Read More >>"> Pangeran Benawa (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pangeran Benawa
MENU
About Us  

Apa kau percaya adanya vampir?

 

 

 

Sebagian orang mungkin akan menjawab YA. Sebagian yang lain mungkin akan menjawab TIDAK. Sedangkan sisanya mungkin akan diam saja karena terlalu bingung.

 

Kau mungkin mengira bahwa makhluk nocturnal ini hanya ada dalam dongeng yang biasa diceritakan untuk menakuti bayi.

 

Tapi bagaimana jika mereka benar-benar ada?

 

Bagaimana jika mereka berada diantara kita?

 

Bagaimana jika ternyata mereka bersembunyi dan berbaur dengan berjuta-juta manusia, tanpa kita sadari?

 

Jika kau tidak percaya dengan adanya makhluk penghisap darah ini, mungkin sebaiknya kalian tidak perlu melanjutkan untuk membaca story ini.

 

Tapi jika kau percaya adanya mereka, persiapkan hatimu karena mungkin story ini akan sangat mempengaruhi kesehatan hatimu.

 

Nah, jika kau percaya adanya vampir, apa kau akan merasa takut padanya?

 

Atau malah mengaguminya?

 

Kau pasti tahu bahwa mereka semua memiliki paras yang kelewat sempurna. Bahkan bisa saja mereka menjeratmu dengan pesonanya hanya agar mereka dapat meminum darahmu hingga tubuhmu mengering.

 

Apakah kau akan dengan senang hati memberikan darahmu itu?

 

Mungkin kau berfikir bahwa semua vampir pasti haus darah.

 

Tapi tidak.

 

Ada pula dari mereka yang sanggup menahan nafsunya. Memang kau pikir bagaimana cara mereka berada di lingkungan manusia? Tentu saja dengan menahan bau-bauan wangi darah itu.

 

Bahkan para vampir yang dianggap sudah cukup umur, akan dipaksa untuk tinggal dengan manusia untuk melatih mereka menahan nafsu.

 

Tentu saja ada manusia yang mengetahui keberadaan mereka di sekelilingnya.

 

Ada yang menyambut baik kehadiran mereka.

 

Dan ada pula yang membenci mereka.

 

Sebagian dari mereka percaya bahwa manusia dan vampir dapat hidup berdampingan dan saling menghormati. Mereka yakin bahwa vampir bisa mengendalikan diri dan tidak akan menyakiti manusia.

 

Tapi di sisi lain, ada manusia yang sangat membenci vampir. Karena menurut mereka, vampir tetaplah vampir dengan makanan pokok mereka berupa darah. Yang mana bisa membunuh jutaan manusia hanya dalam hitungan jam.

 

Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai, Vampire Hunter.

 

Sesuai dengan namanya, mereka memburu para vampir. Membunuhnya dengan peluru perak hingga tak ada lagi eksistensinya di muka bumi.

 

Dalam situasi seperti ini, dimanakah posisi yang akan kau ambil?

 

Apakah kau akan menjadi manusia yang akan hidup bersama para vampir tanpa memandang mereka dengan sebelah mata?

 

Atau kau akan menjadi manusia yang akan memburu vampir-vampir itu ke seluruh dunia?

 

Ataukah kau akan diam saja, berpura-pura bahwa kau tidak mengetahui keberadaan para vampir dan tidak ambil pusing dengan eksistensi mereka?

 

???? Black Roses ????


Seorang lelaki kelewat tampan sedang duduk santai di atap sebuah rumah. Netra coklatnya menatap bosan pada kehidupan malam para manusia. Semilir angin malam membawa aroma manis darah dari manusia-manusia itu. Namja itu mengendusnya. Kemudian seringai miring muncul di wajah sempurnanya. "Tidak ada yang menarik" gumamnya.

Gumaman itu tidaklah merujuk pada pemandangan dibawahnya. Melainkan merujuk pada bau darah para menusia itu. Ya, dia memang seorang vampir. Tapi dia termasuk vampir yang cukup rewel dengan makanannya. Bukan sembarang manusia yang akan dimangsanya. Ia hanya akan meminum darah yang menurutnya manis saja.

Bahkan jika ada seorang wanita yang dengan senang hati menyerahkan darahnya, tapi jika menurut lelaki itu tidak cukup manis, ia tetap tidak akan mau memangsanya. Ia akan lebih memilih untuk meminum darah babi saja.

"Kau disini, hyung" terdengar sebuah suara dari belakang namja itu.

Tapi lelaki itu tetap duduk, bahkan tidak menoleh untuk sekedar melihat tamunya. "Bagaimana kau tahu aku disini?"

Si tamu mengangkat bahu dengan cuek. "Dengan melacak pikiranmu, tentu saja"

Namja yang lebih tua tidak berkomentar lagi. Membuat keheningan menggantung diantara keduanya, seolah mereka tak saling kenal.

"Mari kita pulang, hyung. Sebentar lagi matahari akan terbit" ajak lelaki yang masih berdiri di belakang hyungnya itu.

Seolah tersadar dengan ajakan itu, si namja yang masih duduk santai itu sontak mendongak menatap langit.

Pemandangan yang sangat indah, dimana gelap malam mulai memudar. Digantikan oleh semburat gradasi pink-orange-kuning yang dihasilkan oleh bias sinar matahari.

"Kookie, apa kau tahu bagaimana rasanya terkena sinar matahari?" tanya yang lebih tua, setengah melamun.

Namja dibelakangnya langsung begidik ngeri. Karena ia memang pernah merasakannya sekali. Dulu. Beratus tahun yang lalu. "Menyakitkan"

"Aku ingin mencobanya tanpa merasa terbakar" gumamnya. Beberapa detik kemudian ia menertawakan diri sendiri karena mengkhayalkan sesuatu yang mustahil. "Konyol" cibirnya sambil bangkit. "Ayo pulang" ucapnya sambil menatap namja tampan lain yang lebih muda 200 tahun darinya.

Kookie mengangguk patuh. Sekejap kemudian mereka berdua telah menghilang dari sana.

???? Black Roses ????


Seorang gadis bersurai coklat panjang sedang berkutat dengan bunga-bunga di tokonya. Menyiraminya, memupuknya, dan menatanya sedemikian rupa hingga terlihat sangat cantik.

Yeoja itu tersenyum puas melihat hasil karyanya. "Sekarang waktunya mengepel. Setelah itu, toko siap dibuka" ucapnya dengan ceria.

Belum lama gadis itu mengepel sudut-sudut lantai, lonceng kecil yang ditempatkan di balik pintu toko telah berbunyi nyaring. Gadis itu heran. Padahal ia belum membalik papan gantung bertuliskan 'tutup' menjadi 'buka'. Tapi kenapa sudah ada pelanggan?

"Sumin ah, ada surat untukmu" teriak seorang gadis berambut sedikit ikal yang memasuki toko sambil mengamati sebuah surat di tangannya.

Mendengar teriakan itu, yeoja pemilik toko bunga itu menghela nafas lega. Ia pasti akan mengenali suara cempreng milik sahabatnya itu dimana pun berada. "Dari?" tanya gadis yang dipanggil -Sumin- tanpa mengangkat pandangan dari lantai.

"Tidak ada pengirimnya" jawab gadis tadi sambil membolak-balik surat tersebut dengan dahi berkerut.

Sumin menghela nafas sebal. Menghentikan aktivitas bersih-bersihnya, kemudian menatap sahabatnya itu. "Mana mungkin tidak ada pengirimnya, Inha"

Inhapun memperlihatkan sisi depan dan sisi belakang surat aneh itu untuk membuktikan bahwa memang tidak ada nama pengirim di amplopnya.

Dahi Suminpun ikut berkerut. "Aneh sekali" ucapnya sambil merebut surat tersebut. Diapun membukanya.

Penasaran, Inha yang bertubuh lebih pendek dari Sumin segera berjinjit di belakang sahabatnya itu. "Astaga tulisannya jelek sekali" komentar Inha yang ikut membaca.

Baek Sumin, tolong jangan ganggu suamiku lagi. Asal kau tahu saja, Park Jimin sudah memiliki 3 orang anak yang sangat menyayanginya, dan juga seorang istri yang cantik jelita.
Jadi tolong jangan goda dia lagi, dan jangan menemuinya lagi! Kau tidak bisa mendapatkan lelaki lain ya?! Dasar wanita murahan! Tidak tahu diri!
Awas saja, jika kau menemui suamiku lagi, aku akan membuat hidupmu sengsara!! Ingat itu!


Setelah membaca deretan kata itu, Sumin dan Inha sama-sama termenung.

"Astaga Sumin-ah, ternyata selama ini kau berkencan dengan Park Jimin?" Tanya Inha setelah terlepas dari keterkejutannya.

Tidak menghiraukan Inha, Sumin malah membolak-balik surat ancaman itu. "Benar-benar tidak ada pengirimnya" gumamnya dengan kerutan dahi yang semakin menukik tajam.

"Benar juga" Inha malah mengiyakan, lupa bahwa pertanyaannya belum terjawab sama sekali. "Tapi aku baru tahu Park Jimin itu sudah menikah. Ah, kupikir dia masih lajang" lanjutnya dengan bibir dipoutkan.

Seolah tertarik dengan perkataan Inha barusan, Suminpun memandangi sahabatnya itu.

"Apa?" Tanya Inha dengan refleks.

"Kau kenal dengan Park Jimin?" Tanya Sumin dengan wajah serius.

"Oh maafkan aku, Sumin. Aku tidak bermaksud merebutnya darimu. Aku hanya mengagumi ketampanannya saja" jawab Inha dengan panik. Berfikir bahwa Sumin cemburu karena perkataannya tadi.

"Apakah dia memang setampan itu?" Tanya Sumin lagi.

Inha langsung mengangguk antusias. "Sangat" jawabnya. Tapi sedetik kemudian ia terdiam. "Tunggu. Kau tidak tahu Park Jimin?" Tanya gadis itu dengan mata terbelalak.

Sumin hanya menggeleng. "Siapa sih Park Jimin itu?" tanyanya dengan polos.

Inha ternganga tak percaya. "Apa?!" Pekiknya. "Kau bercanda kan?"

Tapi teman masa kecilnya itu hanya menggeleng dengan wajah polos yang sama. "Park Jimin itu siapa, Inha?"

TBC    

 

Halo ???????? silahkan tinggalkan kritik dan sarannya ya

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    nice story broh. ditunggu kelanjutannya :)

    Comment on chapter Penaklukan Panarukan 1
Similar Tags
When You're Here
61      42     0     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
Astronaut
85      58     0     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
Lentera
26      22     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
Rinai Kesedihan
589      413     1     
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi. Semuanya sudah dituliskan. Sudah disusun. Misalnya perihal kesedihan.
Alfazair Dan Alkana
8      8     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Persapa : Antara Cinta dan Janji
136      70     0     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
An Invisible Star
70      47     0     
Romance
Cinta suatu hal yang lucu, Kamu merasa bahwa itu begitu nyata dan kamu berpikir kamu akan mati untuk hidup tanpa orang itu, tetapi kemudian suatu hari, Kamu terbangun tidak merasakan apa-apa tentang dia. Seperti, perasaan itu menghilang begitu saja. Dan kamu melihat orang itu tanpa apa pun. Dan sering bertanya-tanya, 'bagaimana saya akhirnya mencintai pria ini?' Yah, cinta itu lucu. Hidup itu luc...
Melting Point
139      65     0     
Romance
Archer Aldebaran, contoh pacar ideal di sekolahnya walaupun sebenarnya Archer tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Sikapnya yang ramah membuat hampir seluruh siswi di sekolahnya pernah disapa atau mendapat godaan iseng Archer. Sementara Melody Queenie yang baru memasuki jenjang pendidikan SMA termasuk sebagian kecil yang tidak suka dengan Archer. Hal itu disebabkan oleh hal ...
Invisible
28      19     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"
Sendiri
8      8     0     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan