Read More >>"> Meja Makan dan Piring Kaca (10) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meja Makan dan Piring Kaca
MENU
About Us  

"Kookie, kau tahu kemana Jimin pergi?" tanya Taehyung setelah meletakkan pesanan Sumin yang tidak jadi tadi.

"Pulang" jawab namja bergigi kelinci itu dengan polosnya.

Tubuh Sumin langsung membeku. Sebegitu tidak maunyakah Jimin bertemu dengannya? Memang apa kesalahannya? Seingatnya, terakhir kali mereka bertemu, ia tidak sedang bertengkar dengan Jimin. Lalu kenapa namja itu sangat menghindarinya?

"Ada apa?" Tanya Jungkook yang merasakan perubahan raut wajah Sumin.

"Dimana rumahnya? Apakah sangat jauh?" Tanya Sumin dengan suara tercekat. Dia sudah merasa kehilangan harapan.

Jungkook tiba-tiba menepuk pundak Sumin disertai senyuman di wajahnya. "Tenang saja, Noona. Rumah kami sangat dekat."

Mata Sumin langsung berbinar. "Benarkah?"

Taehyung mengangguk. "Aku akan menunjukkannya padamu." Kemudian namja itu kembali melangkah. Suminpun mengikuti. Tak lupa, ia melambai pamit pada Jungkook.

Namja Kim itu membuka sebuah pintu kemudian keluar. Sumin masih setia mengikuti. Sekarang mereka telah berada di sebuah gang tepat disamping restoran. "Kau lurus saja. Rumah Jimin berwarna hitam-biru dan memiliki halaman depan yang luas. Kau tidak mungkin melewatkannya." jelas Taehyung.

Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan, Sumin segera beranjak menyusuri gang di hadapannya. Gang itu sangat sepi dan gelap. Merinding, yeoja bermata bulat itu mengusap-usap lengannya. Diapun mulai bersenandung untuk mengusir kesendiriannya.

Dari arah sebaliknya, Sumin bisa melihat bahwa ada seseorang yang sedang berjalan kearahnya. Gadis itu memicingkan matanya. Dari cara berjalannya dan postur tubuhnya, bisa dipastikan bahwa itu adalah Jimin.

"Jimin" panggil Sumin saat lelaki tampan itu sudah berada dekat dengannya.

Tapi Jimin terus saja melangkah melewati Sumin. Seolah gadis itu adalah hantu yang tak terlihat dan terdengar.

Kesal, Sumin segera menyusul langkah Jimin. "Yaaa! Park Jimin!" Teriaknya sambil menarik tangan Jimin hingga lelaki itu menghadapnya. "Kau pikir kau bisa seenaknya pergi dari kehidupanku begitu saja?!" Omel Sumin dengan marah. "Kau harus bertanggung jawab karena kau telah membuatku jatuh cinta padamu!"

Tentu saja Jimin terkejut mendengar pengakuan yang tiba-tiba itu. "Kau... Apa?"

"Aku mencintaimu Park Jimin! Makadari itu kau tidak boleh pergi dari kehidupanku!" Ucap Sumin dengan serius.

Si namja vampir menghela nafas panjang dan melepas tangan Sumin dari lengannya. "Sumin ssi, kau sadar apa yang kau katakan? Kau akan terus berada dalam bahaya jika aku bersamamu."

"Aku tidak peduli. Yang kuinginkan adalah kau terus berada di sampingku." Kata gadis itu, bersikukuh.

"Maafkan aku, Sumin. Akulah yang menyebabkanmu selalu berada dalam bahaya. Harusnya aku tidak menjadikanmu umpan. Harusnya kita tidak perlu menanggapi surat ancaman itu. Maka kau tidak akan celaka. Karena si pengirim itu sepertinya hanya mengincar dirimu."

"Oh persetan dengan surat sialan itu, Jimin! Karena aku rela tersakiti asal bisa bersamamu!" Umpat Sumin yang sepertinya sudah sangat kesal.

Jimin menelan ludah. Dia bimbang. Sejujurnya, dia juga mencintai Sumin. Tapi dia takut. Dia takut Sumin akan berada dalam bahaya lagi. Dan yang paling mengerikan, dia takut tidak bisa mengendalikan dirinya dan malah menghisap darah gadis itu.

Melihat Jimin yang hanya diam, Sumin kembali memegang tangan namja Park itu. "Kumohon Park Jimin. Kau tahu, sebulan ini aku seperti orang gila karena memikirkanmu."

Jimin menatap Sumin. Sama. Dia juga merasa seperti orang gila yang hanya terus memikirkan Sumin tanpa bisa menemui gadis itu. Tapi iapun juga tidak bisa memungkiri hatinya bahwa sebenarnya ia ingin sekali selalu berada didekat gadis ini dan menghabiskan waktu bersamanya.

Tiba-tiba Jimin menarik Sumin kearahnya lantas memeluknya. "Mianhae" bisiknya. Inilah keputusannya. Dia berjanji tidak akan gagal melindungi Sumin lagi, dan akan berusaha menghentikan nafsunya.

Sumin mulai terisak dalam dekapan Jimin. "Jangan pernah pergi lagi" ujarnya dengan tangan yang mencengkram erat baju kekasihnya itu. Dia sangat bahagia karena mulai sekarang ia akan terus bersama Jimin kembali.

Jimin mengangguk. Dia mengusap-usap rambut Sumin dengan sayang. Tiba-tiba aroma darah Sumin memasuki hidungnya. Namja itu tercekat dan berusaha mengendalikan dirinya. "Jangan mengikat rambutmu lagi, atau akan kugigit lehermu." bisik Jimin tepat di telinga pacarnya itu.

Yeoja manusia itu segera menjauh dari Jimin sambil memegangi lehernya dengan ketakutan. Sungguh ia masih belum siap dengan hubungan yang 'seperti itu'.

Melihat reaksi Sumin, Jimin tertawa sambil menggapai ikat rambut Sumin dan menariknya. Rambut indah gadis itupun tergerai hingga menutupi aroma darahnya. "Aku bercanda. Lagipula kau lebih cantik dengan rambut seperti itu." Kata Jimin disertai senyum miring.

Oh tentu saja itu hanya alasan. Karena sebenarnya ia hanya tidak ingin kelepasan dan malah menyerang leher gadis itu dengan taringnya. Karena baginya, Sumin tetaplah cantik dengan rambut tergerai maupun terikat.

Jika seperti ini, Sumin jadi tidak yakin jika surat ancaman yang tertuju padanya itu memanglah sebuah ancaman. Karena baginya, surat itulah yang mempertemukannya dengan Jimin dan mengenalkannya kembali dengan cinta.

Mungkin ia hanya tidak tahu, bahwa suatu saat nanti, surat itu akan menjadi pintu yang menghubungkan masa lalunya yang kelam dengan masa depannya yang penuh penyesalan.

???? Black Roses ????

Sumin kembali menapakkan kakinya di dermaga. Dia baru saja makan malam diatas kapal dengan Jimin.

Ya, mereka sedang berkencan setelah resmi menjadi sepasang kekasih. Jimin membawa Sumin ke sebuah taman yang penuh dengan bunga dan diterangi sulur-sulur lampu kelap-kelip.

Mereka sempat jalan-jalan di taman itu dan berakhir dengan makan malam di sebuah kapal feri yang Jimin sewa. Namja vampir ini sepertinya tidak tanggung-tanggung mengeluarkan uang untuk kencan mereka.

"Ada tempat yang ingin kau kunjungi sebelum pulang?" Tanya Jimin sambil melingkarkan lengannya di pinggang Sumin.

Gadis bersurai coklat itu berfikir sejenak. "Mungkin aku harus ke supermarket."

"Baiklah." Jimin menyanggupi.

"Park Jimin ssi!" Panggil seseorang dari arah kapal.

Jimin dan Suminpun menghentikan langkah dan langsung menoleh. Ternyata seorang petugas kapal yang memanggil Jimin tadi. "Ye?" Jawab pria itu.

"Sebenarnya..." Ucap sang petugas yang melirik Sumin dengan gugup.

Jimin yang mengerti bahwa pria itu tidak ingin Sumin mendengar, segera melepas tangannya dari pinggang Sumin. "Sebentar" katanya. Kemudian ia menghampiri si petugas, dan merekapun terlibat obrolan yang serius.

Sambil menunggu Jimin, yeoja Baek itu memandangi pantulan wajahnya di air. Tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya. Suminpun terjatuh ke air karena dia memang terlalu dekat ke pinggir dermaga.

Dinginnya air di malam hari membuat tubuh Sumin kaku. Dia berkecipak bingung. Dia panik. Dan sangat takut. Meskipun ia pandai berenang, tapi dinginnya air sungai seolah menggigit kulitnya dan mematikan sarafnya. Hingga tubuhnya tak kuat lagi dan semakin tenggelam.

"Sumin?" panggil Jimin sambil menoleh setelah urusannya selesai. Tapi manik matanya tidak menangkap sosok gadis pujaannya itu dimanapun. "Sumin ah? Kau dimana?"

Tapi Sumin tidak lagi bisa menjawab panggilan Jimin tersebut.

TBC



 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • ditastar

    Kenapa aku sangat bodoh?! (pakai tanda tanya di depannya, Bung).

    Comment on chapter Prolog
  • ddherdi

    Sobat, boleh kasih saran? Coba pelajari lagi tentang kalimat bercetak miring. Dan dialog tag.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih @TaniaWahab Siap, saya akan pelajari lagi.

    Comment on chapter Prolog
  • TaniaWahab

    Ceritanya bagus. Saya suka. Sarannya adalah pelajari lagi tentang partikel, awalan, dan akhiran. Dan penulisan kata apa pun ditulis terpisah. Bukan apapun.

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @lanacobalt semangat terus Kak. Anjing menggonggong, biarin aja. Nanti kalau capek juga diam. Hehe. I like your story. Good luck.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih @SusanSwansh nanti aku koreksi lagi penulisannya.

    Comment on chapter Prolog
  • SusanSwansh

    @Limlaui kata siapa jelek. Bagus, kok. Inspiratif. Diksinya juga bagus. Cuma ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI. (fikiran--pikiran) Novel jelek itu, novel yang ditulis tidak dengan hati. Tapi ini feelnya dapet, kok. Mungkin, selera kamu saja Kawan yang berbeda. Tapi, ya, nggak perlu mindikte karya orang juga. Itu tidak baik. Dan seburuk-buruknya orang itu adalah yang suka mencela.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih supportnya

    Comment on chapter Prolog
  • Limlaui

    Novelnya jelek

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Akhirnya Aku Datang
10      10     0     
Short Story
Akhirnya aku datang merupakan kisah kasih antara dua remaja yang ternyata bertemu kembali semenjak perginya Alisha ke Singapura. Aldrian yang tengah sakit, tidak mengetahui kedatangan Alisha.
Aditya
32      25     0     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
Letter From Who?
13      13     0     
Short Story
Semua ini berawal dari gadis bernama Aria yang mendapat surat dari orang yang tidak ia ketahui. Semua ini juga menjawab pertanyaan yang selama ini Aria tanyakan.
LOVEphobia
11      11     0     
Short Story
"Aku takut jatuh cinta karena takut ditinggalkan” Mengidap Lovephobia? Itu bukan kemauanku. Aku hanya takut gagal, takut kehilangan untuk beberapa kalinya. Cukup mereka yang meninggalkanku dalam luka dan sarang penyesalan.
Rain, Coffee, and You
314      249     3     
Short Story
“Kakak sih enak, sudah dewasa, bebas mau melakukan apa saja.” Benarkah? Alih-alih merasa bebas, Karina Juniar justru merasa dikenalkan pada tanggung jawab atas segala tindakannya. Ia juga mulai memikirkan masalah-masalah yang dulunya hanya diketahui para orangtua. Dan ketika semuanya terasa berat ia pikul sendiri, hal terkecil yang ia inginkan hanyalah seseorang yang hadir dan menanyaka...
KAMU MILIKKU
721      493     8     
Short Story
Apa yang tidak diucapkan, tidak berarti tidak berada dalam hati.
Dandelion
7      7     0     
Short Story
Sepasang gadis kembar, menjalani masa muda mereka dengan saling mengisi. Lika-liku kehidupan menjadikan mereka gadis-gadis yang berani layaknya bunga dandelion.
Akai Ito (Complete)
116      93     0     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Diary of Time
27      15     0     
Romance
Berkisah tentang sebuah catatan harian yang melintasi waktu yang ditulis oleh Danakitri Prameswari, seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Dana berasal dari keluarga berada yang tinggal di perumahan elit Menteng, Jakarta. Ayahnya seorang dokter senior yang disegani dan memiliki pergaulan yang luas di kalangan pejabat pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Ibunya seorang dosen di UI. Ia memiliki...
Desider
11      11     0     
Short Story
"Kerinduan yang Mendalam"