Read More >>"> Meja Makan dan Piring Kaca (Masa Lalu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meja Makan dan Piring Kaca
MENU
About Us  

     Kisah cinta indah sedang dijalani oleh dua pasang anak muda yang dimabuk asmara. Mereka bagaikan kutub magnet yang saling tarik menarik jika sedang bersama menjelajahi dunia yang penuh dengan tanda tanya ini.

     Waktu itu di sebuah taman bunga matahari, mereka sedang memadu kasih dengan berlarian sambil bersenda gurau. Tawa riang mereka ditemani tarian dari tangkai bunga matahari yang berayun oleh bantuan angin.

     "Sayang, apa kamu tahu bahwa mamaku tidak menyukai mamamu?" tanya Raisa.

     "Aku tidak tahu jelas. Tapi dari cerita yang pernah aku dengar, mama kamu yang tidak menyukai mamaku," jawab Shandy.

     Raisa merenung sejenak, dia menyandarkan kepalanya di punggung Shandy yang sangat kokoh. "Hmm. Bagaimana jika mereka tidak merestui hubungan kita?"

     Shandy menengadahkan kepalanya, melihat gumpalan awan putih yang menggemaskan di langit saat itu. "Kamu lihat awan itu, Sayang!"

     Raisa melihat ke atas. "Iya. Kenapa?"

     "Awan itu begitu putih dan bersih, tidak ada satu manusia pun yang tidak ingin menyentuhnya."

     "Terus? Apa hubunganya dengan kita?" tanya Raisa heran.

     Shandy tertawa kecil. "Cinta kita begitu putih tanpa ada bercak apa pun yang mengotorinya, seperti awan itu. Tidak ada kebohongan ataupun keterpaksaan dari hubungan kita ini. Jadi kamu tidak perlu takut, aku akan selalu berusaha mempertahankan cinta kita."

     Raisa termenung sejenak atas perkataan Shandy. Nyatanya, dia masih menyembunyikan statusnya sebagai anak angkat Pak Alvin dan Bu Sonia. Dia bukan ingin menyembunyikan status orangtua kandungnya karena alasan mereka miskin, tapi dia masih takut akan luka lamanya dengan Haikal yang selalu membenci orangtua angkatnya itu. Dia berniat mengatakan kenyataan itu, tapi waktunya saja yang belum tepat.

     "Ayo kita keluar dari taman ini!"

     Lamunan Raisa menghilang atas ajakan Shandy. "Kita mau ke mana lagi?"

     "Aku lapar. Kita makan ke warung bebek di Cemara Asri, sekalian lihat bangau di sana."

     Raisa menyetujuinya dan mereka pun bergegas ke sana.

***

     Halo, Jeung. Kita jadi arisan hari ini?

     Jadi dong. Kita cari suasana berbeda, yuk! Di tempat makan tongkrongan anak muda, biar ngerasa muda loh, Jeung.

     Begitulah isi percakapan grup chatting arisan ibu-ibu murid. Mereka akan mengadakan arisan di sebuah tempat makan kekinian. Seluruh peserta arisan menyetujui tempat tersebut dan segera meluncur ke lokasi.

     Setelah semua anggota arisan berkumpul di meja makan yang sudah mereka pesan, mereka langsung mengocok kertas yang tertulis nama anggota yang belum memenangkan arisan tahun ini. Seorang ibu yang masih sangat cantik mengambil satu kertas yang akan memenangkan arisan bulan ini. Dia langsung meneriakkan nama, "Lastri!" Ibu yang bernama Lastri langsung berteriak kesenangan.

     Acara tersebut berlanjut dengan makan-makan dan bergosip serta memamerkan barang-barang mahal yang mereka miliki.

      Bu Sonia sangat antusias dalam hal ini, dia langsung memamerkan tas yang baru ia beli di Jepang. Kemudian seorang anggota arisan langsung terkejut histeris melihat tas milik Bu Asri yang baru dibeli di Paris sewaktu liburan bersama keluarganya.

      Bu Sonia langsung memandangnya dengan penuh iri. "Mentang-mentang baru pulang dari Paris, langsung pamer," ucapnya.

      Bu Asri hanya tersenyum pada Bu Sonia. "Bu Sonia juga baru pulang liburan dari Jepang. Bagaimana musim semi di Jepang, Bu Sonia?!" tanya Bu Asri.

     "Gitu deh!" jawab Bu Sonia seadanya sambil menyendok es krimnya.

      "Oh my god. Benarkah itu Shandy dan Raisa?" teriakan salah satu anggota di perkumpulan arisan itu sambil menunjuk ke arah sebuah meja makan.

      Bu Asri dan Bu Sonia langsung melihat ke arah meja makan tersebut dan mereka segera menghampiri.

     Di meja makan sebuah restoran, Shandy dan Raisa sedang menikmati makanan yang sudah mereka pesan. Satu piring bebek goreng untuk Shandy dan satu piring ayam bakar untuk Raisa.

      "Apa kamu tidak suka bebek?"

      Raisa menggeleng. "Belum pernah makan sih, tapi lihat dari teksturnya ... Enggak deh!"

     "Kamu coba rasakan dulu. Kamu pasti akan ketagihan setelah memakannya," ucap Shandy. Dia lalu menyuapkan beberapa suwir bebek ke mulut Raisa. Shandy sedikit memaksa karena Raisa selalu melecenya saat sendok itu akan masuk ke mulutnya. Dia kemudian tertawa melihat ekspresi wajah Raisa saat mengunyah suwiran bebek yang masuk ke mulutnya.

      "Aku tidak menyukai teksturnya, lebih kenyal dibandingkan ayam," ucap Raisa.

      "Raisa!"

      "Shandy!"

      Suara teriakan yang familiar langsung mengalihkan keduanya. Mereka terkejut melihat kedua mama mereka juga berada di tempat itu.

      Bu Sonia menarik Raisa dari meja makan itu dengan paksa. "Pulang!" serunya.

      Bu Asri yang melihat Bu Sonia marah pada Raisa langsung membela Raisa. "Pelan-pelan Sonia! Kasihan Raisa!"

      "Kau tidak usah ikut campur, Asri. Ini urusanku dengan anakku. Kau urusin aja anakmu yang sudah menggoda anakku. Mama dan anak sama saja, hobinya menggoda," kata Bu Sonia dengan suara keras.

      Shandy dan Raisa hanya tercengang mendengar kata-kata itu.

      "Jaga mulutmu, Sonia! Anakku tidak ada hubungannya dengan masa lalu kita!" kata Bu Asri dengan suara yang keras juga.

      Bu Sonia tertawa. "Kau dulu selalu bilang kalau aku yang salah paham padamu. Tapi sampai sekarang kau adalah duri di kehidupan rumah tanggaku."

      "Jika kamu masih menganggap aku duri, berarti kamu masih tidak percaya diri dan bersyukur dengan kecantikanmu!" seru Bu Asri.

      Bu Sonia ingin menampar Bu Asri, namun dia ditahan oleh Raisa. Shandy juga menarik Bu Asri menjauh dari Bu Sonia.

      "Ma, udah dong! Malu sama pengunjung lain," kata Raisa.

      Bu Sonia melihat ke sekelilingnya. "Ayo kita pulang!" perintahnya.

      Raisa yang mendengar perintah itu langsung mengikuti Bu Sonia dan tersenyum untuk pamit ke Shandy dan Bu Asri.

      Bu Asri membalas senyum Raisa. "Shandy, Mama tunggu kamu di rumah!" ucapnya ke Shandy.

 

***

 

Di rumah Raisa

      "Kamu jangan berhubungan lagi dengan si Shandy, anak Bu Asri itu!" teriak Bu Sonia.

      "Raisa tidak bisa, Ma," kata Raisa memohon.

      "Mama melarang kau dan kau harus mengikutinya," kata Bu Asri dengan keras.

      Pak Alvin yang sedang duduk di ruang kerja langsung menuju suara ribut itu. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada Bu Sonia dan Raisa.

      "Mama tidak bisa dong melarang tanpa sebab. Shandy bukan anak berandalan, dia juga dari keluarga kaya yang sesuai dengan kriteria Mama dan Papa," bantah Raisa.

      "Sebab dia adalah anak Asri, wanita yang sangat Papa kau cintai!" kata Bu Sonia saat melihat Pak Alvin datang.

      Pak Alvin langsung mengerti maksud dari perdebatan ini.

      "Mama sudah menjaga dan merawat kau dari kecil, jadi kau harus mengikuti perintah Mama!" lanjut Bu Sonia.

      "Raisa tidak pernah berniat merepotkan Mama untuk merawat Raisa selama ini. Tapi Mama tidak bisa mengatur hidup Raisa dan menganggap semua itu adalah hutang budi," ucap Raisa.

      "Jika kau tidak mengikuti keinginan Mama, kau bisa pergi dari rumah ini!" teriak Bu Sonia.

      "Baik! Raisa akan pergi dari rumah ini!" jawab Raisa.

      Pak Alvin tidak bisa melarang keduanya, ini adalah masalah yang sangat runyam untuk memilih siapa yang akan dibela.

      Raisa pergi ke kamar dan mengambil sebuah koper, lalu memasukkan pakaiannya dan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan.

      Ricky masuk ke kamar Raisa mencoba untuk menahannya. "Kamu jangan pergi, Raisa. Mama hanya emosi sesaat, sebentar lagi hatinya juga akan melembut."

      "Maafkan Raisa, Bang. Ini jalan satu-satunya untuk Raisa meringankan hutang budi itu," ucapnya.

      "Tidak ada yang disebut hutang budi, Raisa. Hutang budi itu dibawa mati. Tapi jika kamu memiliki kesempatan, kamu bisa membalasnya dengan apa pun. Tidak hanya dengan uang!"

      "Raisa akan membalas kalian di lain waktu. Untuk sekarang, ini adalah jalan yang terbaik menurut Raisa," ucap Raisa dan meninggalkan Ricky di kamarnya. Dia menyeret kopernya dan berjalan keluar rumah.

      Pak Alvin menghentikan Raisa dengan menarik kopernya. "Jangan pergi, Raisa. Papa akan berbicara dengan mamamu, dia pasti akan mengerti," ucap Pak Alvin.

      "Tapi Pa .... " belum sempat Raisa melanjutkan perkataannya, Bu Sonia langsung memotong.

       "Biarkan saja dia pergi, Pa. Anak tidak tahu terima kasih!" tukas Bu Sonia.

       "Baiklah. Raisa pamit, ya, Pa, Ma!" dia lalu menghentikan taksi dan pergi meninggalkan rumah itu.

 

***

 

Di rumah Shandy

      Shandy langsung menghampiri mamanya yang sedang duduk di ruang keluarga saat sampai di rumah. "Mama," teriaknya. "Apa hubungan masa lalu Mama dengan mamanya Raisa?"

      Bu Asri yang sudah menunggu kedatangan Shandy langsung bangkit. "Kamu tidak perlu tahu lebih jauh, Shan. Mama sudah menghapusnya dari ingatan Mama," jawab Bu Asri dan memandang Shandy dengan tegas.

      "Bisakah kalian berdua tidak bermusuhan, Ma?" tanyanya kembali.

      "Mama tidak pernah menganggap Bu Sonia musuh, kamu juga tahu itu."

      "Tapi ini akan menjadi rumit jika kalian terus bermusuhan," ucap Shandy.

      "Sekali lagi Mama katakan, Mama tidak menganggap Bu Sonia musuh!"

      "Mama dan Bu Sonia sama aja. EGOIS!" ucap Shandy.

      "Jaga kata-katamu Shandy. Kamu melawan Mama hanya karena seorang wanita bernama Raisa?" tanya Bu Asri kecewa.

      "Shandy bukan membela Raisa atau melawan Mama, tapi Shandy ingin agar Mama berbaikan dengan Bu Sonia."

      "Mama tidak akan minta maaf, karena Mama tidak bersalah!"

      "Shandy tidak pernah mau punya Mama yang egois seperti ini," kata Shandy ketus.

      "Jika kamu tidak mau punya Mama seperti ini, kamu bisa cari Mama lain di luar sana yang lebih baik!" ucap Bu Asri. Tapi setelah mengatakan itu, dia merasa sangat menyesal.

       Shandy tidak mengerti kenapa mamanya bisa mengatakan kata-kata itu. "Baik! Shandy akan pergi dari rumah ini!" ucapnya. Dia langsung ke kamarnya dan membereskan barang-barangnya. Lalu dia menyeret kopernya dan pamit pada mamanya. "Shandy pamit, Ma!" ucapnya.

      Bu Asri mengejarnya dan menahannya sambil menangis. "Jangan pergi Shandy, anak Mama. Mama sayang sama kamu!"

      Shandy tetap pergi dan tidak menghiraukan Bu Asri. Dia sangat kecewa dengan mamanya dan ingin memberi tahu kalau mamanya begitu egois. Dia melajukan mobil dan pergi meninggalkan rumah.

       Bu Asri menangisi kepergian Shandy di teras rumahnya. Tak lama Pak Fauzi dan ketiga anaknya pulang dari tempat paint ball. Mereka melihat Bu Asri menangis dan langsung menenangkannya.

      "Kenapa Mama menangis?" tanya Maliq.

      "Bang Shandy pergi dari rumah. Mama tadi bertengkar dengannya dan dia meninggalkan Mama karena terlalu kecewa pada Mama," kata Bu Asri tersedu-sedu.

       Pak Fauzi dan ketiga anaknya sangat terkejut mendengar penjelasan Bu Asri. "Ayo kita bicarakan di kamar!" ajak Pak Fauzi. Dia lalu membantu Bu Asri berjalan menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia memberi Bu Asri minum dan setelah melihat istrinya itu tenang, dia lalu bertanya kejadian yang sebenarnya.

 

***

 

     Shandy merasa sangat kesal dan kecewa atas sikap mamanya. Apa sulitnya sih ma, minta maaf? Tak lama ponselnya berdering dan menampilkan nama 'Raisa'. "Halo!" ucapnya dan suara tangis Raisa terdengar, "Kamu kenapa, Sayang?"

     Raisa mengatakan semua keluh kesahnya pada kekasih hati, Shandy. "Sayang, aku diusir dari rumah!"

     "Aku juga pergi dari rumah. Kamu di mana sekarang? Aku akan menjemputmu!"

     Raisa sangat terkejut mendengarnya. "Aku masih di sekitar rumah. Aku akan menunggumu di depan minimarket!"

     "Baiklah. Tunggu aku!" perintah Shandy.

     Sepuluh menit kemudian, Shandy menghampiri Raisa yang berdiri di depan sebuah minimarket dengan koper di sampingnya. "Kamu tidak apa-apa? Kenapa kamu diusir, Sayang?"

     "Mama melarang aku menjalin hubungan dengan kamu, tapi aku membantahnya sehingga aku diusir! Mereka mencoba melarangku pergi setelah itu, tapi aku tetap pergi dari rumah," jelas Raisa, "bagaimana denganmu?"

     "Sabar, ya," kata Shandy, "aku juga pergi dari rumah karena aku terlalu kecewa pada mama yang sangat egois dalam masalah ini," jawab Shandy.

     "Jadi kita akan ke mana?" tanya Raisa.

     "Bagaimana jika kita ke Danau Toba atau ke Padang? Kita bisa berlibur di sana, berhubung ini liburan semester," usul Shandy.

     "Baiklah. Aku akan ikut denganmu!" jawab Raisa.

     Mereka lalu membeli beberapa perlengkapan mandi dan cadangan makanan. Setelah semua keperluan tersedia, Shandy melajukan mobilnya ke arah Utara menuju Danau Toba. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • yurriansan

    keren, cerita dan diksinya

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    @ReonA Terima kasih ????????

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    Ceritanya keren kak, aku suka diksinya xD

    Comment on chapter Prolog
  • Nurull

    Nice. Happy ending.

    Comment on chapter Hadiah Terbaik
  • muhammadd

    Ceritanya renyah. Enak dibaca. Sarannya apa yah? Mungkin akan seru kalau dimasukin unsur daerah. Logat2nya gitu. Hehe

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    iya nih, percakapan emang dibuat ala kids zaman now @Zzakyah nanti akan coba saya pertimbangkan sarannya. Terima kasih atas supportnya.

    Comment on chapter Prolog
  • Zzakyah

    Sebuah kisah yang inspiratif. Saya suka ide dan judul ceritanya. Menarik. Terus jaga konsistensi tokohnya. Karakternya sudah bagus. Alurnya lumayan. Meski ada beberapa adegan yang terlalu populer digunakan. Gaya bahasanya renyah. Cuma agak sedikit lebay di beberapa dialog tagnya. Sarannya, lebih baik gunakan bahasa indonesia yang baik. Bukan ala kids zaman now. Biar masuk sama pemilihan diksinya.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Baik emak @PancaHerna akan saya perbaiki bagian yang klise.

    Comment on chapter Prolog
  • PancaHerna

    Sebernya si Uji lbih tau soal teknis. Jadi soal teknis nnti ty lngsung saja ke orangnya. Mnurut saya sebagai emak2 awam, ceritanya cukup inspiratif. Gaya bahasanya, tematiknya ringan. Cocok untuk semua pmbca. Tetapi ada beberapa sekenrio yang menurut emak, perlu di perbaiki. Dan ... hati2 dengan jebakan klise. Alih2 kamu ingin detail, kamu mnjelaskan tokohmu dari a sampai z. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Untuk ekspresi gerak, cukup seperlunya saja. Itu saja sih saran dari emak.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    @Zeee hahaha setelah baca chapter berikutnya akan kelihatan kekurangannya. Itu 'kan kelihatan dari fisik aja. :D

    Comment on chapter Kartu Keluarga
Similar Tags
Aku Lupa Cara Mendeskripsikan Petang
316      249     2     
Short Story
Entah apa yang lebih indah dari petang, mungkin kau. Ah aku keliru. Yang lebih indah dari petang adalah kita berdua di bawah jingganya senja dan jingganya lilin!
WEIRD MATE
25      9     0     
Romance
Syifa dan Rezeqi dipertemukan dalam kejadian konyol yang tak terduga. Sedari awal Rezeqi membenci Syifa, begitupun sebaliknya. Namun suatu waktu, Syifa menarik ikrarnya, karena tingkah konyolnya mulai menunjukkan perasaannya. Ada rahasia yang tersimpan rapat di antara mereka. Mulai dari pengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), pengguna narkoba yang tidak diacuhkan sampai kebencian aneh pa...
Nobody is perfect
180      106     0     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Foodietophia
292      240     0     
Short Story
Food and Love
Kejar Mika!
64      27     0     
Romance
Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Mikail Angelo, pemuda tampan paling populer di sekolahnya yang biasa dipanggil Mika. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang menyerah, Pinky berjuang keras demi bisa masuk SMA yang sama dengan pemuda itu. Dan ketika ia berhasil berada di ...
Bumi Yang Merindukan Bulan
4      4     0     
Short Story
Ingatanku memutar kembali ke kejadian tadi siang di cafe, mataku yang tidak sengaja bertubrukan dengan mata teduh yang sudah lama tidak kulihat lagi. Ya, aku tahu sekarang, aku tahu rindu ini untuknya.
Abay Dirgantara
174      82     0     
Romance
Sebenarnya ini sama sekali bukan kehidupan yang Abay inginkan. Tapi, sepertinya memang semesta sudah menggariskan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Bukankah laki-laki sejati harus mau menjalani kehidupan yang sudah ditentukan? Bukannya malah lari kan? Kalau Abay benar, berarti Abay laki-laki sejati.
Black Lady the Violinist
267      92     0     
Fantasy
Violinist, profesi yang semua orang tahu tidak mungkin bisa digulati seorang bocah kampung umur 13 tahun asal Sleman yang bernama Kenan Grace. Jangankan berpikir bisa bermain di atas panggung sebagai profesional, menyenggol violin saja mustarab bisa terjadi. Impian kecil Kenan baru kesampaian ketika suatu sore seorang violinist blasteran Inggris yang memainkan alunan biola dari dalam toko musi...
The War
10      9     0     
Short Story
Advanced intelligent humans came seeking for help to us because of the trouble their having, so the humans helped them and then Advanced intelligent humans came seeking for help to us because of the trouble their having, so the humans helped them and then the war of humans and aliens begin! Who will be the last one standing?
Blue Rose
6      6     0     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...