Read More >>"> Semanis Rindu (Part 3 Lomba Melukis) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semanis Rindu
MENU
About Us  

 

 

         Bulan maret ada lomba melukis untuk seluruh pelajar se malang. Jaka mendapat kehormatan untuk mewakili SMAnya. Dia berangkat ke lapangan rampal milik TNI AD. Lapangan tersebut sangat luas. Banyak event yang dilaksanakan di tempat tersebut setiap tahunnya. Bersama beberapa gurunya Jaka berangkat mengikuti lomba melukis.

          Lapangan sangat ramai. Terlihat banyak orang berlalu lalang di antara para peserta yang sedang melukis. Jaka saat itu berencana melukis alam. Biasanya Jaka memang sangat suka dengan pemandangan alam. Baginya deskripsi alam selalu membawa ketenangan bagi setiap orang yang melihatnya. 

         Entah mengapa. Bayangannya beralih, dia mulai mengingat sedikit demi sedikit wajah yang di lihatnya dalam keadaan remang itu. Perlahan-lahan Jaka menggoreskan perlahan mulai dari mata, alis, hidung, bibir. Guru pembimbing yang mengawasinya heran. Dia terus melihat apa yang akan digambar Jaka. 

         "Gadis," kata gurunya. 

         Jaka menoleh. 

        "Siapa gadis itu? Semua orang menggambar alam, gunung, lautan, atau bahkan gambar abstrak. Tapi kamu menggambar seorang gadis SMA. Emm... Jaka tak kusangka kau diam-diam punya hati juga sama cewek. Ku kira kau hanya ahli berkelahi." gurunya berseloroh. 

        Jaka hanya melirik gurunya dengan tatapan dingin. 

       "Siapa dia?" gurunya masih penasaran. Memang tidak biasa Jaka si anak pembuat onar itu tampak menyukai gadis.

        "Saya juga tak tahu pak."

        "Alamak....tak mungkin lah kau tak tahu."

        Jaka diam saja. 

        "Kau ngayal dari mana cewek secantik itu. Aduh Jaka... Kau ada-ada saja. Jujur saja jak, bapak juga pernah suka sama anak gadis orang. Biasa lah masa remaja jak yang penting gak di bawa serius. SMA itu jak, masa-masa paling indah. Kau jangan berkelahi mulu, cari pengalaman lain. Pacaran kek, apa lah terserah kau."

          Jaka tersenyum tipis. "Bukannya pacaran di larang pak. Bapak kok malah ngajarin saya pacaran," Jaka menanggapi. 

          "Y-ya... Iya sih. Kau kan manusia. Normal jak, kalau kau suka sama lawan jenis. Ya sudah selesaikan lukisanmu." Guru itu menepuk pundak Jaka lalu pergi meninggalkan Jaka. 

           Lomba melukis berjalan sekitar satu jam. Seluruh siswa yang mengikuti seni lukis itu saling melihat lukisan satu sama lain selama juri menilai hasi lukisan peserta. Jaka terus berjalan mengelilingi sekitar. Dia melihat banyak lukisan-lukisan indah yang digoreskan oleh tangan-tangan anak remaja seusianya. 

           Jaka sudah mulai merasa lelah. Dia mencoba kembali ke tempatnya. Untuk sekedar duduk dan melemaskan kakinya.

          Saat tiba di depan lukisannya. Ada seorang gadis memakai jaket kuning memandangi lukisan karyanya. Jaka penasaran. Dia mendekati gadis itu. Gadis itu terkejut saat tahu Jaka sudah ada disampingnya. 

           "Kamu kenal dia?" tanya gadis itu. 

           "Entahlah. Aku tidak tahu namanya. Tapi aku pernah melihatnya." 

            "Aku pikir. Dia cewekmu."

            "Bukan."

            "Jika gak kenal kenapa kamu bisa melukisnya?" tanyanya lagi. 

             "Ada apa memangnya. Aku hanya ingin melukisnya saja."

             "Masalahnya. Dia temanku," 

             Mendengar itu. Jaka terkejut. 

             "Dimana dia. Aku ingin bertemu denganya."

              Gadis itu membimbing Jaka untuk bertemu dengan cewek yang di carinya itu. 

              Jaka terus berjalan mengikuti langkah gadis berjaket kuning itu. Berjalan memecah kerumunan. Entah mengapa tiba-tiba deru jantung Jaka berbeda. Dia merasakan debar tak beraturan. Meski dia belum mengenal cewek itu. Dia sudah sejak lama memikirkannya.

              Entah karena hanya ingin mengucapkan terimakasih atau mungkin dia merasa ada sesuatu yang lebih saat pertama kali melihat cewek itu meski dalam matanya yang meremang. 

             Setibanya di sebuah lukisan. Tidak ada siapapun disana. 

             "Mana?" Jaka bertanya. 

             "Tadi dia di sini," gadis itu menoleh kesana ke mari. 

             "Itu lukisannya?"

            Jaka melihat di ujung lukisan bertanda nama ARUM SEKAR. Jaka tersenyum, dia manggut-manggut. Dia sudah tahu namanya. 

           "Ayo ikut aku," gadis jaket kuning itu mengajak Jaka. 

            Jaka terus mengikutinya. Tiba di sebuah pohon besar. Arum yang sedang di carinya sedang bertikai dengan seorang remaja SMA laki-laki. Entah karena apa remaja laki-laki itu menampar Arum. 

         Ceplak.... 

         Melihat itu. Jaka berlari. Sekejap hanya hitungan detik dia meraih kerah remaja laki-laki itu lalu memukulnya. 

          "Kau jangan kasar sama cewek," Jaka berseru kencang. 

          "Siapa kau. Jangan ikut campur urusan ku."

          "Aku memang bukan siapa-siapa dia. Tapi, aku gak suka lihat cowok kasar sama cewek. Kau banci apa laki. Hadapi aku kalo emang laki."

          Sekejap laki-laki remaja itu hendak memukul Jaka. Tapi, sial... Jaka bisa berkelit dan membalas pukulan laki-laki remaja itu. Secara Jaka pemimpin gengster terkenal di kota malang. Hanya hitungan menit dia bisa melumpuhkan laki-laki remaja itu dan membuatnya lari terbirit-birit. 

          Jaka mendekati Arum.

         "Kamu gak apa-apa?" tanyanya. 

         "Kamu siapa?" tanya Arum yang lupa dengan Jaka. 

         "Aku cowok yang kamu tolong waktu di angkot. Kamu Arum kan?" 

         Arum terdiam. Mencoba mengingatnya. Bola matanya berputar keatas seolah berusaha keras mengingatnya. 

        "Oh... Kamu cowok yang babak belur itu."

        Jaka tersenyum simpul. 

        "Ada apa mencariku?" imbuhnya lagi. 

        "Emm...hanya sekedar mengucapkan terima kasih." kata Jaka gelagapan. "Perkenalkan. Aku Jaka."

         "Yang jelas kamu sudah tahu namaku. Terimakasih tadi sudah menolongku juga." ujar Arum.

         "Laki-laki seperti dia memang harus dikasih pelajaran." kata Jaka penuh wibawa. 

         Sejak saat itu. Mereka mulai mengobrol panjang lebar di bawah pohon tembesi yang menjulang tinggi dengan gagahnya. Sinar mentari yang terik seolah tak bisa mengusik keasyikan dua remaja yang baru saling mengenal itu. 

         Jaka mulai tahu rasanya mengenal gadis. Berbicara empat mata dengannya. Merasakan deru jantung yang tidak normal dan juga melihat senyum tulus dari seorang gadis. 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Angkara
29      17     0     
Inspirational
Semua orang memanggilnya Angka. Kalkulator berjalan yang benci matematika. Angka. Dibanding berkutat dengan kembaran namanya, dia lebih menyukai frasa. Kahlil Gibran adalah idolanya.
Unthinkable
193      79     0     
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
Love vs Ego
122      61     0     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
Last Voice
14      6     0     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
Anything For You
32      21     0     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
Weak
5      5     0     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Astronaut
51      31     0     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
Langit Jingga
0      0     0     
Romance
Mana yang lebih baik kau lakukan terhadap mantanmu? Melupakannya tapi tak bisa. Atau mengharapkannya kembali tapi seperti tak mungkin? Bagaimana kalau ada orang lain yang bahkan tak sengaja mengacaukan hubungan permantanan kalian?
Time Travel : Majapahit Empire
600      227     0     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
School, Love, and Friends
300      119     0     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?