Read More >>"> Sahara (6. Mari Berpuisi dan Bermain) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

“Oii, lempar bolanya ke sini!”

            Teriakan menggema, pantulan bola terdengar keras memekikkan telinga. Para laki-laki berlari, menangkap bola voli yang melambung ke arahnya lalu memantulkannya kembali. Kemudian, tak!

            “Yash! Lagi, Mal, lagi!”

            “Keras banget, ya, Ra,” ucap Nita pada Yura yang duduk dengan note berwarna pink di pangkuannya. Sore ini, keduanya memutuskan untuk melihat permainan bola voli dari tim sekolah mereka yang tengah adu tanding lagi bersama SMA lain. Kali ini, SMA Cempaka yang menjadi lawan mereka.

            Yura menoleh. “Iya, keras, berisik. Liat aja entar Hara gua tampol mulutnya,” balas gadis itu, kembali menulis sebait puisi untuk mengisi kebosanannya.

            Nita tergelak, Yura selalu sebal mendengar teriakan Hara dan tim voli lainnya saat sudah di lapangan dan mulai bermain. Suara pantulan bola dan terikan beradu pada lapangan indoor yang tidak terlalu luas. Gadis itu memangku dagunya, memperhatikan gerak-gerik Hara saat berlari kecil menuju bola yang akan dipantulkan kembali oleh Kemal sebagai setter. Tangan gadis itu bergerak untuk menulis sesuatu saat Hara mulai melompat, lalu suara tak! kembali terdengar saat bola tersebut tidak terhalangi oleh bloker.

            Dia memukul, lagi, kini lebih keras

            Tawa gembiranya terdengar, lagi, kini lebih menenangkan

            Gadis itu menutup notenya, tersenyum saat Hara terlihat melambai ke arahnya dengan menunjukkan giginya yang rata. “YURAAAA!”

            Senyum Yura menghilang, dia malu. Gadis itu paling sebal ketika Hara berteriak memanggil namanya di tengah pertandingan. Bukan apa-apa, tapi Yura benci saat semua orang memperhatikannya. Seakan penasaran seperti apa sosok Yura yang berhasil mengusik perhatian Hara dari bola voli. Yura juga ingin tau, mengapa Hara bisa menyukainya?

            “Cie, Sayur, ciee,” ledek Nita sembari mendorong tubuh gadis itu pelan. Nita dapat melihat jelas wajah sahabatnya yang berubah merah. Pasti Yura sangat malu dan marah.

            Gadis itu kembali menopang dagu saat pertandingan dimulai. Dia memperhatikan setiap gerakan Hara kala berlari mendekati net kemudian melompat lumayan tinggi, bola operan Kemal serasa mudah baginya untuk dipukul telak. Poin kembali masuk untuk tim SMA Kebangsaan. Dia melihat wajah Hara yang sangat bahagia dengan hasil dari pukulan telaknya. Cowok itu menunjukkan giginya yang rapih ke arah Yura yang tertawa kecil.

            Selesai latih tanding, tim Hara masih melakukan evaluasi atas performa mereka sore ini. Meskipun mereka menang berturut-turut, tetap saja akan ada evaluasi untuk menambah strategi mereka dalam bermain agar lebih baik lagi. Yura menunggu sendirian di bangku tribun dengan novel yang dia baca. Tadi Nita pamit pulang duluan karena abangnya sudah menjemput. Di sinilah Yura, memperhatikan Hara yang tengah sibuk memperhatikan pelatihnya berbicara dengan papan tulis putih di hadapan sebagai bahan evaluasi.

            “Lama nunggunya?” Yura tersentak saat mendengar suara bariton yang mengusiknya. Gadis itu menoleh dan menemukan hanya yang tengah tersenyum mata yang menyipit. “Balik, gak?” Hara mengencangkan tali tas bahunya, menoleh ke arah Yura yang tengah melepaskan earphone serta memasukkan novelnya ke dalam tas. Gadis itu memakai tasnya, kemudian bangkit dan mengangguk.

            Keduanya menuruni tangga tribun dan menemukan beberapa senior Hara dan ketiga teman cowok itu yang memperhatikan dirinya.

            “Loh, Yura masih nungguin Hara, toh,” Liam kaget saat melihat Hara turun bersama kekasihnya. Laki-laki itu memperhatiann Yura lamat-lamat, kemudian tersenyum. “Pasti capek, ya, nungguin cowok kamu kelamaan,” katanya.

            Yura tersenyum canggung. “Ya.. gitu deh,” dia kemudian melirik Hara yang masih mengobrol dengan Yugo dan Kemal. Matanya menatap Taka yang diam saja dengan kedua headphone yang sudah menutupi telinganya. “Hara, ayo pulang,” rajuk gadis itu, sedikit risih karena di sini hanya ada dirinya yang seorang gadis. Sepertinya manajer dari tim voli sudah keluar lebih dulu, dan pelatih juga guru pembimbingnya pun telah lenyap. Oh, Yura makin nggak nyaman.

            Hara menoleh lalu menepuk dahinya, lupa kalau sekarang dia harus mengantar Yura pulang. “Eh, maap-maap, abisan Yugo ngajak ngobrol.”

            Yugo melongo, tidak mengerti. “Lah, elo kali yang tiba-tiba ngomongin soal spiker SMA Cempaka tadi,” ucap cowok itu sebal.

            Hara  cemberut membuat Yura tertawa kecil lalu menarik Hara sembari berpamitan pada anggota tim voli lainnya. Karena sudah malam dan sebentar lagi adzan maghrib mungkin terdengar, Yura mempercepat langkahnya dengan Hara yang berjalan di sampingnya. Sekolah mulai gelap, namun lampu koridor tetap menyala sampai menjelang pagi. Gadis itu benci pulang malam, benci menunggu kegiatan Hara yang tidak pernah surut. Yura ingat pertandingan tadi selesai pada pukul 5 lebih 10 menit, kemudian ada evaluasi selama 20 menit. Yura heran bagaiaman Hara bisa tetap sehat dengan jadwal yang sangat menguras waktunya?

            “Orang tua kamu lagi ada di rumah?” tanya Hara ketika dirinya tengah mengenakan helm.

            Yura berdeham, gadis itu memasang kaitan helmnya sebelum naik ke atas jok motor cowok itu. “Tapi Ayah udah berangkat lagi tadi pagi, harus berlayar lagi,” ucapnya ketika motor Hara berjalan keluar dari sekolah. Cowok itu dapat merasakan angin malam yang menelusuk ke dalam blus yang ia kenakan. Dia memperhatikan wajah Hara dari kaca spion, sangat keren. Jarang-jarang cowok itu terlihat keren seperti ini. Biasanya suram karena dia beberapa kali kena bloker saat memukul bola.

            Sesampainya di rumah, Yura melepaskan helmnya dari kepala kemudian merasa aneh saat Hara memukul kepalanya dengan lembut. “Maaf, ya. Bikin kamu nunggu sampai semalam ini,” kata cowok itu, matanya mengintip ke arah rumah Yura yang terang. Bisa dilihat dari balik hordeng, wajah Tante Wiwit tengah tengah senang melihatnya dengan Yura yang berdiri di depan gerbang.

            Sadar akan tatapan Hara, Yura mendesah lalu mendorong tubuh lelaki itu agar menaiki motor kembali. “Pulang sana, salat, mandi, makan, belajar,” katanya penuh ditaktor.

            Hara terkekeh lalu melambai ke arah Tante Wiwit yang keluar dari rumah dengan tergesa-gesa. “Pulang dulu, ya, Tante! Assalamualaikum!” cowok itu naik ke dalam motornya lalu menjalankan kendaraan beroda dua tersebut, meninggalkan Yura yang mulai merasa dingin menyelimutinya.

            Dia menoleh ke arah ibunya, menyengir lebar. “Assalamualaikum, Bu.”

            “Waalaikumsalam. Kok, Haranya nggak diajak masuk? Kan biar sekalian salat sama makan malam di sini,” goda ibunya.

            Yura mendengus. “Ih, udah sih masuk aja. Udah malem,” Yura mendorong tubuh Ibunya agar masuk ke dalam rumah, menyembunyikan wajahnya yang kian memerah. Padahal sudah 6 bulan mereka pacaran, namun Yura masih saja malu.

***

Selepas makan, Yura masuk ke dalam kamarnya dan kembali belajar. Bukan belajar sih, tapi merangkai kata untuk persiapan lomba puisi bulan depan. Gadis itu berkali-kali menggoreskan kata di notenya, namun lagi-lagi puisinya harus dia hapus. Dia merasa kurang.

            “Lagi buat apa?” Ibunya tiba-tiba sudah masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu melihat kertas dari note yang baru saja dibuang ke tong sampah samping meja belajar. Beliau tersenyum, ternyata anaknya masih suka merangkai kata. “Buat lomba?”

            Yura diam, dia malas membicarakannya. Sungguh. “Hm.”

            “Temanya apa?” Ibunya duduk di atas kasur, membaca tiap kata yang berada di kertas tersebut.

            Yura membasahi bibirnya, merasa gugup. “Kebangkitan nasional,” katanya, melirik jam dinding seakan tiap detiknya berjalan sangat lambat.

            Ibunya mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian meletakkan kertas itu kembali ke tong sampang. “Semangat yah, jangan lupa berdoa. Kali aja ini kesempatan kamu,” kata wanita tersebut sebelum beranjak dari kamar Yura menuju kamarnya di lantai 1.

            Yura mengangguk dengan senyum tipis. “Siyap!” lalu entah sejak kapan rangkaian kata itu terasa mudah untuk dia tulis. Tiap baitnya seperti bersuara, ringan dan penuh semangat. Yura, berhasil menyelasaikan puisinya.

***

“Ra,” Hara menyapa gadis itu di kelasnya. Nita sedang keluar kelas, katanya ada urusan dengan Pak Fahmi mengenai nilai sejarahnya. Jadilah Hara duduk di kursi Nita dengan membawakan dua permen lolipop rasa strawberry dan anggur. Anggur untuk Hara, sedangkan Yura mengambil yang strawberry.

            Yura sedang asik dengan permennya saat Hara menyenggol bahu gadis itu. “Apa?” tanya gadis itu sedikit sebal.

            Hara mengeluarkan dua tiket nonton yang didapatkannya dari Ayah. Katanya, “Ini kamu ajak si Yura jalan-jalan, jangan ajak nonton voli mulu.” Ayahnya sungguh peka terhadap perasaan perempuan, beda dengan Hara yang masa bodoan.

            “Nonton?” Yura menatap Hara bingung, tumben sekali. Sejak awal mereka pacaran, Yura hampir tak pernah mengenal apa yang namanya kencan. Biasanya kalau dia tidak diajak nonton voli, pasti ke pusat games dan mereka berdua menghabiskan waktu serta uangnya untuk bermain games.

            Hara mengangguk dengan tanda yakin. “Iya, Ayah yang ngasih. Katanya sih, film ini seru,” ucap laki-laki itu, polos sekali. Masalahnya, tiket yang dibelikan Ayah Hara adalah tiket film horor. Yura benci film horor, Yura benci dibuat tegang.

            “Tapi.. ini kan, film horor, Har,” balas Yura, merasa tidak yakin untuk menerima ajakan Hara.

            Hara cemberut. “Kan ada aku,” katanya dengan nada merajuk.

            “Hah?” Yura makin bingung. “Ih, nggak mau! Entar kamu modus, lagi,” ucapnya.

            Hara masih kekeuh. “Lah, kan modusnya sama cewek sendiri, Sayurr.”

            “Tap-tapi.. kan, tetep aja!” Yura mengelak, beneran deh dia kesal. Bukannya apa-apa, tapi Yura paling nggak nyaman jika Hara mulai ngegombal tapi gagal. “Pokoknya aku gak mau!” balasnya.

            “Harus mau!”

            “Nggak!”

            “Mau!”

            “Nggak! Ish!”

            “Sayur harus mau!!”

            “Hara!” Yura sudah tidak tahan, bisa-bisa perdebatan kecil ini tidak akan usai dan mereka kemungkinan diusir dari kelasnya. “Oke, oke. Gue mau,” dia menyerah, kemudian memasukkan permennya kembali ke dalam mulut.

           Hara senang sendiri, hampir memeluk pacarnya lalu lupa kalo mereka sedang berada di tempat umum. Lagian, buat apa coba dipeluk? Emang Yura boneka? Eh, kan Yura emang mirip boneka. Boneka santet.

            “Besok aku jemput abis zuhur, ya. Kita nonton voli dulu,” kemudian cowok itu pergi meninggalkan Yura, keluar dari kelas gadis itu menuju kelasnya. Dia sangat bahagia.

            Beda dengan Yura yang cemberut. Dia pikir, Hara akan membawanya untuk makan siang bersama sembari menunggu waktu film dimulai. Nyatanya memang Hara nggak pernah tau caranya bersikap romantis! Sebal!

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • DekaLika

    Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwkwk iya nih

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
  • DekaLika

    Sensian amat Yura. Pms ya :v

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
Similar Tags
Invisible
22      15     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"
CATCH MY HEART
45      33     0     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
293      126     0     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
Akai Ito (Complete)
67      47     0     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Ujian Hari Kedua
3      3     0     
Short Story
Hei, kurasa kau terlalu sibuk menguras uang-uang kami. Jika iya, apakah kami mempunyai ruang untuk berkreasi disini? Aku terlalu muak dengan penjara yang kalian ciptakan. Aku tak mau menjadi seorang pengecut yang tunduk kepada orang yang bodoh. Aku pemberontak. Itu sebab aku lebih pintar dari kalian semua! -Kahar
Persapa : Antara Cinta dan Janji
109      55     0     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
ONE SIDED LOVE
19      15     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Doa
7      7     0     
Short Story
Berhati-hatilah dengan segala pemikiran gelap di dalam kepalamu. Jika memang sebabnya adalah doa mereka ....
The Twins
63      29     0     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
Lantunan Ayat Cinta Azra
103      61     0     
Romance
Lantunan Ayat Cinta Azra adalah kisah perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mung...