Read More >>"> Lingkaran Ilusi (Luka Dari Masa Lalu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lingkaran Ilusi
MENU
About Us  

"And In the end, all I learned was how to be strong alone,"

(d.j)

Kejadian yang melibatkan Firza dan Clarissa beberapa jam lalu tentu saja langsung menjadi topik hangat di antara para mahasiswa. Seorang Firza Juniandar yang terkenal dingin pada hampir semua perempuan, tiba-tiba terlihat dekat dengan seorang mahasiswa baru.

“Jadi selebriti kampus gampang banget ya caranya. Tinggal dekat sama Firza, udah deh cewek itu bakal terkenal,” Bima menggerutu.

Clarissa terkekeh pelan. Matanya masih sibuk memerhatikan layar ponsel yang menampilkan fotonya bersama Firza. Foto itu adalah jepretan pertama Bima, ketika ia dan Firza belum siap dengan pose masing-masing. Namun, alih-alih terlihat jelek justru foto itu terlihat sangat menarik dengan ekspresi yang natural.

Dalam foto tersebut, Firza tengah melihat ke arah Clarissa dengan segaris senyum tipis di bibirnya. Mata gelap pemuda itu terlihat menatap dalam ke arah mata cokelat Clarissa. Sementara, gadis itu tampak tersenyum malu-malu. Mereka justru terlihat seperti pasangan yang sangat serasi.

“Menurut lo, gue cocok nggak sama kak Firza?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Clarissa, hingga membuat Bima melongo.

“Astaga, Clar! Kenapa lo jadi baperan gini sih? Ini cuma foto,” Bima menyentil pelan dahi Clarissa, yang ditanggapi Clarissa dengan gerutuan tidak jelas.

Tiba-tiba saja seorang gadis berkacamata dengan rambut dikuncir menggunakan pita berwarna merah berdiri di samping mereka. Gadis itu melemparkan pandangan ragu-ragu, sebelum akhirnya mengeluarkan kalimat dari bibir mungilnya.

“Gue boleh gabung di sini?” tanya gadis itu.

"Boleh. Bebas kok,” Clarissa melemparkan segaris senyum lebar, kemudian mengulurkan tangannya, “Gue Clarissa, dari kelas A-3.”

“Gue Vella, dari kelas B-2.”

Selama OSPEK, para mahasiswa baru memang dibagi menjadi beberapa kelas. Masing-masing kelas terdiri dari sepuluh peserta, dan ditandai dengan pemberian warna berbeda. Kebetulan kali ini Clarissa berada satu kelas dengan Bima, sehingga ia tidak perlu telalu bersusah payah untuk beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman barunya.

“Gue Bima, dari kelas A-3.”

Perkenalan mereka berlangsung singkat. Selebihnya, mereka seperti teman lama yang baru saja bertemu kembali. Vella dengan mudahnya berbaur dengan mereka dan seolah telah lama menjadi bagian dari Clarissa dan Bima.

Sayangnya, hal itu justru membuat Bima ingin menghilang saat itu juga. Pertemuan itu menjadi salah satu kesialan baginya hari ini. Ia terjebak dalam lingkaran dua orang yang secara terang-terangan mengikrarkan diri mulai hari ini akan menjadi pengagum rahasia seorang Firza Juniandar.

Bima hanya bisa melemparkan pandangan ngeri pada dua orang di depannya. Bagaimana bisa dua orang tersebut begitu heboh membahas seseorang yang bahkan tidak mengenal mereka? Tentu saja, kecuali Clarissa. Gadis itu hanya mendapatkan keberuntungan karena bisa berkenalan dengan Firza melalui sebuah hukuman.

Namun, ia hanya memilih diam. Sekali ia menyatakan ketidaksetujuannya, maka ia harus bersiap-siap jika Clarissa menjauhinya setelah ini. Rasanya, ia benar-benar terjebak di antara dua fangirl yang sedang memperebutkan idola mereka.

Firza melangkah memasuki rumahnya yang selalu sepi. Rumah itu selalu tampak seolah tidak berpenghuni. Gelap, dingin, dan sangat terasa menyesakkan. Ia bahkan sama sekali tidak betah berlama-lama berada di rumah itu. Alasan itu yang membuatnya akhirnya memberanikan diri untuk menjadi bagian dari HMJ Ilmu Hukum. Kegiatan-kegiatan yang ia lakukan di luar rumah, sedikit banyak membuatnya lupa akan sesuatu yang selama ini membuatnya merasa begitu tersiksa.

Firza menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Matanya menatap kosong langit-langit kamarnya yang dicat dengan warna biru gelap dan dipenuhi stiker kecil berbentuk bintang. Segaris senyum tipis terukir di bibirnya, bersamaan dengan munculnya selaput transparan di mata gelapnya yang masih memandang langit-langit kamar. Lama pemuda itu terdiam, hingga akhirnya ia jatuh tertidur.

Aroma tembakau terbakar memenuhi ruangan kamar Firza. Seorang pemuda tengah duduk di sofa kamar tersebut dengan tumit kaki kanan diletakkan di atas paha kaki kiri dan sebuah majalah di hadapannya. Sebatang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah, menjadi temannya untuk menghabiskan malam.

Pemuda itu beranjak dari tempatnya, berjalan menyusuri setiap sudut kamar besar tersebut. Mengamati satu per satu foto berbingkai yang dipasang di dinding. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas, menghadirkan segaris senyum mengejek. Dibandingkan kamar, baginya ruangan ini lebih pantas disebut penjara.

Gerakan mata pemuda itu berhenti pada foto seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun yang tersenyum lebar. Tanpa sadar, tangan pemuda itu mengarah pada dada kirinya. Ada nyeri yang tidak bisa dirabanya di dalam sana. Ada gemuruh yang berdentum-dentum, mencabik-cabik hatinya. Mata jelaga itu berkaca-kaca.

“Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu setelah kejadian hari itu?” pemuda itu berhenti sejenak. Tidak ada air mata, namun nampak jelas sebentuk luka yang membayang di kedua bola mata pekatnya. 

Ia memutar tubuh dan menghadap ke arah Firza yang masih tertidur. Pemuda itu tersenyum miring, mata jelaganya berkilat-kilat nyalang. Brama menghampiri Firza. Lantas menepuk pipi pemuda itu beberapa kali.

“Brama,” Firza terkesiap, namun tidak ada suara yang keluar dari bibirnya.

“Apa kabar, pangeran baik hati? Lo nggak kangen sama gue?” pertanyaan retoris.

Ia sudah sangat tahu jawaban pertanyaan itu. Tidak ada yang merindukannya. Sama sekali tidak ada. Bahkan, semua orang yang ia kenal selama ini selalu menginginkan kematiannya. Ia sama sekali tidak pernah diharapkan, apalagi dirindukan.

“Kenapa lo di sini?” Firza berusaha tenang, meskipun ketakutannya sudah berada di ambang batas.

Brama mengembuskan asap rokok dari bibirnya, lantas tersenyum culas. Satu alisnya terangkat. Mata gelapnya menatap penuh keangkuhan.

“Untuk membalaskan rasa sakit hati gue. Dan...” Brama menggantungkan kalimatnya, ada api kemarahan yang bergejolak di mata gelapnya. “Untuk menemui seseorang!”

Pemuda itu melumat puntung rokoknya di atas asbak, lantas meninggalkan benda itu begitu saja. Brama melangkah meninggalkan rumah mewah tersebut, tanpa menghiraukan Firza yang terus berusaha menahan langkahnya.

Tidak ada yang bisa menahannya. Bahkan jika semesta menginginkan kematiannya, maka ia tidak akan mati sendirian. Ia akan lebih dulu melihat menemui kehancuran. Seseorang yang paling bertanggung jawab atas rasa sakit di hatinya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Unbelievable Sandra Moment
12      12     0     
Short Story
Sandra adalah remaja kalangan atas yang sedang mengalami sesuatu yang tidak terduga apakah Sandra akan baik-baik saja?
Renata Keyla
152      109     0     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
When I\'m With You (I Have Fun)
9      9     0     
Short Story
They said first impression is the key of a success relationship, but maybe sometimes it\'s not. That\'s what Miles felt upon discovering a hidden cafe far from her city, along with a grumpy man she met there.
Coldest Husband
64      47     0     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
When I Was Young
188      137     0     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Ini Luka Siapa?
206      118     0     
True Story
Judul: Ini Luka Siapa? Penerbit: Zukzez Expres Jatim, 2020 Kategori: Kumpulan Prosa
Phi
51      39     0     
Science Fiction
Wii kabur dari rumah dengan alasan ingin melanjutkan kuliah di kota. Padahal dia memutus segala identitas dan kontak yang berhubungan dengan rumah. Wii ingin mencari panggung baru yang bisa menerima dia apa adanya. Tapi di kota, dia bertemu dengan sekumpulan orang aneh. Bergaul dengan masalah orang lain, hingga membuatnya menemukan dirinya sendiri.
Bottle Up
132      88     0     
Inspirational
Bottle Up: To hold onto something inside, especially an emotion, and keep it from being or released openly Manusia selalu punya sisi gelap, ada yang menyembunyikannya dan ada yang membagikannya kepada orang-orang Tapi Attaya sadar, bahwa ia hanya bisa ditemukan pada situasi tertentu Cari aku dalam pekatnya malam Dalam pelukan sang rembulan Karena saat itu sakitku terlepaskan, dan senyu...
Hello, Troublemaker!
31      20     0     
Romance
Tentang Rega, seorang bandar kunci jawaban dari setiap ujian apapun di sekolah. Butuh bantuan Rega? mudah, siapkan saja uang maka kamu akan mendapatkan selembar kertas—sesuai dengan ujian apa yang diinginkan—lengkap dengan jawaban dari nomor satu hingga terakhir. Ini juga tentang Anya, gadis mungil dengan tingkahnya yang luar biasa. Memiliki ambisi seluas samudera, juga impian yang begitu...
Belum Tuntas
157      102     0     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...