.

            Setelah mendengar tanda dimulainya pertandingan, mereka dengan cekatan mulai menempati tempat mereka. Begitu pertandingan di mulai, tim dari kelas B menyerang secara bersama-sama, 20 orang sekaligus. Sementara pelatih Dixi bersantai di belakang timnya, menikmati kemenangan yang akan urung ia kantongi jika ia terlalu meremehkan timku. Dengan mudah, tim guardianku menghabisi hampir separuh dari mereka menggunakan tembakan pelumpuh jarak jauh. Sisanya menjadi tugas para werewolf untuk menghajar mereka.

            Melihat timnya hanya tersisa 3 orang yang tengah melawan timku, pelatih Dixi akhirnya turun tangan. Sam, Jhonny, dan Lyla menghadapinya sementara Mark, Kyne, dan Sarah melawan ketiga anggota tim dari kelas B yang tersisa. Mereka bertiga masih harus kewalahan untuk menghadapi pelatih Dixi.

            “Geofani, Jace, kalian bantu mereka.” Mereka segera melakukan apa yang aku perintahkan. Ketika Geofani bergabung melakukan serangan, mereka menjadi seimbang. Tapi Jace dengan kelincahan dan kegesitannya berhasil membuat Dixi kerepotan untuk menangkis dan memberikan perlawanan, itu berarti kekalahan untuknya. Begitu Jace berhasil menempel di punggung Dixi, dia tidak akan bisa lepas. Dan dalam sekejap, peluru pelumpuhpun bersarang di bahu pelatih Dixi. Tidak lama kemudian, disusul ketiga anggota kelas B yang bertekuk lutut di hadapan timku.

Timku menang, mereka menang atas usaha mereka sendiri. Pada akhirnya aku tidak melakukan apa-apa untuk membantu mereka.

            Semua berhamburan ke tengah arena bersuka cita dengan kemenangan mereka. Aku sangat senang melihat mereka begitu bahagianya.“Klara, bisakah kau siapkan makanan lebih banyak untuk malam ini? Aku akan kedatangan tamu malam ini. Siapkan camilan juga. Thank you.” Aku mengirim pesan untuk Klara. Aku rasa tidak apa-apa membawa mereka ke rumah untuk merayakan ini. Di akhir pekan, ketiga kakakku tidak akan pulang karena Clark dan Cedric menginap di rumah kakek, sementara Rone akan bersama Cedric.

 

***

            “Silahkan masuk, anggap saja rumah kalian sendiri.” Aku mempersilahkan mereka masuk. Jace dan Jessi yang sudah mengenal tempatku, mereka langsung berlari ke dalam menuju dapur untuk menemui ibu mereka.

            “Ibu! Kita menang.” Aku bisa mendengar suara Jace. “Semuanya di sini.”

            Aku membawa mereka ke ruang tengah, ruangan yang paling luas dan setidaknya bisa menampung mereka semua. Klara, Jace, dan Jessi kemudian bergabung dengan kami.

            “Hei Klara.”

            “Hei Sam.”

            “Kalian saling mengenal?” tanyaku pada Sam dan Klara.

            “Sam dan ibunya, Diane, adalah teman yang sebelumnya aku ceritakan padamu yang menjaga Jace dan Jessi sementara aku bekerja Blaire.” Aku ingat Klara pernah mengatakan mengenai temannya yang menjaga sikembar sementara ia bekerja, tapi dia sepertinya tidak mengatakan nama mereka padaku. “Blaire, tuan muda Rone mengatakan kalau dia akan sibuk bersama tuan muda Cedric selama seminggu ke depan, dia ingin kau yang menjemput nona Clark.”

            Mereka melihatku bersamaan.

            “Rone, Cedric, Clark? Siapa?” tanya Lyla.

            “Rone Bailey, cucu dari pemimpin para guardian, kakak dari Blaire.” Geofani menjawabnya untukku. “Rone sudah memiliki sumpahnya, itu sebabnya dia tidak bisa bergabung dengan kita.” Jelasnya.

            “Bukankah dia memegang sumpah untuk pewaris pemimpin para witch? Pewaris dari keluarga Cromwell.” Link menimpali. Dia benar-benar fans berat dari Rone.

            “Cedric Cromwell. Aku bertemu dengan mereka beberapa hari terakhir saat aku dan Jessi di sini, mereka tinggal bersama dengan Blaire.” Jace berbicara tanpa mempertimbangkan ucapannya. Dasar bocah.

            “Apa?” mereka terkejut bersamaan. “Kau tinggal bersama dua laki-laki hebat Blaire? Rone Bailey dan Cedric Cromwell?” Tanya Sarah.

“Wow” Lyla mencoba menimpali dengan nada humornya.

            “Clark Scoonhoven juga tinggal bersama Blaire.” Jessi menambahkan. “Dia sangat baik, walaupun dia seorang vampire.” Oh Tuhan, kapan ini akan berakhir? aku hanya diam sementara mereka berbicara saling menimpali.

            “Scoonhoven? Bukankah mereka adalah kepala keluarga dari kaum vampire? Kenapa dia tinggal di sini?” sekarang giliran Geofani yang mengungkapkan rasa ingin tahunya.

            Perhatian mereka tertuju padaku. Setelah mereka terlihat tenang, akupun mulai angkat bicara.

            “Oke, aku akan menjawabnya.” Aku mulai bicara dan mereka diam mendengarkan. “Saat ini belum ada guardian yang memegang sumpahnya untuk Clark Scoonhoven, jadi untuk sementara ini, kakekku dan kepala keluarga Scoonhoven memutuskan untuk membuat Clark dalam pengawasanku demi keamanannya.” Itu tidak sepenuhnya kebohongan.

            “Aku berharap bisa melakukannya, memegang sumpah untuk keluarga pemimpin para vampire.” Link mulai berhayal.

            “Tentu kau bisa kalau kau bisa mengalahkanku. Mereka harus memenuhi persyaratan dariku untuk bisa menjadi guardian dari Clark Scoonhoven.”

            “Kenapa tidak kau saja yang melakukannya?” tanya Lyla.

            Aku tersenyum. “Aku tidak bisa, kakekku tidak mengijinkanku memegang sumpah untuk siapapun. Aku dibebaskan dari sumpahku. Aku juga tidak pernah mengikuti academi untuk para guardian. Itulah kenapa aku keluar dari rumah kakek dan hidup di luar lingkungan para guardian.”

            “Tunggu, kalau kau tidak pernah mengikuti academi, bagaimana kau bisa berlatih dan menjadi ranker?” sahut Geofani.

            “Aku sempat berlatih dengan pelatih Hugo saat usiaku 7 tahun. Kemudian aku mengikuti kelas pelatihan beladiri di luar lingkungan guardian. Aku sempat mengikuti pelatihan militer muda juga. Selebihnya kakek yang melatihku secara pribadi bersama Rone.”

            “Hah.. kau membuat kami iri.” Link mengeluh.

            Setelah Klara selesai dengan makan malam kami, kami menikmatinya bersama. Mereka terlihat sangat bahagia dan tidak henti-hentinya membahas aksi mereka di arena. Klara ikut bergabung untuk makan malam dan terlihat begitu bangganya ia pada Jace setelah ia mengetahui cerita dariku kalau Jace yang membawa kemenangan untuk tim kami.

            “Sam, sorry, sepertinya acara menonton kita harus diundur untuk akhir pekan ini. Aku harus menjaga Clark sementara kakakku sibuk dengan tugasnya.” Aku berbisik pada Sam yang duduk di sampingku.

            “Tidak apa-apa, kita bisa melakukannya lain kali.” Aku rasa dia sama sekali tidak keberatan.

            Sementara kami masih mengobrol, bel pintu tiba-tiba berbunyi. Aku tidak mencium kehadiran guardian dan werewolf lain, aku juga tidak mencium kehadiran vampire dan witch, aku yakin yang datang adalah mees. Aku keluar untuk membuka pintu.

Saat aku melihat dari lubang pintu, “Dyne?” dia babak belur.

Aku segera membuka pintu dan berhasil menangkapnya sebelum badannya terjatuh ke lantai. “Sam, bantu aku!” teriakku. Sam segera muncul dan membantuku membawa Dyne masuk dan membaringkannya di sofa. Dia memelukku erat saat aku duduk di sampingnya. Dia menangis tanpa hentinya. Klara memberinya minum untuk menenangkannya.

            “Dyne, apa yang terjadi?” aku begitu cemas melihatnya tidak berdaya.

            “Mereka membawa Ricci dan Adia. Anak-anak yang pernah aku ceritakan.” Dyne melihat ke arah Sam, Mark, Jhonny, Lyla, Sarah, dan Kyne. “Teman-teman mereka yang melakukannya. Bukankah kalian yang menyuruh mereka?” Dyne terlihat tidak senang.

            “Tunggu, Dyne. Mereka seharian ini bersamaku, sepertinya kau salah paham.”

            “Itu pasti ulah John dan teman-temannya. Dia saudara sepupuku. Mereka bukan bagian dari kami, hanya saja kita berada di sekolah yang sama dan beberapa kali kami keluar bersama.” Jelas Jhonny.

            “Kau tau mereka ada dimana?”

            “Sepertinya aku tau, aku beberapa kali ikut mereka ke tempat perkumpulan mereka.”

            “Oke, kita pergi ke sana. Klara, tolong jaga Dyne untukku. Jessi dan Yesa, kalian tetap di sini bersama Klara. Geofani, Jade, dan Jace, aku ingin kalian pergi ke kediaman Scoonhoven dan jemput Clark untukku. Katakan padanya aku membutuhkan bantuannya untuk mengobati Dyne. Kita tidak bisa membawanya ke rumah sakit untuk masalah ini. Sisanya akan pergi bersamaku.”

            “Blaire, maafkan aku, aku sudah merepotkanmu.” Tukas Dyne.

            “Tidak apa-apa Dyne, itu gunanya teman bukan? Kau aman di sini, aku akan membawa Ricci dan Adia pulang bersamaku.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    wah aku suka penulis menulis sesuatu yang berbeda. mantap

    Comment on chapter Chapter 1 - My Memories 1
Similar Tags
Dimensi Kupu-kupu
425      242     0     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
JUST A DREAM
11      11     0     
Fantasy
Luna hanyalah seorang gadis periang biasa, ia sangat menyukai berbagai kisah romantis yang seringkali tersaji dalam berbagai dongeng seperti Cinderella, Putri Salju, Mermaid, Putri Tidur, Beauty and the Beast, dan berbagai cerita romantis lainnya. Namun alur dongeng tentunya tidaklah sama kenyataan, hal itu ia sadari tatkala mendapat kesempatan untuk berkunjung ke dunia dongeng seperti impiannya....
ONE SIDED LOVE
24      20     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Mengapa Harus Mencinta ??
92      76     0     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
Old day
10      10     0     
Short Story
Ini adalah hari ketika Keenan merindukan seorang Rindu. Dan Rindu tak mampu membalasnya. Rindu hanya terdiam, sementara Keenan tak henti memanggil nama Rindu. Rindu membungkam, sementara Keenan terus memaksa Rindu menjawabnya. Ini bukan kemarin, ini hari baru. Dan ini bukan,Dulu.
Cinta (tak) Harus Memiliki
99      91     0     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
When I Found You
88      57     0     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Red Rose
13      13     0     
Short Story
Cerita ini di dedikasikan teruntuk : Bayi-bayi yang dirampas haknya untuk dilahirkan dan wanita-wanita di luar sana yang masih terlalu muda untuk memilih mempertahankan kandungannya, atau menggugurkannya. . Get inspired by : Doa Novena Kerahiman Ilahi (hari ke-6)
Perahu Waktu
11      11     0     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
JEOSEUNGSAJA 'Malaikat Maut'
319      179     0     
Fan Fiction
Kematian adalah takdir dari manusia Seberapa takutkah dirimu akan kematian tersebut? Tidak ada pilihan lain selain kau harus melaluinya. Jika saatnya tiba, malaikat akan menjemputmu, memberikanmu teh penghilang ingatan dan mengirim mu kedimensi lain. Ada beberapa tipikel arwah manusia, mereka yang baik akan mudah untuk membimbingnya, mereka yang buruk akan sangat susah untuk membimbingny...