Read More >>"> Petrichor (Semesta) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Petrichor
MENU
About Us  

Hari dengan tanggalan berwarna merah dalam deretan kalender tidak selalu berarti libur bagi Farzana. Hanya saja, ia tidak perlu tergesa sejak pagi buta untuk menuntut ilmu. Hari Minggu ia manfaatkan untuk membantu segala pekerjaan sang ibu. Terlebih ketika ibunya sakit seperti saat ini.

Kicau burung pagi itu bersaing dengan kegaduhan hatinya. Keceriaan seakan dicuri nyaris tak tersisa bahkan hanya untuk segurat senyum. Binar bola matanya sedikit meredup berbanding terbalik dengan sang surya yang mulai benderang. Kedua kelopak matanya membendung cairan bening yang siap menjebol hanya dalam satu kedipan. Bahunya naik turun seirama dengan tarikan nafasnya yang terasa memberat, seolah oksigen dihadang masuk ke dalam paru-parunya. Sesak.

Kata demi kata yang terlantun dari mulut ibunya semalam seakan diutar ulang secara otomatis dalam kepalanya. Terdengar jelas memenuhi pendengarannya. Memanggil kilasan masa lalu yang telah lama tersimpan dalam tumpukan memorinya. Memaksanya untuk menghadirkan kembali ingatan-ingatan yang tak pernah sengaja disimpannya sebagai kenangan.

Semalam, sebelum keduanya beranjak menuju alam mimpi, seperti biasanya mereka akan berbagi cerita terlebih dahulu. Pillow talk. Selain memang sejak kecil Farzana terbiasa untuk mendengarkan cerita sebelum ia tertidur, momen ini pun merupakan waktu yang benar-benar pas bagi mereka untuk mengungkapkan apapun. Sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarga, siang adalah waktunya untuk mengurus rumah dan mencari nafkah. Sedangkan bagi Farzana, siang harinya ia habiskan untuk mencari ilmu dan berbagai kegiatan lainnya. Kirana tidak pernah melarang kegiatan apapun yang dijalani Farzana selama itu positif dan bermanfaat, baik bagi Farzana secara pribadi maupun orang lain. Bahkan Kirana sangat mendukung kegiatan-kegiatan Farzana meskipun dengan begitu anaknya tidak memiliki banyak waktu untuk membantunya. Bukan masalah bagi Kirana, karena menurutnya apa yang dijalan Farzana memang tugasnya, sedangkan bekerja adalah tugasnya dan ia tak mau sedikitpun membebani anaknya. Walaupun pada akhirnya anaknya tetap bersikeras untuk membantunya.

“Za...” panggil Kirana lirih, membuka cerita yang akan dibaginya. Hanya gumaman yang keluar sebagai tanggapan. Matanya menerawang pada angkasa yang terhalang langit-langit kamarnya.

“Kamu ingat, waktu kecil kamu pernah bermain dengan anak perempuan yang usianya sedikit lebih tua dari kamu?”

Daerah di antara kedua alis Farzana berkerut. Ia memaksa otaknya untuk mengingat. Beberapa kali ia memajamkan mata, berharap dengan begitu beberapa potongan masa lalunya dapat terputar bagai film.

“Dinda kan?” tanyanya meyakinkan namun dengan nada yang jauh dari kata yakin.

“Bukan...” jawab Kirana menegaskan ketidakyakinan Farzana.

“Yang pernah ayah ajak menginap di rumah kita yang dulu, Bun?” tanyanya lagi. Mencoba kekuatan ingatannya menyimpan memori, yang akhirnya diiyakan oleh sang ibu.

“Memang ada apa dengan dia?” sedikit heran karena tiba-tiba saja sang ibu menyinggung seorang sosok yang tak pernah diingat-ingatnya sedikit pun.

“Dia... sebenarnya dia... “ ada jeda yang tercipta. Farzana memilih menunggu sang ibu melanjutkan ceritanya. Ia mengubah posisinya menjadi miring hingga sepenuhnya menghadap Kirana. Masih tak ada jawaban. Dilihatnya Kirana berkali memejamkan mata, seolah sedang menyaksikan adegan-adegan yang hendak diceritakan kembali kepada sosok remaja yang terbaring di sampingnya. Beberapa helaan lolos dari saluran pernafasan Kirana. Seketika benaknya merangkai jawaban-jawaban yang menurutnya mungkin.

“Bun...” tegurnya lembut. Dirinya sudah tidak sanggup menahan rasa penasarannya.

“Sebenarnya dia kakakmu...”

Hening. Hanya suara cicak yang sedang mengintai nyamuk untuk segera dimangsanya. Memuaskan rasa lapar yang mungkin sedang ditahannya. Akalnya kembali bekerja untuk menghubungkan premis-premis hingga menghasilkan sebuah konklusi. Namun nihil. Jawaban-jawaban yang ditebaknya pun tak satu pun benar.

“Maksudnya Embun, kakak bagaimana? Anak ayah dari istrinya yang lain? Atau anaknya Embun dari suami sebelum ayah?”

Sebuah gelengan tertangkap kedua netra Farzana.

“Jadi?”

“Ya, dia kakak kamu. Dia anaknya Embun dan ayah sebelum ada kamu. Dia kakak kamu. Satu-satunya kakak kamu...”

“Ko Embun baru cerita ke aku sekarang?” Tuntut Farzana dengan nada yang sarat dengan tanya namun tetap menjaga agar tidak dengan suara tinggi. Ia hanya tidak mau menyakiti ibunya kembali setelah aksi ngamuknya hampir enam tahun lalu saat kedua orang tuanya tidak bisa mengabulkan keinginannya untuk bersekolah sesuai pilihannya. Terlebih orang tuanya kini hanya tinggal Kirana.

“Karena Embun rasa sudah waktunya kamu tahu. Sekarang kamu sudah bisa mencerna apapun yang sampai kepadamu. Kamu sudah dapat memilah. Dan kamu sudah bisa memahami. Dan yang pasti, Embun khawatir tidak sempat menyampaikannya nanti..”

Kedua belah bibirnya seketika mengerucut. Ada rasa takut yang kembali menyeruak. Ia belum siap untuk kembali ditinggalkan.

“Emang Embun mau ke mana?” tanyanya berpura-pura tak mengerti dengan kalimat terakhir yang disampaikan sang ibu.

“Farza kan sudah paham, tidak ada yang abadi di dunia ini kan? Kita pasti akan kembali padaNya, tidak harus menunggu tua, tidak harus sakit terlebih dahulu...”

“Ini hanya kekhawatiran Embun aja. Harapannya, kita bisa kembali berkumpul. Meskipun nanti hanya tinggal bertiga. Tapi, kalaupun tidak sempat, setidaknya kamu sudah tahu yang sebenarnya. Kamu masih punya keluarga. Masih ada kakak yang akan menemani kamu...” lanjut Kirana. Tangannya meraih kepala Farzana. Mengelusnya dengan lembut. Tak ada sahutan. Sosok yang dibelainya dengan lembut dan penuh sayang sedang tenggelam dalam lautan tanya. Hatinya berisik, membuatnya terusik. Namun, ia memilih diam. Belum sanggup untuk menyuarakan segudang tanya dengan benar.

Farzana masih mematung dengan selembar foto yang baru saja berhasil ditemukannya dalam lembaran album lamanya. Matanya menatap seorang anak kecil yang berdiri berdampingan dengannya. Ia baru sadar sosok yang dibekukan kamera dalam selembar gambar itu begitu mirip dirinya. Hanya saja, anak itu sudah lebih tinggi dari Farzana. Bukan ia menolak memiliki kakak, hanya saja ini terlalu tiba-tiba baginya. Ia hanya tidak tahu bagaimana ia harus merespon dengan benar. Ia pun tidak tahu bagaimana mendeskripsikan segala rasa yang kini bersenyawa dalam dirinya.

Namun, inilah semesta yang banyak menghimpun rahasia. Menghadirkan kejuatan demi kejutan yang menjadi ketentuan dan ketetapan dari yang Maha Sempurna Pembuat Cerita. Lalu, seberapa siapkah kita menerimanya? Pada akhirnya, segala yang terjadi adalah  sebagai pembuktian seberapa besar kebergantungan kita kepadaNya?

[]

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
CAMERA : Captured in A Photo
28      20     0     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
BlueBerry Froze
0      0     0     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
86      57     0     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Move On
11      11     0     
Romance
"Buat aku jatuh cinta padamu, dan lupain dia" Ucap Reina menantang yang di balas oleh seringai senang oleh Eza. "Oke, kalau kamu udah terperangkap. Kamu harus jadi milikku" Sebuah awal cerita tentang Reina yang ingin melupakan kisah masa lalu nya serta Eza yang dari dulu berjuang mendapat hati dari pujaannya itu.
Kenangan Masa Muda
235      151     0     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Pesona Hujan
26      20     0     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
My sweetheart senior
550      308     0     
Romance
Berawal dari kata Benci. Senior? Kata itu sungguh membuat seorang gadis sangat sebal apalagi posisinya kini berada di antara senior dan junior. Gadis itu bernama Titania dia sangat membenci seniornya di tambah lagi juniornya yang tingkahnya membuat ia gereget bukan main itu selalu mendapat pembelaan dari sang senior hal itu membuat tania benci. Dan pada suatu kejadian rencana untuk me...
14 Days
37      28     0     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
I FEEL YOU AS A HOME
171      124     0     
Romance
Ini seriusan, lho. Bagi Lentera Kamasean, dikejar-kejar cowok sekece Al Virzha Diemen Salim bukanlah berkah, melainkan musibah. Karena, sejak kehadiran cowok itu, hidupnya yang setenang langit malam di tengah samudra mendadak kacau kayak kota yang baru disapu puting beliung. Kesal, sebal, benci, marah, dan muak, semua itu Lentera rasakan serta lalui seorang diri sampai pahlawannya datang. Lalu ...
seutas benang merah
54      36     0     
Romance
Awalnya,hidupku seperti mobil yang lalu lalang dijalan.'Biasa' seperti yang dialami manusia dimuka bumi.Tetapi,setelah aku bertemu dengan sosoknya kehidupanku yang seperti mobil itu,mengalami perubahan.Kalau ditanya perubahan seperti apa?.Mungkin sekarang mobilnya bisa terbang atau kehabisan bensin tidak melulu berjalan saja.Pernah mendengar kalimat ini?'Jika kau mencarinya malah menjauh' nah ak...