Read More >>"> Sahara (18. Terpukul) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

“Ra, Ra! Tim sekolah kita lolos di babak penyisihan! Minggu depan ada pertandingan babak perempatan, jadi kamu harus tonton, ya!” Hara langsung menyerobot ketika Yura mengangkat teleponnya malam-malam.

            Pandangan Yura kosong, tapi gadis itu masih berusaha untuk mendengar cerita Hara. “Btw, Ra, aku udah denger lohh. Kamu juara kedua, ya? Wih, selamat! Senneg deh, pacarku juara dua, hehe,” lelaki itu tertawa, sama sekali tidak paham suasana hati Yura. “Kamu... nggak berpikir ini kesalahan, kan?”

            Yura masih diam, tidak tau harus membalas apa. “Hm,” Hara masih menunggu tanggapan Yura, tapi rasanya tidak ada. “Ini kesalaha, Har. Seharusnya, seharusnya, gue—“

            “Ra, keluar deh,” Yura mengerjap, kemudian membuka jendela kamarnya dan melihat di depan kamar. Hara berada di sana, dengan menunjukkan sekotak martabak dan sebotol fanta kesukaan Yura ketika sedih. “Aku bawa, ini. Turun dong!”

            Yura segera menarik jaketnya, kemudian keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Gadis itu membuka pintu rumahnya, dan membuka gerbang lalu langsung memeluk lelaki itu. “Kamu ke sini bu—“

            “Iya, ini buat hibur kamu sekalian rayain kemenanganku,” Yura langsung memasang wajah masam. “Bercanda, bercanda, Ra. Kamu laper, kan? Makan, yuk!” lelaki itu langsung duduk di kursi depan rumah Yura, dan gadis itu duduk di sampingnya. Dengan kesal, Yura mengambil sekotak martabak miliknya dan memulai memakannya tanpa ampun. Entah Hara benar-benar menghiburnya atau tidak, tapi dengan dibawakan martbak dan fanta, Yura pikir itu sudah cukup.

            “Kamu tau, gak, Ra?”

            “Hm?”

            “Tadi tuh, si Taka ngelakuin kesalahan. Dia gagal memblok lawan saat lawannya mulai memukul. Aku ketawa paling kenceng pas Taka ngelakuin kesalahan, Ra,” lelaki itu mulai bercerita, membuat Yura lagi-lagi asik mendengarkan. Seharusnya malam ini, Yura menghabiskan malam dengan bercerita dengan Hara atas kejadian hari ini. Dimulai dari awal event kartini hingga pengumuman kemenangan. “Dia goblok banget.”

            Yura tersenyum tipis, kalimat kepala sekolah tentang kemenangannya di posisi kedua masih terngiang jelas di ingatannya. Apalagi wajah senang teman-temannya, membuat Yura merasa konyol. Kenapa di sini hanya Yura yang merasa sedih karena gagal jadi perwakilan?

            “Terus kan, ya, si Kemal—“

            “Har,” Yura memotong cerita lelaki itu. “Aku ngantuk. Ceritanya lanjut besok aja, ya?” pinta gadis itu dengan tatapan memohon, hatinya masih sesak jika mengingat kejadian tadi siang.

            Hara terdiam, dia tersenyum. Seharusnya dia menghibur Yura malam ini, seperti apa yang disuruh oleh Kemal dan teman-temannta. Tapi karena tidak sabaran, malah Hara yang bercerita panjang lebar. Dia terlalu senang karena bisa lolos untuk mengikuti babak perempatan.

            Hara menarik Yura mendekat, mengusap lembut punggung gadis itu. “Kamu udah ngelakuin hal yang paling terbaik, Ra. Jadi jangan sedih lagi, ya?” katanya.

            Yura mengangguk dalam pelukan hangat cowok itu, namun sesak di dalam dadanya belum pudar. Mendengar Hara yang semakin jauh di depan membuat Yura merasa bodoh. Mengapa sulit untuk mengikuti langkah lelaki itu?

***

Esok harinya Yura kembali melanjutkan aktivitas di sekolah. Belajar, mengerjakan tugas, mencatat, istirahat, pulang. Semua dilakukan dengan monoton, tanpa ada gairah sama sekali. Merenung, Yura hampir dimarahi Bu Nina karena tidak memperhatikan ketika pelajaran Biologi berlangsung. Gadis itu menegak, bilang minta maaf dan izin ke kamar mandi, beralasan mencuci muka agar tidak mengantuk.

            Sembari berjalan ke kamar mandi, gadis itu melirik ke arah lapangan di mana kelas Hara tengah menjalani pelajaran olahraga. Seperti biasa, Pak Anwar akan menyuruh siswanya untuk lari keliling lapangan sebagai pemanasan sebelum memulai olahraga dengan belajar mendrible bola basket. Membosankan, pikir Yura lalu masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan sedikit kasar. Dia harus sadar, bahwa dia hanya menjadi juara dua dalam lomba menulis puisi.

            Ketika keluar, gadis itu menabrak seseorang membuat dirinya terdorong ke belakang. Ia mendongak, menemukan Kemal yang menatapnya heran. Lelaki di depannya itu mengenakan seragam putih abu-abu, tidak seperti Hara dan teman sekelasnya yang lain.

            “Lo sakit?” tanya Yura langsung.

            Kemal menggeleng. “Lupa bawa baju olahraga,” jawabnya singkat sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

            Yura mengedikkan bahu, lantas berjalan kembali ke kelas. Sepertinya, hari ini akan terasa lebih membosankan dibanding sebelumnya. Apalagi Hara bilang hari ini tidak bisa mengantar Yura pulang. Makin membosankan lah harinya.

***

“Lo mau pulang bareng gue, Ra?” tanya Nita sambil menunjukkan kunci mobilnya. “Gue lagi bawa mobil, nih. Nyokap lagi baek banget, Ra, mayan kan?” gadis itu menarik Yura menuju mobilnya lantas membukakan pintu mobil berwarna putih itu untuk Yura. “Duduk, ya, Ratu Galau.”

            “Maksud lo?” Yura balas mendengus.

            “Ya, emang lo lagi galau, kan?” Nita bertanya balik ketika sudah duduk di kursi pengemudi. “Kita mampir ke mcd dulu, ya! Gue lagi mau ice cream,” katanya.

            Yura hanya mengangguk, tidak terlalu peduli apa mereka mau mampir di warteg ataupun beli permen di warung pun, Yura benar-benar tidak ambil pusing. Selama perjalanan, Yura lebih banyak diam sembari memerhatikan jalanan Jakarta yang terik dan macet. Gadis itu membuka ponselnya, meliat-lihat feed instagram sebelum akhirnya bosan dan memuka sosial medianya yang lain. Tapi semuanya sama-sama membosankan. Bagaimana bisa Yura mulai kehilangan gairah hidup?

            “Ra,” Nita membelokkan mobilnya ke parkiran mcd, lantas memarkirkan mobil milik Ibunya dengan mulus. “Lo.. masih mikirin hasil kemarin?” tanya gadis itu sedikit ragu.

            Yura diam, lantas mengedikkan bahu.

            “Bohong banget, Njir,” umpat gadis itu nyablak. “Gini, ya, Ra. Bukannya gue sok bijak. Iya, dengan juara dua, lo nggak bisa lanjut ke lomba selanjutnya. Tapinya bukannya bagus, ya? Masih ada tahun depan, Ra. Lo bisa berkesempatan ikut FL2SN tahun depan, oke.”

            “Tapi, tapi.. Hara bisa,” sahut Yura tidak terima. “Dia bisa ikut O2SN tahun ini, Nit. Minggu depan malah dia mau penyisihan babak perempatan. Kenapa gue nggak bisa?”

            “Pfft. Capek gue ngomong sama cewek macem batu kayak lo, Ra. Takdir orang kan beda-beda, Ra. Masih untung lo juara tahun ini. Bayangin ada berapa murid yang tersingkir buat dapetin juara 1, 2, dan 3? Lo nggak bisa cuman ngeliat Hara, Hara, dan Hara. Hara sama lo beda. Itu cowok kalaupun kalah masih mau berjuang, nggak kaya lo yang dapet juara 2 aja ngeluh.”

            Yura tersentak. Jarang sekali Nita mengatakan kalimat yang paling masuk akal. Dia dan Hara jelas-jelas sangat berbeda. Hara dengan semangatnya, sedangkan Yura yang tidak punya semangat tapi ambisi besar. Nggak logis jika Yura yang hanya mengharapkan kemenangan tanpa semangat, disamakan dengan Hara yang selalu semangat meskipun kalah sekalipun.

            Dia harusnya lebih bersyukur.

***

Malam itu Yura asik mencari lomba-lomba di luar sekolah untuk meningkatkan skillnya. Dia menscroll ke bawah. Kebanyakan lomba yang ingin ia ikuti sudah habis masa berlakunya, ada pula lomba yang sudah diadakan tahun lalu. Kemudian untuk tahun ini belum ada kabar sama sekali mengenai lomba tersebut. Gadis itu melihat ponselnya yang bergetar, nama Hara tertulis di sana. Yura segera mengangkat telepon dari lelaki itu, sambil tetap mencari info tentang lomba kepenulisan.

            “Halo, jelek!” sapa Hara dengan riang. Seperti biasanya. “Lagi apa, nih? Belajar? Main game? Atau—“

            “Nyari info lomba,” jawab Yura lugas, lalu sadar akan jawabannya Yura pun langsung menjatuhkan wajahnya ke atas keyboard laptop. Malu sekali.

            Hara diam ditempat, kemudian tertawa kecil. “Wa-what? Serius nih, Yur? Gila, deh, pacarku mulai serius sama bidangnya,” dia meledek Yura, membuat Yura cemberut. “Mau ikut lomba apa, emang? Aku ada info lomba nulis cerpen, nih, kalau kamu mau. Nanti aku kirimin linknya,” kata cowok itu.

            Badan Yura langsung menegak. Ia memindahkan teleponnya ke telinga kiri. “Eh, serius, Har? Ih, mau! Kirim cepet!” gadis itu mulai tidak sabaran.

            Hara tertawa lagi. Senang rasanya melihat Yura mulai semangat terhadap mimpinya. “Oke, ini mau aku kirim. Aku tutup ya teleponnya.”

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • DekaLika

    Greget sama Hara. Btw itu kenapa namanya ngga Rezky aja ya :D

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwkwk iya nih

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
  • DekaLika

    Sensian amat Yura. Pms ya :v

    Comment on chapter 1. Telat Jemput
Similar Tags
Kisah Kasih di Sekolah
16      12     0     
Romance
Rasanya percuma jika masa-masa SMA hanya diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Nggak ada seru-serunya. Apalagi bagi cowok yang hidupnya serba asyik, Pangeran Elang Alfareza. Namun, beda lagi bagi Hanum Putri Arini yang jelas bertolak belakang dengan prinsip cowok bertubuh tinggi itu. Bagi Hanum sekolah bukan tempat untuk seru-seruan, baginya sekolah ya tetap sekolah. Nggak ada istilah mai...
TAKSA
4      4     0     
Romance
[A] Mempunyai makna lebih dari satu;Kabur atau meragukan ; Ambigu. Kamu mau jadi pacarku? Dia menggeleng, Musuhan aja, Yok! Adelia Deolinda hanya Siswi perempuan gak bisa dikatakan good girl, gak bisa juga dikatakan bad girl. dia hanya tak tertebak, bahkan seorang Adnan Amzari pun tak bisa.
With you ~ lost in singapura
5      5     0     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
Secret Love Story (Complete)
205      94     0     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
bengkel hidayah
4      4     0     
Short Story
Seorang laki laki terbuka mata hatinya setelah sekian lama ia menjadi lelaki yang tak bertanggung jawab atas kehidupan dirinya. Ia merajut asa dengan tekat yang kuat. Sehingga apa yang ia lakukan bisa menggantikan kehidupan yang dulu kelam.
Sibling [Not] Goals
25      21     0     
Romance
'Lo sama Kak Saga itu sibling goals banget, ya.' Itulah yang diutarakan oleh teman sekelas Salsa Melika Zoe---sering dipanggil Caca---tentang hubungannya dengan kakak lelakinya. Tidak tau saja jika hubungan mereka tidak se-goals yang dilihat orang lain. Papa mereka berdua adalah seorang pencinta musik dan telah meninggal dunia karena ingin menghadiri acara musik bersama sahabatnya. Hal itu ...
ALVINO
41      18     0     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
Violetta
7      7     0     
Fan Fiction
Sendiri mungkin lebih menyenangkan bagi seorang gadis yang bernama Violetta Harasya tetapi bagi seorang Gredo Damara sendiri itu membosankan. ketika Gredo pindah ke SMA Prima, ia tidak sengaja bertemu dengan Violetta--gadis aneh yang tidak ingin mempunyai teman-- rasa penasaran Gredo seketika muncul. mengapa gadis itu tidak mau memiliki teman ? apa ia juga tidak merasa bosan berada dikesendiri...
Kamu VS Kamu
39      22     0     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
SATU FRASA
219      102     0     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...