Read More >>"> AILEEN (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - AILEEN
MENU
About Us  

“Sampai nanti.”

Tiara balas melambai sambil tersenyum tipis pada laki-laki yang telah bersedia memberikannya tumpangan payung hingga ke halte dekat sekolah.

Hari ini hujan turun malu-malu, begitu pula hatinya yang malu-malu menerima pertolongan laki-laki itu. Tepatnya, malu-malu tapi mau. Sangat mau.

Tiara tersenyum kembali mengingat sosok laki-laki tadi.

Kulit sawo matang, mata yang bercahaya, lesung pipi yang manis.

Siapa yang akan menolak tawaran dari laki-laki seperti itu? Apalagi di hari pertama masuk sekolah seperti ini. Seragam putih biru yang masih baru itu sayang jika harus basah di hari pertama, bukan?

Tiara menarik nafas dalam dan panjang, kemudian menghembuskannya perlahan. Rasa senang dan deg-degan membuatnya sedikit sesak.

“Kira-kira dia kelas berapa ya? Delapan atau Sembilan? Yang pasti bukan kelas tujuh sepertiku.” Tiara berkata pelan pada dirinya sendiri. Kakinya berayun-ayun ringan mengusir dingin yang datang bersama hujan. Papa terlambat lagi hari ini.

Tiara tersenyum lagi membayangkan laki-laki yang baru ditemuinya itu, dan setiap kata yang diucapkannya pada Tiara tadi.

“Hai, belum dijemput? Mau kuantar sampai ke depan?” Tiara dikagetkan oleh suara laki-laki yang tanpa Ia sadari telah berdiri di sebelahnya. Tiara menatap laki-laki itu sekilas, terlalu malu untuk benar-benar memperhatikan. Tiara benar-benar tidak pandai dalam bertemu orang baru.

“Uhm, gak usah, makasih.” Jawab Tiara singkat dan pelan sambil tetap menghadap ke depan.

“Paling tidak di halte depan ada tempat duduk. Di sini kamu hanya akan berdiri sampai hujan reda, atau sampai jemputanmu datang. Manapun yang terjadi lebih dulu, tentu saja.”

Tiara dengan terpaksa setuju akan perkataan laki-laki yang tidak Ia ketahui namanya itu. Di koridor sekolah yang mengarah ke gerbang depan ini memang tidak memiliki tempat duduk. Hanya pilar-pilar kayu, atap dan lantai.

Tiara mengedarkan pandangannya. Hanya tinggal 5 anak yang belum dijemput termasuk dirinya. Dan sepertinya, mereka semua tidak membawa payung, sama terjebaknya.

“Bagaimana?” Laki-laki itu bertanya lagi sambil menyunggingkan senyum kecil. Tiara menjadi semakin malu dan gugup, tangannya dingin. Dalam keadaan seperti itu, yang dapat dilakukannya hanyalah mengangguk kaku.

“Kalau begitu, ayo.”

***

“Sampai nanti, Tiara.”

Tiara tersenyum tipis pada laki-laki yang mengayuh sepeda menjauh darinya.

Sudah seminggu Tiara menjadi anak SMP di sekolah favorit yang diidam-idamkannya sejak dulu. Sudah seminggu sejak Tiara bertemu laki-laki berpayung biru tua yang mengantarkannya hingga ke halte depan sekolah.

“Hei!”

Tiara menoleh. Cahaya matahari yang tepat mengenai wajahnya membuat Tiara harus memicingkan mata untuk melihat sosok yang memanggilnya. Benar-benar memanggilnya atau sebenarnya itu panggilan untuk orang lain? Entahlah, tidak ada salahnya untuk ikut memastikan, bukan?

Sesosok laki-laki bersepeda datang menghampirinya dan berhenti tepat di samping Tiara.

“Kamu menjatuhkan ini.”

Laki-laki itu menyodorkan sehelai pita biru tua. Tiara menatap laki-laki itu sedikit heran sebelum memeriksa rambutnya. Ah iya, pita kanannya terlepas.

Tunggu dulu…

Dia kan…. Si laki-laki berpayung biru tua tempo hari!

“Ini, ambillah.” Laki-laki itu masih menyodorkan pita biru kepada Tiara.

“Oh, makasih.” Tiara mengangguk pelan sambil mengambil pita birunya, kemudian menunduk memandangi roda sepeda di hadapannya. Dadanya berdebar, tangannya terasa dingin. Ia sungguh tidak pandai bertemu orang baru.

“Aku Baskara. 9B” Kali ini laki-laki itu menyodorkan sebuah perkenalan.

Dengan ragu-ragu, Tiara membalas uluran tangan laki-laki itu. “Tiara, 7A.”

“Lain kali, hati-hati. Jangan sampai pita birumu hilang. Kalau ketahuan Pak Amat, bahaya!” Laki-laki itu tertawa kecil. Matanya mengerling jahil.

Tiara tahu itu. Setiap hari, anak perempuan di sekolahnya wajib dikepang dua dengan pita biru tua yang diberikan sekolah. Kalau tidak, siap-siap menerima teguran dari Pak Amat, guru tergalak di sekolah ini!

Tiara balas tertawa gugup.

“Baiklah, Tiara. Senang berkenalan denganmu. Jangan berdiri di sini terlalu lama, panas.”

“I.. Iya.” Tiara mengangguk lagi, kali ini sambil tersenyum kikuk. Berinteraksi dengan laki-laki itu membuat seluruh bagian tubuhnya menjadi aneh dan kaku. Haruskah Ia mulai berjalan ke halte sekarang? Atau haruskah Ia menunggu laki-laki itu pergi duluan sebelum Ia melanjutkan perjalanannya ke halte?

Tiara melirik laki-laki yang masih duduk anteng di atas sepedanya. Laki-laki itu menaikkan alis kirinya dan tersenyum kecil.

Tiara menarik napas dalam. Baiklah, sepertinya itu kode bagi Tiara untuk berjalan lebih dahulu. Dari sudut matanya Tiara dapat melihat laki-laki itu juga mulai mengayuh sepedanya pelan menuju arah yang sama.

Tidak sampai lima menit Tiara telah tiba di halte dekat gerbang sekolah. Ia menoleh ke belakang dan tidak mendapati laki-laki itu lagi. Kemana perginya?

“Sampai nanti, Tiara.” Tiba-tiba Tiara mendengar laki-laki itu melintas di sisi kirinya saat Tiara sibuk menoleh melalui sisi kanannya.

Belum sempat Tiara membalas, laki-laki itu sudah mengayuh sepedanya jauh di depan.

Sampai nanti?

Tiara tersenyum melihat sosok itu menjauh.

Sampai nanti.

Tiara senang mendengarnya.

Sampai nanti, Kak. Sampai kita bertemu lagi.

***

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • Yuni_angln

    Aku suka ceritanya. Lanjutan kan dong min

    Comment on chapter Aileen 8
  • dede_pratiwi

    like this story :)

    Comment on chapter Aileen 1
Similar Tags
Sweet Sound of Love
0      0     0     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
Like Butterfly Effect, The Lost Trail
86      40     0     
Inspirational
Jika kamu adalah orang yang melakukan usaha keras demi mendapatkan sesuatu, apa perasaanmu ketika melihat orang yang bisa mendapatkan sesuatu itu dengan mudah? Hassan yang memulai kehidupan mandirinya berusaha untuk menemukan jati dirinya sebagai orang pintar. Di hari pertamanya, ia menemukan gadis dengan pencarian tak masuk akal. Awalnya dia anggap itu sesuatu lelucon sampai akhirnya Hassan m...
IZIN
43      13     0     
Romance
Takdir, adalah sesuatu yang tidak dapat ditentukan atau disalahkan oleh manusia. Saat semua telah saling menemukan dan mencoba bertahan justru runtuh oleh kenyataan. Apakah sebuah perizinan dapat menguatkan mereka? atau justru hanya sebagai alasan untuk dapat saling merelakan?
I Fallen for Jena Henzie
103      48     0     
Romance
Saat pitcher melempar bola, perempuan itu berhasil memukul bola hingga jauh keluar lapangan. Para penonton SMA Campbell langsung berdiri dengan semangat dan bersorak bangga padanya. Marvel melihat perempuan itu tersenyum lebar saat mengetahui bolanya melambung jauh, lalu ia berlari sekencang mungkin melewati base pertama hingga kembali ke home. Marvel melihat keramaian anak-anak tim base...
MANTRA KACA SENIN PAGI
68      29     0     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
Dear You
181      78     0     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
HOME
7      7     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Upnormal
127      63     0     
Fantasy
Selama kurang lebih lima bulan gadis delapan belas tahun ini sibuk mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya. Sepertinya Dewi Fortuna belum memihaknya. Nyaris puluhan perusahaan yang ia lamar tak jodoh dengannya. Selalu coba lagi. Belum beruntung. Faktor penyebab atas kegagalannya ialah sang makhluk lain yang selalu menggodanya hingga membuat gadis itu naik pitam. Maklum usia segitu masih labil. ...
Aku menunggumu
0      0     0     
Romance
Cinta pertamaku... dia datang dengan tidak terduga entahlah.Sepertinya takdirlah yang telah mempertemukan kami berdua di dunia ini cinta pertamaku Izma..begitu banyak rintangan dan bencana yang menghalang akan tetapi..Aku Raihan akan terus berjuang mendapatkan dirinya..di hatiku hanya ada dia seorang..kisah cintaku tidak akan terkalahkan,kami menerobos pintu cinta yang terbuka leb...
Who Is My Husband?
213      93     0     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??