Read More >>"> Sahara (13. Pengumuman Babak Pertama) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Yura membuat nasi goreng penuh semangat karena hari ini adalah pengumuman babak pertama untuk lomba puisi, dan Yura nggak sabar dijemput Hara pagi ini. Gadis itu menuangkan nasi gorengnya ke atas piring, kemudian mulai memakan sarapanya dengan nikmat. Menikmati tiap menitnya sebelum Hara menjemputnya nanti.

            Selesai dengan sarapannya, Yura mengenakan kaus kaki kemudian sepatu, kemudian menyampirkan tali tasnya. Gadis itu keluar dari rumah dan mengunci pintu, lalu duduk di depan rumah menunggu si cowok nyebelin yang suka banget telat. Tapi Yura lagi nggak mau marah-marah, dia terlalu gugup untuk menunggu hasil pengumuman yang akan dipajang di mading pagi ini.

            Lima belas menit Yura menunggu, tapi Hara tak kunjung menampakkan diri. Gadis itu melirik ponselnya, balasan dari Hara yang mengatakan “OTW” sunggub bulshit jika Yura baca kembali. Hara, dengan segala kengaretannya sudah membuat Yura pusing pagi-pagi. Padahal Yura berharap pagi ini akan terasa lebih berbeda.

            Lima menit kemudian, tepat di pukul enam lebih 25 menit, motor Hara terparkir manis di depan rumahnya. Gadis itu segera bangkit kemudian membuka pagar lalu menguncinya. “Lama,” gerutu Yura sebelum naik ke atas motor. “Cepetan jalan!” Dia mulai marah.

            Dengan cepat Hara pun kembali menjalankan motornya, cukup ngeri melihat Yura yang mulai tidak sabar. Oke, Hara tau hari ini adalah hari yang penting untuk gadis itu, tapi jangan segalak ini dong!

            Sampai di sekolah, tanpa melirik Hara, Yura segera berlari menuju mading terdekat. Dia menyelip di antara tumpukan siswa yang memenuhi mading, mencari namanya dengan teliti sebelum membulatkan kedua bola matanya. Namanya ada di urutan ke enam, dengan total sepuluh nama yang lolos untuk babak terakhir. Babak final.

            “Alhamdulillah! Gila lah, sumpah gila!” Yura kegirangan. Dia keluar dari kerumunan siswa dan menatap Hara yang memandangnya dengan senyum lebar. Awalnya, Yura pikir hari ini adalah akhir hidupnya, merasakan kekalahan untuk keberapa kalinya dan melihat Hara di akhir pertandingan dengan senyum mengembang. Namun hari ini, Yura harus percaya bahwa usaha tidak pernah menghianati hasil.

            “Bener, kan?” Hara mengikuti Yura yang tengah gembira menuju kelas. “Aku udah bilang, kamu pasti lolos babak selanjutnya. Toh, puisi kamu keren-keren,” kata lelaki itu kemudian bersandar di kusen pintu kelas Yura, menatap gadis itu dengan kerlingan jahil. “Udah ya, jelek!”

            Yura terdiam saat Hara mencubit pipinya, kemudian meneriaki cowok itu dengan murka karena bilang kalau Yura jelek. “Dasar cowok gila voli!” teriak Yura di tengah alunan bel yang berdering, membuat banyak siswa berlari tergesa-gesa menuju kelas mereka. Takut jika guru sudah masuk kelas.

            Sedangkan Yura sudah duduk manis di kursinya. Tunggu, dia lupa kalau hari ini ada jadwal upacara, dan kelas Hara yang akan menjalankan tugas menjalankan upacara dari pembawa bendera sampai pemimpin upacara. Dengan cepat Yura mengeluarkan topinya lalu menarik Nita agar segera turun ke lapangan. Upacara sudah mau dimulai.

            Di lapangan, Yura dapat melihat Hara dibarisan paduan suara. Lelaki itu baris paling depan, dengar-dengar karena Hara paling pendek, jadilah lelaki itu ditaruh di depan. Biar keliatan.

            Gadis itu menahan tawa saat Hara terus diledek oleh beberapa teman sekelasnya, bilang kalau Hara imut sekali padahal lelaki itu anggota voli.

            Setelah barisan siswa dirapihkan, upacara pun dimulai dengan tenang. Langit biru dengan sinar matahari yang terasa hangat seakan tanda  bahwa hari ini menjadi hari yang paling berarti bagi Yura. Pertama kalinya dia lolos dalam perlombaan, pertama kali dia dapat melihat namanya menjadi salah satu nama yang berhak menang, pertama kali dia tau bahwa setiap orang punya kesempatan untuk menjadi sang juara.

            Yura mulai lupa bahwa perjalanannya masih panjang, dan setiap perjalanan itu akan ada tantangan yang lebih berat dari pada dikalahkan. Yaitu terlupakan.

***

Selama menunggu bel istirahat, Yura menatap langit biru yang mulai berubah abu-abu. Sepertinya akan turun hujan, padahal Yura berpikir bahwa ini adalah hari terbaiknya. Gadis itu memutar pulpennya, menatap Bu Tiwi dengan pandangan bosan. Meskipun lima menit lagi bel istirahat akan terdengar, tapi sepertinya pelajaran Pkn masih terasa panjang. Meskipun pembahasannya hanya soal PKI yang penuh perdebatan dengan beberapa temannya yang menyukai kisah tersebut.

            “Kapan sih, Bu Tiwi sadar kalo kita butuh istirahat,” keluh Nita sembari menelungkupkan wajahnya. Menatap halaman buku cetak Pkn dengan pandangan jenuh. “Setidaknya gue mau makan, abis itu gak apa deh ngomongin PKI lagi,” ucapnya.

            Yura mengangguk setuju, dia juga lapar, dan haus. Tapi setelah lima menit bel istirahat terdengar  nyaring, mengusik Bu Tiwi dengan pembahasan PKInya, wanita yang hampir berkepala empat itu masih kekeuh dengan mengajar. Baru sepuluh menit setelahnya, kelas Yura diperbolehkan istirahat. Menyisakan lima belas menit waktu istirahat yang sama sekali tidak mencukupi.

            Menyebalkan.

            “Hah! Setidaknya gue bisa makan bakmi,” celoteh Yura ketika mereka berhasil mendapatkan bakmi yang  tempatnya dipenuhi beberapa siswa lainnya. Gadis itu melirik kursi yang baru saja ditinggalkan, jauh dari Hara dan tiga temannya. Yura tersenyum dan menoleh pada Nita yang tengah menatap Taka dari jauh, mendengus. “Woi, Nit! Ayuk, ih. Sebelum kursinya diambil orang,” Yura menarik Nita dengan sebal, mengajak gadis itu untuk duduk di kursi mereka.

            Tapi sayang, baru saja lima langkah mendekati kursi tersebut, kursi itu malah diduduki teman sekelasnya. Dengan malas akhirnya Yura menuruti Nita, duduk di kursi yang sama dengan Hara dan lainnya. Aduh, Yura masih berharap ini hari terbaiknya. Jauh dari Hara, setidaknya sampai bel pulang nanti.

            “Eh, Ra, gue denger lo lolos babak pertama ya?” Yugo bertanya setelah menghabiskan jus jeruknya. Menatap Yura yang langsung tersenyum lebar lalu mengangguk. “Wah, hebat! Katanya babak finalnya dinilai dari vote siswa. Votenya mulai kapan, Ra?” Yugo bertanya lagi.

            Kemal yang tengah mengunyah es batu lantas menyahut. “Katanya mulai besok,” dia menelan es batunya, kemudian kembali berbicara. “Gue baca grup OSIS, sih.”

            “Iyalah. Lo kan anggotanya,” balas Hara sembari terkekeh. “Pokoknya kalian harus vote pacar gue!” lelaki itu menatap ketiga temannya dengan pandangan menuntut.

            Taka yang sejak tadi hanya diam pun menyahut. “Bawel,” balasnya, kemudian kembali memakan cikinya dengan kalem.

            “Kalo menang, emang dapet apaan?” tanya Yugo, penasaran. Dia sebenarnya nggak terlalu tau dengan perlombaan puisi dan lomba lainnya yang tengah diadakan sekolah. Seperti lomba Kimia, Fisika, Matematika, atau lomba karya seni seperti lomba baca puisi yang akan diadakan besok di aula, dan lomba karikatur, lomba nyanyi, dan masih banyak lagi.

            Kemal, selaku anggota OSIS yang bergerak di bidang olahraga dan kesenian pun menjawab. “Itu buat persiapan OSN sama FL2SN. Kedua lomba tersebut adalah lomba yang paling ditunggu-tunggu banyak sekolah, buat nambah prestasi bidang akademik maupun non akademik seperti puisi dan nyanyi,” dia menghirup sisa es teh manisnya, kemudian kembali bersuara. “Lomba yang kita ikutin yaitu O2SN merupakan salah satunya. Lomba non akademik, lomba olahraga. Selain voli, sekolah kita juga ikut lomba basket, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola, dan catur.”

            “Wah, hebat juga ya. Pantes si Taka ditawarin buat ikut lomba Matematika sama wali kelas,” ucap Yugo sembari menunjuk Taka yang terlihat santai.

          Nita membulatkan matanya, tidak percaya. “Demi apa? Wih, keren deh! Ternyata Taka jago Matematika, ya?” gadis itu menatap Taka dengan pandangan kagum. Sedangkan laki-laki yang ditatap mencoba menghindar dari tatapan itu, karena dia merasa risih dan bingung mau merespon seperti apa.

            “Emang si Takajelek itu pinter,” sahut Hara tidak suka. “Tapi gue lebih pinter, kok!” dia tersenyum bangga, melirik Yura yang hanya mendesah sembari memakan bakminya dengan nikmat.

            “Pinter apaan?” Taka menatap cowok itu, pandangan meremehkan.

            “Pinter kabur dari pelajaran! Hahahaha,” kata Kemal lalu tertawa, kemudian mulutnya langsung dibekap oleh Hara yang kebetulan duduk di hadapannya.

            Hara melirik Yura yang sudah kehilangan kesabaran. Gadis itu benar-benat lupa bahwa ini adalah hari terbaiknya. Karena mendengar Hara yang masih sering kabur dari kelas, Yura pikir mencubit Hara sebentar tidak apa-apa.

            “Maehara!”

***

Sepulang sekolah, Yura kaget saat melihat Ibunya yang tengah memasak di dapur. Gadis itu ingat sekali percakapan mereka semalam, bahwa Ibunya akan pulang dua Minggu lagi. Tapi kenapa malah lebih cepat dari dugaannya?

            “Kok udah pulang?” tanya Yura sembari duduk di meja makan, memperhatika Ibunya yang tengah memasak.

            Wanita itu menoleh, tersenyum. “Kebetulan penelitiannya tinggal buat proposal, jadi Ibu pulang bentar buat ngeliat kamu. Besok harus balik lagi,” kata Ibu sembari menuangkan tumis kangkung ke atas piring. “Kamu mandi gih, udah sore. Nanti abis maghrib kita makan.”

            Yura mengangguk mantap, menaiki tangga dengan perasaan senang tidak karuan. Malam ini dia nggak harus masak pasta, atau mie, atau memesan melalui grabfood jika sudah malas untuk bergerak ke dapur. Gadis itu membuka pakaiannya, kemudian mulai melakukan ritual mandi.

            Yura keluar dari kamar dengan mengenakan celana pendek selutut dengan kaus polos berwarna merah muda. Gadis itu menyalakan televisi, menonton acara komedi di depannya sambil menunggu disuruh makan.

            Sehabis salat maghrib, Ibu memanggil Yura yang masih asik menonton untuk ke meja makan. Mereka akan makan malam bersama, dan Yura dengan semangat sudah duduk di kursi dan mulai menyendok nasi. Masakan Ibunya selalu menjadi nomor satu yang paling terenak.

            “Gimana sekolah? Lomba puisi kamu, gimana?” Ibu memulai pembicaraan sembari menuangkan air ke gelas Yura, kemudian memulai makannya.

            Yura mengulum senyum. “Aku lolos babak pertama, besok mulai voting. Tiga puisi yang memiliki voting paling banyak, dia yang ikut lomba FL2SN, Bu!” seru Yura antusias. Dia menyuapkan tumis kangkungnya, melanjutkan aktivitas makannya.

            Wiwit, Ibu Yura, sangat terkejut mendengar kabar itu. Pasalnya selama Yura mengikuti lomba puisi atau karya tulis lainnya, gadis itu tak pernah lolos sekalipun hanya babak pertama. Selalu gugur. Wanita itu mengusap pipi anak gadisnya, merasa bangga. “Alhamdulillah, Nak. Ibu seneng dengernya,” ucap wanita tersebut penuh syukur. Wiwit jarang melihat anaknya segembira ini hanya karena lomba kepenulisan.

            Yura mengangguk penuh kegirangan. “Iya, Bu. Pokoknya Ibu doain Yura, yah. Biar Yura bisa ikutan FL2SN mewakili sekolah! Yura pengin kayak Hara, Bu,” ungkap gadis itu, kemudian kembali makan.

            Wiwit tersenyum kecil, mengangguk. Wanita itu sekali lagi menatap anak gadisnya, berharap kali ini setidaknya Yura menemukan jati dirinya. Wanita itu berharap meskipun nanti jika Yura tidak lolos, tekat gadis itu untuk menjadi penulis tak pernah pudar. Tapi Wiwit selalu berdoa, kali ini Yura berhasil menjadi juara di sekolahnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
Di Paksa Nikah
28      15     0     
Romance
Jafis. Sang Putra Mahkota royal family Leonando. Paras tampan nan rupawan. Pebisnis muda terkemuka. Incaran emak-emak sosialita untuk menjadi menantunya. Hingga jutaan kaum hawa mendambakannya untuk menjadi pendamping hidup. Mereka akan menggoda saat ada kesempatan. Sayangnya. Sang putra mahkota berdarah dingin. Mulut bak belati. Setiap ada keinginan harus segera dituruti. Tak bisa tunggu at...
Puisi, Untuk...
12024      2275     10     
Romance
Ini untuk siapa saja yang merasakan hal serupa. Merasakan hal yang tidak bisa diucapkan hanya bisa ditulis.
I have a dream
6      6     0     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
Dia Dia Dia
90      26     0     
Romance
Gadis tomboy yang berbakat melukis dan baru pindah sekolah ke Jakarta harus menahan egonya supaya tidak dikeluarkan dari sekolah barunya, saat beberapa teman barunya tidak menyukai gadis itu, yang bernama Zifan Alfanisa. Dinginnya sikap Zifan dirasa siswa/siswi sekolah akan menjadi pengganti geng anak sekolah itu yang dimotori oleh Riska, Elis, Lani, Tara dan Vera. Hingga masalah demi masalah...
A You.
16      13     0     
Romance
Ciara Leola memiliki ketakutan yang luar biasa kepada Shauda Syeffar. Seorang laki-laki yang dulu selalu membuatnya tersenyum dan menyanyikan lagu-lagu cinta untuknya setiap hari. Ciara melanjutkan hidupnya sebagai orang asing di hadapan Shauda, sedangkan Shauda mengumpat kepada dirinya sendiri setiap hari. Lagu-lagu cinta itu, kemudian tidak lagi dinyanyikan.
Dream
380      305     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Shinta
85      41     0     
Fantasy
Shinta pergi kota untuk hidup bersama manusia lainnya. ia mencoba mengenyam bangku sekolah, berbicara dengan manusia lain. sampai ikut merasakan perasaan orang lain.
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
14      12     0     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
LANGIT
414      119     0     
Romance
'Seperti Langit yang selalu menjadi tempat bertenggernya Bulan.' Tentang gadis yang selalu ceria bernama Bulan, namun menyimpan sesuatu yang hitam di dalamnya. Hidup dalam keluarga yang berantakan bukanlah perkara mudah baginya untuk tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Seperti istilah yang menyatakan bahwa orang yang sering tertawalah yang banyak menyimpan luka. Bahkan, Langit pun ...
The Bet
302      121     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...