Read More >>"> Sahara (4. Hara Semakin Sibuk) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Set kedua kembali dimulai. Maehara sudah siap di barisan depan dengan Kemal yang menatap tajam ke arah Fandi yang tersenyum sinis. Servis pertama akan dilakukan oleh Taka. Lelaki itu sudah siap di baris belakang kanan untuk melakukan servis. Nita melihat laki-laki itu penuh harap, kemudian bola yang dipukul oleh Taka melambung tinggi hingga diterima oleh salah satu pemain dari SMA 3.

            Bola itu dioper ke arah salah satu pemain lainnya, sebelum akhirnya bola itu akan diterima oleh setter andalan SMA 3. Siapa lagi jika bukan Fandi. Sosok itu mulai merancang targetnya, membiarkan dua orang yang akan memukul bolanya. Namun dalam pikiran Fandi, dia sudah tau ke mana bola itu akan dilempar. Ketika Hara sudah bersiap untuk membloker pukulan lawan, nyatanya bola itu dipukul sendiri oleh sang setter.

            Kedua bola mata Hara beserta Kemal dan Taka membulat. Kenio yang biasanya berperan dalam menahan bola yang akan jatuh ke lapangan pun terdiam membeku. Bola itu tak dapat terpantul, poin pertama didapatkan oleh SMA 3. Maehara dan Kemal melirik Fandi yang tersenyum sinis, kemudian pandangan Hara jatuh pada Yura yang menatapnya penuh khawatir. Laki-laki itu terdiam, kemudian tersenyum dan kembali bermain.

            Kedua tim asik mengejar poin, membuktikan gerakan bertarung mereka dalam bermain voli untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam latih tanding kedua mereka di tahun 2018. Hara kembali melakukan serangannya, tapi kali ini berhasil ditahan kembali oleh bloker SMA 3 yang sepertinya sudah menyadari pola permainan Hara yang sejak awal mudah ditebak. Laki-laki itu menggeram kesal, dia tidak suka kalah. Jadi Hara kembali bermain dan berteriak, “Oper lagi, Mal!”

            Kemal melirik cowok itu, begitu juga Taka yang berdiri tak jauh dari Kemal. Yugo yang sejak tadi berada di dalam lingkaran pemain cadangan pun terkekeh. Hara tetaplah Hara, dia tak akan puas ketika sudah dikalahkan sekali bahkan lebih dari dua kali. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya dia melewati bloker, kemudian laki-laki itu dapat kembali mencetak poin.

            Tiga puluh menit berlalu, poin yang terkumpul untuk SMA Kebangsaan berkisar 20 poin. Sedangkan SMA 3 sudah mengumpulkan 21 poin. Hara melirik Fandi yang memerhatikan gerakannya. Lelaki itu melirik Liam yang kembali mengoper bola hingga melambung ke arah Kemal, dan Hara sudah berlari secepat kilat hingga beberapa penonton terpukau melihat gerakan cepat Hara. Yura meneguk ludahnya, sulit sekali untuk terbiasa dengan gerakan Hara yang super cepat.

            Kemal kembali mendorong bola itu, mengopernya entah pada siapa namun cowok itu percaya bahwa Hara lah yang akan menerimanya. Hara melompat, diikuti Fino dan Taka yang melompat di depan lelaki itu terlebih dahulu. Ketika Fandi dan dua orang dari timnya berusaha untuk memblok pukulan lawan, Taka dan Fino sama sekali tidak memukul. Mereka hanya melakukan gerakan menipu para bloker sebelum Fandi dan dua timnya perlahan turun dari lompatan melewat garis ring hingga pukulan keras Hara melesat dan memantul di atas lapangan indoor. Teriakan riuh terdengar, poin kedua sekolah tersebut seri.

            Hara tertawa bersama beberapa seniornya, sedangkan Kemal melirik Fandi yang terbengong. Mantan seniornya itu tertawa paksa, lalu menatap Kemal penuh benci sebelum kembali untuk bermain. Poin kembali terlewati oleh tim Hara dan kawan-kawan, sedangkan Fandi dan anggota timnya mulai terkecoh oleh gerakan Kemal serta Hara.

            “Intinya, jangan lepasin bocah kunyuk itu. Paham?”

            “Paham!”

            Mereka kembali pada jalannya permainan. Gerakan cepat Hara kembali dilakukan namun kali ini berhasil ditahan. Skor SMA 3 sudah memasuki 23, sedangkan SMA Kebangsaan masih menetap di 21. Hara melirik Fandi yang tersenyum remeh, kemudian menatap Kemal yang sama lelahnya. “Mal, op—“

            “Bawel,” potongnya. “Lo cuman berlari ke arah bola, oke?”

            Hara mengangguk.

            Di bangku penonton, Yura menggenggam tangannya kuat-kuat. Gadis itu merasa takut jika kali ini tim Hara kalah. Yura melirik bagaimana permaian dari SMA 3 mulai mengintimidasi, sedangkan pukulan Hara masih tertahan oleh para bloker. SMA 3 telah memasuki match point di mana posisi tersebut merupakan point penentu apakan SMA 3 akan menang dalam permainan di set kedua ini.

            Dengan peluh keringat membasahi dahi, Hara sekuat tenaga memukul bola tersebut dengan mata setengah menutup. Bola sama sekali tidak melewati bloker, melainkan tertahan dan tanpa sadar bola itu jatuh di area timnya sendiri. Hara terdiam, melihat tim SMA 3 yang menang dalam set kedua ini.

            Laki-laki itu melihat telapak tangannya sendiri, bertanya dalam hati apakan tangannya mulai lelah memukul bola?

            “Nggak apa-apa, ini cuman latihan. Kalah bukan berarti kita lemah, oke,” Liam selaku ketua tim voli berusaha mengenyahkan pikiran buruk para anggotanya. Terutama untuk Hara yang sangat terpukul atas kekalahan ini. Latih tanding hanya melakukan 2 set sesuai perjanjian dengan kepala sekolah. Maehara melirik ke arah Yura yang tersenyum dan melambaikan tangan.

            Ini bukan saatnya untuk menangis bagi Hara. Namun ini waktunya untuk berlatih.

***

Yura datang malamnya ketika lelaki itu meneleponnya tadi sore, memintanya untuk datang ke rumah Hara malam ini. Katanya, Tante Gita rindu pada kekasih anaknya itu, dan Yura dengan senang hati menyanggupinya. Dia senang jika harus membantu Tante Gita dalam memasak, terutama membuat pancake lezat yang membuat perut Yura mengaung setibanya di rumah Hara.

            Tanaman yang terpangkas rapih dan harum masakan rumahan menyambut Yura saat gadis itu memasuki pekarangan rumah dengan mendorong motor maticnya. Yura memarkirkan motornya dan berjalan menaiki tangga menuju pintu rumah yang terbuka lebar akibat adik perempuan Hara yang menggemaskan. Hani tersenyum lebar melihat kehadiran Yura malam ini. Dengan semangat, gadis kecil itu menarik Yura ke taman belakang. Tempat di mana terdengar bunyi pantulan bola voli, yang pastinya itu ulah dari Hara.

            “Kak Yura harus tau!” Hani tampak bersemangat sembari mengajak Yura berlari kecil menuju taman belakang rumahnya. “Bang Harhar main voli pake sarung!” serunya, kemudian tertawa kencang.

            Yura terbelalak dan melihat kekasihnya masih mengenakan sarung tengah melempar bola ke atas lalu memukulnya melewati ring. Hani berseru senang melihat Abangnya beraksi, sedangkan Yura menggigit bibirnya. Menahan sebal juga sedih karena Hara pasti merasa tertekan akibat kekalahan mereka kemarin. Gadis itu berjalan menghampiri cowok itu, kemudian menahan lengan kanan Hara untuk melempar bola.

            Lelaki itu tersentak, lalu menjatuhkan bolanya ketika melihat sosok yang dia tunggu. Dia tertawa kecil, kemudian mengacak rambut Yura dengan sedikit kasar. “Baru nyampe?” tanya Hara.

            Yura mengangguk. “Hm,” kemudian pandangannya jatuh pada sarung dan kaus hitam yang melekat pada tubuh kekasihnya. “Ngapain pake sarung, sih? Abis sunatan?” hardik Yura cepat.

            Hara tertawa lalu tersentak karena dorongan Hani pada tubuhnya. “Aduh, Hanhan, pelan-pelan dong!” tegur Hara lalu melihat Yura lagi. “Nggak, tadi abis salat maghrib di masjid sama Ayah. Terus karena males ke kamar, aku langsung ke sini buat latihan. Sambil nunggu kamu sih,” dia tersenyum.

            Yura nggak tau apa dia harus marah atau bakal senang. Melihat senyum Hara yang tulus serta polos, membuat Yura enggan untuk memarahinya lebih dari ini. Lagipula, dia ke sini untuk menemui Tante Gita. Apa Bunda dari Hara itu tengah memasak pancake?

            “Bunda mana, Hani?” Yura mengalihkan pandangannya dari senyum Hara ke cengiran manis Hani.

            Hani menepuk jidatnya, seperti lupa akan sesuatu. “Bunda di dapur, Kak! Ayok, ih! Bunda lagi masak buat makan malem,” katanya lalu kembali menarik Yura menjauhi Hara. Gadis kecil penuh semangat itu membuat Yura terkekeh, sangat mirip dengan Abangnya yang menyebalkan.

            Sampai di dapur, Yura menemukan Tante Gita yang tengah memotong cabai. Wanita itu menoleh ketika mendengar suara gadis kecilnya yang cempreng, kemudian memeluk Yura singkat sebelum menarik gadis itu untuk ikut memasak. Yura selalu senang ketika Tante Gita, atau biasa Yura panggil Bunda, mengajaknya untuk memasak. Gadis itu akan merasa seperti di rumah sendiri, dengan Bunda dan Ayah Hara serta Hani yang selalu membuatnya merasa tak seperti orang asing. Sikap mereka ramah, apalagi Om Heru yang suka melucu. Omong-omong, Om Heru pernah menjadi atlet voli semasa SMP dan SMA. Wajar banget kalo anaknya bisa gila sama voli.

            “Mama kamu masih penelitian, Ra?” tanya Bunda ketika mereka tengah memulai makan malam.

            Yura menghentikan aktivitasnya dalam mengambil sayur asem untuk Hani. “Iya Bun. Lusa katanya pulang,” ucap gadis itu.

            “Kalau Papa kamu, Ra. Dia sekarang tengah berlayar ke mana?” Ayah bertanya pada Yura, kemudian menyuapkan nasi ke mulutnya.

            Yura berpikir sejenak, mengingat percakapannya dengan Papa sehari yang lalu. “Kalau nggak salah, lagi di Singapur, Yah,” jawabnya. “Oh iya, katanya sih Minggu depan Papa pulang. Eum, cuman buat ngasih pesanan aku sih sebenarnya,” gadis itu berujar.

            Hara menoleh pada Yura yang tengah mengunyah makanannya. “Kali ini apa? Sepatu? Jaket a—“

            “Novel,” Yura menjawab. “Ya kalau gue kasih tau penulisnya, lo nggak kenal.”

            Hara tertawa.

            Selesai makan malam, Yura diajak untuk membantu Bunda membuat kue. Kali ini memang bukan pancake. Tapi, apapun buatan Bunda, pasti enak!

            “Kue apa, Bun?” Yura bertanya sembari memperhatikan Bunda mengeluarkan beberapa bahan dari rak.

            Bunda menoleh sembari tersenyum. “Roti O ala rumahan,” jawabnya.

            “Asik!”

            Malam Minggu Yura selalu menyenangkan karena keluarga Hara yang ramah serta masakan Tante Gita yang enak. Bahkan Yura sama sekali tidak pernah merasa kesepian lagi semenjak ia mengenal Hara dan menjadi kekasihnya. Mungkin dulu Yura akan berdiam diri di rumah, menunggu pesan dari Mama atau telepon Ayah yang menanyakan kabarnya. Tapi sekarang, Yura nggak pernah menunggu hal yang bahkan jarang dilakukan kedua orangtuanya untuk menghubungi gadis itu.

            Tapi Yura nggak pernah marah sekalipun kedua orangtuanya sangat sibuk. Asalkan mereka masih ingat pulang dan tak pernah tidak akur ketika berkumpul di rumah, Yura merasa cukup.

 


a.n

Hallooo gimana untuk bab 4 ini? Semoga kalian semakin suka yaaa sama Hara dan Yura ehehehe

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
Let Me Go
45      27     0     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
Daniel : A Ruineed Soul
8      8     0     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Melawan Takdir
19      10     0     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
Warna Jingga Senja
0      0     0     
Romance
Valerie kira ia sudah melakukan hal yang terbaik dalam menjalankan hubungan dengan Ian, namun sayangnya rasa sayang yang Valerie berikan kepada Ian tidaklah cukup. Lalu Bryan, sosok yang sudah sejak lama di kagumi oleh Valerie mendadak jadi super care dan super attentive. Hati Valerie bergetar. Mana yang akhirnya akan bersanding dengan Valerie? Ian yang Valerie kira adalah cinta sejatinya, atau...
ONE SIDED LOVE
17      13     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
MANTRA KACA SENIN PAGI
73      33     0     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
RAHASIA TONI
354      73     0     
Romance
Kinanti jatuh cinta pada lelaki penuh pesona bernama Toni. Bukan hanya pesona, dia juga memiliki rahasia. Tentang hidupnya dan juga sosok yang selalu setia menemaninya. Ketika rahasia itu terbongkar, Kinanti justru harus merasakan perihnya mencintai hampir sepanjang hidupnya.
Asa
108      42     0     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Verletzt
32      20     0     
Inspirational
"Jika mencintai adalah sebuah anugerah, mengapa setiap insan yang ada di bumi ini banyak yang menyesal akan cinta?" "Karena mereka mencintai orang yang tidak tepat." "Bahkan kita tidak memiliki kesempatan untuk memilih." --- Sebuah kisah seorang gadis yang merasa harinya adalah luka. Yang merasa bahwa setiap cintanya dalah tikaman yang sangat dalam. Bahkan kepada...
As You Wish
4      4     0     
Romance
Bukan kisah yang bagus untuk dikisahkan, tapi mungkin akan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil. Kisah indah tentang cacatnya perasaan yang biasa kita sebut dengan istilah Cinta. Berawal dari pertemuan setelah 5 tahun berpisah, 4 insan yang mengasihi satu sama lain terlibat dalam cinta kotak. Mereka dipertemukan di SMK Havens dalam lomba drama teater bertajuk Romeo dan Juliet Reborn. Karena...