Read More >>"> For Cello (1. Adiba Lovelyta) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - For Cello
MENU
About Us  

Bab 1
"Jika kau berhenti mencintai seseorang hanya karena rasa yang tak terbalaskan, maka cintamu itu palsu."

• • •

HARI Minggu yang indah. Dimana sang surya tengah malu-malu menampakan wujudnya di ufuk timur. Menyebabkan langit berwarna biru itu lebih didominasi oleh warna jingga akibat sinar mentari yang hendak terbit.

Pukul 06.05.

Cello sudah berdiri ganteng di depan rumah yang sering ia kunjungi akhir-akhir ini dan telah rapi bersiap menggunakan baju kaos hitam longgar, celana jeans pendek, juga tidak lupa dengan sepatu nike-nya. Ia sudah siap untuk melakukan lari pagi di taman kota.

Tidak lupa ia mengajak sahabat perempuannya, Cello merogoh benda pipih yang sejak tadi bersemayam di saku celananya. Setelah mendapatkannya, Cello memencet tombol yang ada sisi atas benda itu dan sedetik kemudian layar bergambarkan dirinya dengan gadis cantik berbibir mungil muncul di layarnya.

Jari telunjuknya menggulir beberapa aplikasi sampai akhirnya berhenti pada aplikasi Line. Cello menatap layar ponselnya, disana sudah tertera sebuah kontak dengan nama Lovely. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman, tangan kanannya beralih memijit pelipisnya.

"Gue yakin pasti itu anak belum bangun," Cello menggeleng, ia segera menghubungi kontak tersebut. Suara seseorang muncul setelah nada sambung yang ketujuh.

"Hallo..."

"Bangun Love, trus mandi, gue tungguin di bawah."

"Jangan ngerjain aku Cell," terdengar helaan napas dari seberang "Serius, aku masih ngantuk nggak mau dibercandain."

"Siapa yang ngerjain sih, kalo lo lupa gue itu nggak seusil temen-temen." Cello terkekeh, ingatannya kembali memutar kejadian satu tahun lalu, dimana ia dengan tidak sengaja dipertemukan dengan gadis cantik yang bernama lengkap Adiba Lovelyta.

Waktu itu, Cello usai dari ruang musik untuk mendaftarkan diri sebagai gitaris band sekolah yang kebetulan merekrut anggota baru. Di perjalannya menuju kelas, tanpa sengaja ia melihat Adiba termangu sambil menengadahkan kepalanya menatap sepatunya yang terikat di ranting pohon.

Hidung Adiba merah seperti tomat, air matanya meleleh turun ke pipi. Melihat cewek menangis seperti itu, membuat hati Cello bergetar untuk membantunya. Dengan gerakan spontan Cello menepuk bahu Adiba, dan tanpa sadar ia mengulas senyum kala mata bulat milik Adiba menatapnya. "Jangan menangis." Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya tanpa diperintah.

"Gini aja deh Love, kalo lo nggak mau turun, gue aja yang jemput lo ke kamar." Cello berucap kembali, membuat gadis berambut coklat yang menarik selimutnya kembali sebatas dada langsung melompat, menyibakan tirai jendela di kamarnya, manik matanya melebar saat melihat Cello dengan kurang ajar gantengnya sudah berdiri di depan rumahnya. Sedangkan dia masih terlihat kucel dengan wajah bantal dan juga mengenakan piyama bergambar animasi kartun Pororo.

"Oke, tunggu aku." ucap Adiba final, ia menutup sambungan telefon dengan sepihak dan segera melesat ke kamar mandi.

"Tumben kamu ngajak aku lari pagi?" Adiba mengambil langkah duluan, ia berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Cello yang hanya terkekeh di belakangnya. Menyusul sahabat kesayangannya yang sudah lenyap dibalik pintu. "Biasanya juga kami lari pagi bareng Yudha, Kristal, Dhirga."

"Nggak tau, kepingin aja lari pagi bareng lo Love." Cello kembali tersenyum, menyebabkan lesung di pipinya tampak lebih jelas.

"Jangan panggil aku Love." ucap Adiba pelan, mirip seperti gumaman saja. Tapi masih bisa didengar Cello, Adiba membuang muka ke samping agak malu.

"Nama lo siapa?"

"Adiba Lovelyta,"

"Jadi, nggak salah dong gue panggil Love." jawab Cello santai.

"Senyaman kamu aja lah." tanpa Cello tau, raut wajah Adiba berubah. Bibir merah alami milik gadis itu mengerucut lucu menahan senyum. Entahlah, rasanya ada letupan-letupan aneh yang bersarang di dadanya.

"Jangan ngambek gitu deh," Cello mengacak rambut Adiba dengan sayang. "Anggap aja itu panggilan sayang ke elo."

Setelahnya, hanya candaan ringan yang menemani mereka selama joging menuju taman, sampai akhirnya mereka berpisah karena Cello telah bergabung dengan teman-temannya bermain basket. Sedangkan Adiba memilih untuk duduk menghapus kelelan yang melanda. Ia memperhatikan Cello yang cukup lincah memasukan bola ke dalam ring.

Kacello Adhytia. Cowok dengan segudang bakat dan kemampuan akademis yang ia miliki. Selain olahraga, Cello juga pintar dalam bidang musik. Bagi Cello musik adalah bagian dari kehidupannya, meskipun ia tidak mengatakannya secara gamblang, namun semangatnya dalam berlatih membuat Adiba yakin bocah laki-laki itu memiliki sepercik cita-cita untuk mendalami hobinya tersebut.

Kalau boleh jujur, Adiba suka dengan musik. Jauh sebelum ia mengenal Cello, Adiba pernah mendapatkan cerita menarik dari Ibundanya, bahwa Ayah Adiba adalah pemusik yang handal di sekolahannya dulu. Dan bisa Adiba bayangkan bagimana romantisnya sang Ayah yang menyatakan perasaannya pada Ibunda Adiba melalui lagu dan petikan gitar.

Adiba ingin mengajukan diri sebagai anggota ekstrakurikuler musik, tapi sayangnya ia sama sekali tidak mempunya bakat dalam hal bermusik. Ia sama sekali tidak bisa memainkan alat musik, kecuali satu, meja yang ia ketuk asal dengan tangan mungilnya dan menghasilkan irama yang bisa diterima gendang telinga sudah membuat Adiba tersenyum kegirangan. Dan sepertinya sekarang Adiba memiliki penyalur minatnya itu, dengan melihat Cello memainkan alat musik kesayangannya, Adiba rasa itu sudah cukup.

Namun, banyak orang yang mengatakan setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan enam tahun terakhir ini Adiba baru menyadari bakatnya dalam bidang desainer cukup membuatnya percaya diri. Adiba senang, karena Cello bersedia dan sering menemaninya mencari referensi baju model terbaru, terkadang Cello juga meminta Adiba desainkan baju untuk dirinya sendiri ataupun Ibundanya.

Setetes air jatuh dari langit mengenai kening gadis itu, secara refleks Adiba menengedahkan wajahnya menerawang ke langit yang masih terlihat cerah. Tak berselang lama, setitik air itu berubah menjadi gerombolan yang siap membasahi bumi.

Orang yang berlalu lalang di depan Adiba sama sekali tidak terganggu dengan datangnya hujan, mereka masih bersenda gurau di bawah guyuran air yang jatuh dari langit. Berbeda dengan Adiba, wajahnya berubah agak pucat. “Uh, hujan!” Adiba memekik panik, dia benci hujan.

Secepat kilat Cello berlari menghampiri Adiba, mendekap dan membawa gadis itu berteduh di bawah pohon besar tak jauh dari sana. “Nggak apa-apa, hujan nggak bakalan berani menyakiti lo karena disisi lo ada gue.”

How do you feel about this chapter?

0 1 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Finds
273      160     0     
Romance
Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin...
Aditya
36      26     0     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
Last October
55      34     0     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::
Aldi. Tujuh Belas. Sasha.
10      10     0     
Short Story
Cinta tak mengenal ruang dan waktu. Itulah yang terjadi kepada Aldi dan Sasha. Mereka yang berbeda alam terikat cinta hingga membuatnya tak ingin saling melepaskan.
Perjalanan Kita: Langit Pertama
86      56     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Adelia's Memory
10      10     0     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
Dear You, Skinny!
32      27     0     
Romance
CAMERA : Captured in A Photo
31      22     0     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Sang Penulis
422      212     0     
Mystery
Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat menggambarkan sebuah kejadian di masa depan. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Dan tak ada juga yang menyangka bahwa sebuah tulisan dapat merusak kehidupan seseorang. Tapi, yang paling tak disangka-sangka adalah penulis tulisan itu sendiri dan alasan mengapa ia menuliskan tulisan i...
A D I E U
59      50     0     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.