Read More >>"> Sahara (12. Kencan Dadakan?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Pagi Yura dimulai dengan lagu Queen milik Shawn Mendes yang mengalun riang di kamarnya. Gadis itu tengah membersihkan kamar, menyapu kolong tempat tidurnya yang mungkin ditempati oleh sampah makanan yang malas dia buang. Dia berjoget riang, hari Minggunya terasa menyenangkan dengan sinar matahari menelusup tenang melewati jendelanya. Gadis itu mengusap foto dirinya bersama keluarga serta sahabatnya yang dia letakkan di atas meja belajar, membersihkan kaca pelindungnya yang diliputi debu.

            Dering telepon mengganggu musik yang tengah mengalun, juga gerakan Yura yang sedang asik mengepel lantai. Nama Hara dengan simbol anjing tercetak di layar ponselnya, Gadis itu mengangkat telepon tersebut, menyambut suara Hara di telinga kirinya.

            “Selamat pagi puteri jelek,” sapanya, menghapus semua sapaan manis yang tergambar di pikiran Yura saat Hara meneleponnya. Sungguh miris, dan jauh dari ekspetasi. “Kok diem-diem bae, eh, lagi apa Yur?” Hara bertanya dengan santai, sungguh telak dirinya sudah menghancurkan hari menyenangkan Yura pagi ini.

            “Ngepel,” jawab Yura seadanya, kembali mengepel dengan memasang earphone dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, membiarkan suara Hara menjadi backsoundnya selepas suara Shawan Mendes terhenti semenit yang lalu.

            “Kemal bilang kalo hari ini gak jadi latihan. Gila gak, sih? Padahal aku udah rapih gini, udah bawa bekel empat sehat lima sempurna, eh malah gak jadi,” laki-laki itu masih asik menggerutu, sedangkan Yura hanya berdeham menanggapi. “Terus si Hani tiba-tiba malah pergi, kata Bunda lagi main sama anak tetangga di taman. Main bekel. Astaga, ngapain jauh-jauh cuman main bekel? Aku curiga si Hani malah pacaran, anak jaman sekarang kan gitu,” dia masih saja meracau, membuat Yura merasa bahwa cerita Hara tidak begitu buruk untuk menemaninya membereskan kamar.

            “Oh iya, Ra. Aku udah di depan,” kata cowok itu dengan tiba-tiba membuat gerakan Yura dalam mengangkat ember berisi air habis mengepel pun tertahan. Embernya jatuh menyebabkan airnya meloncat keluar, lantai lorong kamarnya menjadi becek. Yura sebal.

            “Hah?”

            Terdengar suara motor berhenti. “Kok hah? Jangan bilang kalo kamu belum mandi,” tebak lelaki itu, dan sialnya tebakan Hara benar. Yura belum mandi, niatnya sehabis mencuci baju kemudian sarapan sembari menunggu bajunya dikeringkan di mesin cuci, Yura akan mandi setelahnya.

            “Aku belum nyuci, Hara!” seru gadis itu tidak terima, kaus kuning bergambar spongebob yang mulai hilang coraknya. “Terus juga masak, cuci piring, dan masih banyak lagi. Ya ampun, Har, lain kali jangan mendadak mulu dong,” sekarang Yura yang menggerutu. Membawa embernya menuju kamar mandi, kemudian berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu sembari mengelap wajahnya dengan handuk.

            “Hai! Tuh, kan, pasti jelek,” ucap Hara ketika pintu terbuka. Lelaki itu membawa plastik putih berisi dua sterofoem. “Kamu mau nyuci? Aku bantu, deh!” kata lelaki itu sembari memutus sambungan telepon mereka.

            Yura menatapnya dengan tidak minat. Dia sama sekali tidak membayangkan bahwa hari ini, di rumahnya, dia dan Hara melakukan kencan. Demi apapun, Yura bahkan hanya mengenakan kaus lusuh dan celana pendek selutut. Rambutnya dicepol berantakan, wajahnya penuh peluh dengan keringat. Kemudian sekarang Hara mengatakan akan membantu Yura dalam mencuci baju? Yakali.

            “Nggak, nggak. Kamu diem aja di sini, nonton apa kek di tivi,” gadis itu langsung berbalik namun Hara segera membalik tubuh gadis itu sehingga kini berada di pelukannya.

            “Ra,” suara bass lelaki itu berdengung di telinganya, mampu membuat jantungnya lebih berisik daripada musik yang kembali mengalun dari ponselnya. “Kamu bau.”

            Dengan tenaga cukup kencang, Yura menginjak kaki cowok itu kemudian meninggalkan Hara yang menggaduh kesakitan. Rasain, siapa suruh bilang Yura bau.

***

Sembari menunggu Yura yang tengah mencuci, Hara menyalakan televisi di ruang tengah dengan tangannya yang memeluk toples berisi keripik singkong asin. Lelaki itu terlihat santai duduk dengan salah satu kaki yang ditekuk di atas kursi dan kakinya yang lain dilipat, duduknya persis menyerupai pelanggan warteg.

            Sebenarnya Hara membeli batagor, tapi dia urung memakannya karena Yura masih sibuk. Dia ingin makan bersama gadis itu, kemudian mengajaknya menghabiskan waktu di rumah gadis itu, mungkin main bekel? Ya ampun, Hara masih sebal dengan Hani yang main bekel di taman.

            Satu jam setengah Hara habiskan dengan menonton acara televisi bertema weekend kemudian menatap Yura yang baru selesai mandi. Kini penampilan gadisnya lebih enak dilihat dengan rambut yang diselimuti handuk, kemeja berwarna biru muda dan celana bahan se-mata kaki. Yura terlihat seperti gadis yang ingin diajak pergi, padahal Hara sendiri ingin menetap di rumah gadis itu untuk hari ini saja. Menghabiskan waktu berdua sampai selimut senja menutupi langit yang semula berwaran biru muda.

            “Kamu mau ke mana?” tanya Hara ketika Yura duduk di sebelahnya, mengambil sterofoam berisi batagor yang dibeli cowok itu, membukanya.

            Yura melirik Hara, sedikit jengkel. “Bukannya mau pergi?” gadis itu mulai memakan batagornya, disusul Hara yang memperbaiki duduknya dan ikut makan batagor bersama Yura.

            Hara tertawa kecil. “Lah, orang aku mau main di rumah aja,” jawab cowok itu lugas, menatap Yura yang sudah mendengus merasa menyesal karena sudah pakai pakaian pergi. “Makanya atuh, dengerin dulu penjelasan abang,” katanya, semakin tertawa kala Yura mulai terlihat jengkel.

            “Apaan, sih,” Yura mendorong tubuh lelaki itu pelan, kembali menonton televisi di hadapannya.

            Keduanya sibuk dengan makanan mereka, sesekali Hara mengambil keripik singkong asin ke batagornya, mencampurnya dengan bumbu batagor. Rasanya tidak terlalu buruk, begitu batin Hara kala merasakan sensasi tersebut untuk pertama kali.

            Sehabis makan, Hara melirik Yura yang asik menonton televisi yang tengah menayangkan  acara gosip. Gadis itu sepertinya mulai bosan, tapi Yura sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya bosan. Dengan iseng Hara menempelkan kepalanya ke bahu gadis itu, membuat tubuh Yura menegang sebentar.

            “Mau jalan? Jalan ke mana? Aku nggak tau, kalo ke mall juga bosen dan capek,” suara Hara terdengar lemah dan lelah, lelaki itu memejamkan matanya. “Tapi kalo kamu mau pergi ke suatu tempat, ayok. Aku temenin,” katanya, dan entah bagaimana terdengar manis di telinga Yura.

            Gadis itu jadi sedikit merasa bersalah. Hara pasti lelah karena kemarin habis tanding yang sangat menguras tenaga. Gadis itu menghela napas, matanya menatap televisi namun pikirannya melayang ke manapun. Dia mencari tempat yang mungkin cocok untuk menjadi tempat melepas lelah Hara, tapi otaknya buntu.

            “Taman kota?” Yura bersuara setelah lama diam dan berpikir. “Aku mau ke taman kota, kayaknya di sana seru. Jarang-jarang kan, kita ke taman. Biasanya juga ke lapangan voli, mentok-mentok malah ke bioskop. Bosen,” ucapnya.

            Sejenak, Hara sedikit risih kala mendengar kata ‘Taman Kota’. Sungguh, itu merupakan kata yang paling dia hindari, atau mungkin taman kota adalah tempat yang paling meneybalkan untuk hari Minggunya. Tiba-tiba bayangan Hani yang tengah pacaran sembari main bekel melintas di pikirannya. Konyol. Hara lupa kalau tetangga mereka memiliki anak perempuan setahun lebih tua dari Hani, bukan anak laki-laki.

            “Gimana?” Yura menoleh ke arah Hara yang sudah membenarkan posisi duduknya, tidak lagi membiarkan kepalanya bersandar pada bahu Yura.

            Hara mengangguk. Lagi pula dia butuh udara segara, dan taman kota merupakan pilihan terbaik sebelum Yura memutuskan untuk ke toko buku, membiarkan Hara mati kebosenan karena tidak tau mau ngapain kecuali melihat-lihat action figure dengan harga yang dapat menguras pengeluarannya.

            Bukannya mahal, tapi Hara bisa beli lebih dari lima action figure bila dibiarkan. Jadi tolong, jauhkan Hara dari tempat yang banyak menjual action figure. Hara bisa mati penasaran karena tidak dapat membeli semuanya.

***

Jika jalan raya adalah tempat penuh kepadatan dan tingkat panas paling tinggi, taman kota merupakan tempat paling sejuk yang dapat ditemui di tiap sudut kota. Yura turun dari motor dan memandang sekitar taman kota. Ramai. Tapi tetap saja embusan angin terasa lebih hangat dibandingkan jalan raya yang cukup membuat Yura menggerutu kepanasan.

            “Mau ke mana, nih?” Hara berdiri di samping gadis itu setelah memarkirkan motor.

            Yura mencari spot yang nyaman, kemudian matanya mengarah ke spot lapangan basket yang dipenuhi siswa SMA Samantha Indah. Sekolah tersebut merupakan sekolah kristen yang terkenal di kotanya. Gadis itu melirik Hara yang malah memperhatikan tukang gulali, masih merasa lapar.

            “Ke sana, yuk!” Yura menarik Hara menuju spot tersebut, membuat tubuh cowok itu sedikit oleng karena gerakan Yura yang tiba-tiba.

            Hara melihat spot yang dilirik Yura, membulatkan matanya seraya menahan gerakan gadis itu dalam menariknya. “Aduh, kamu kayaknya niat banget  bikin aku malu,” katanya pada Yura. “Aku gak bisa main basket! Lagian, aku juga pendek, tau,” Hara melirik ke arah lain di mana ada spot mainan anak-anak membuat lelaki itu menarik Yura dengan tidak sabaran. “Main ayunan aja, yuk!”

            “What?” Yura melirik ayunan yang tengah sepi pengunjung. Tumben sekali, pikir gadis itu. Melirik Hara yang langsung menaiki salah satu ayunan, Yura akhirnya mengikuti.

            Awalnya hanya ada rasa bosan yang mengurung gadis itu, namun lama-kelamaan perasaan puas dan nyaman mulai merambat kala ayunan itu didorong lebih tinggi. Kedunya berpegangan erat pada besi ayunan, menatap langit dengan perasaan sangat gembira. Seakan beban yang selama ini tertanam hilang perlahan, terbawa embusan angin siang yang pelan namun pasti.

            Selesai dengan ayunan, Yura menarik Hara untuk duduk di bawah pohon rindang. Menikmati taman yang dipenuhi anak-anak kecil tengah bermain bola.

            “Mau harum manis, Yur?” tanya Hara seraya bangkit dari duduknya. Yura mengangguk, kemudian selepas kepergian Hara, gadis itu mengeluarkan notenya. Menulis sesuatu.

Jika angin dapat mendengar, ku pikir dirinya kini bosan mendengar ceritaku

Betapa anehnya jika aku bilang bahwa kami tengah kencan, tidak dengan lapangan voli

Bukan juga menonton film horor di bioskop

Hanya duduk manis di taman, menghabiskan hari hingga senja

Menatap riangnya sisi kota yang paling nyaman yang dapat ditemui

Aku tidak tau, mengapa lelaki itu bisa semanis ini?

            Hara datang ketika Yura selesai dengan puisinya. Dua harum manis yang masih dilapisi plastik terlihat menggiurkan. Gadis itu menerimanya dengan senang, mendengarkan semua keluh kesah Hara tentang paginya yang katanya menyebalkan.

            Yura ingin kedatangan senja lebih lambat, karena gadis itu tidak ingin hari ini cepat berakhir. Dia nggak mau kencan dadakannya berakhir hanya sampai sini.

            “Ra,” Hara memanggil, pandangannya lurusan pada senja yang mulai pudar tergantikan langit malam. “Mau ke pasar malam? Kemarin Yugo bilang, di dekat rumahnya ada pasar malem.”

           Entah mengapa hari ini Hara cukup peka dengan perasaannya yang belum ingin pulang. Maka ia mengangguk, kemudian keduanya menghabiskan sisa hari dengan bermain di pasar malam penuh kedipan bintang yang genit.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
Closed Heart
29      16     0     
Romance
Salah satu cerita dari The Broken Series. Ini tentang Salsa yang jatuh cinta pada Bara. Ini tentang Dilla yang tidak menyukai Bara. Bara yang selalu mengejar Salsa. Bara yang selalu ingin memiliki Salsa. Namun, Salsa takut, ia takut memilih jalan yang salah. Cintanya atau kakaknya?
Renafkar
116      65     0     
Romance
Kisah seorang gadis dan seorang lelaki, yakni Rena dan Afkar yang sama-sama saling menyukai dalam diam sejak mereka pertama kali duduk di bangku SMA. Rena, gadis ini seringkali salah tingkah dan gampang baper oleh Afkar yang selalu mempermainkan hatinya dengan kalimat-kalimat puitis dan perlakuan-perlakuan tak biasa. Ternyata bener ya? Cewek tuh nggak pernah mau jujur sama perasaannya sendiri....
Too Sassy For You
25      16     0     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
Doa
7      7     0     
Short Story
Berhati-hatilah dengan segala pemikiran gelap di dalam kepalamu. Jika memang sebabnya adalah doa mereka ....
Love Warning
22      12     0     
Romance
Pacar1/pa·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...
Hidup Tanpa Bunga (Puisi)
8      8     0     
Short Story
Karya asli oleh abellani_
Diary of Time
23      11     0     
Romance
Berkisah tentang sebuah catatan harian yang melintasi waktu yang ditulis oleh Danakitri Prameswari, seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Dana berasal dari keluarga berada yang tinggal di perumahan elit Menteng, Jakarta. Ayahnya seorang dokter senior yang disegani dan memiliki pergaulan yang luas di kalangan pejabat pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Ibunya seorang dosen di UI. Ia memiliki...
Past Infinity
11      5     0     
Romance
Ara membutuhkan uang, lebih tepatnya tiket ke Irak untuk menemui ibunya yang menjadi relawan di sana, maka ketika Om Muh berkata akan memenuhi semua logistik Ara untuk pergi ke Irak dengan syarat harus menjaga putra semata wayangnya Ara langsung menyetujui hal tersebut. Tanpa Ara ketahui putra om Muh, Dewa Syailendra, adalah lelaki dingin, pemarah, dan sinis yang sangat membenci keberadaan Ara. ...
Meet Mettasha
7      7     0     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
Menghapus Masa Lalu Untukmu
56      28     0     
Romance
Kisah kasih anak SMA dengan cinta dan persahabatan. Beberapa dari mereka mulai mencari jati diri dengan cara berbeda. Cerita ringan, namun penuh makna.