Read More >>"> Berhargakah Sebuah Jiwa???
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Berhargakah Sebuah Jiwa???
MENU
About Us  

Tetes – tetes air hujan mulai membasahi tanah, membasahi segala sesuatu yang menghalanginya menuju bumi, termasuk  jiwa itu...yang sendiri dan kesepian......

Perlahan tapi pasti , jiwa kecil dan rapuh itu mulai bangkit dari lukanya.....luka yang baru saja tergores, tergores dengan sangat dalam dan lebar....luka yang akan terus menganga dan takkan pernah sembuh meski waktu yang akan menghapuskannya.....

            Dia menangis......, dalam kelamnya malam bersama rinai hujan yang tak kunjung reda di penghujung oktober ini. Bintang – bintang yang dulunya membuat jiwa itu tersenyum dan tertawa, seolah –olah kini mencibir dan mentertawakannya....langit malam yang mendung, seolah enggan mengumbar sinar kejora....

            Hening sesaat, saat jiwa itu mulai melangkah pergi meninggalkan taman kebencian itu, dia terus menagis dan meratapi apa yang baru terjadi....tak ada yang peduli, dan tak ada yang mau peduli, semua hanya diam membisu menjadi saksi bisu atas penderitaannya....

            Decit langkah sandalnya yang memecah keheningan malam, membuat sebagian orang merasa terganggu, mereka menegur dan menghardik jiwa itu tanpa tahu  penderitaan yang sedang ia tanggung....., sebuah derita karena suatu anggapan yang salah, salah untuk dimengerti oleh orang – orang yang tak bisa untuk mengerti...

            Apakah kalian tahu apa yang dirasakanya?, sendiri, takut, terhina, tanpa tujuan, dan rasa pedih dari luka yang terus mengaga bagai di tetesi asam seiring berjalannya waktu, bukankah waktu dapat menyembuhkan segala luka? Bagaimana dengan lukanya?

            “Tidak semudah itu, untuk dilupakan”, gumamnya terbata....

Sejenak ia berhenti di depan sebuah ruko kumuh, yang terasnya masih cukup lumayan untuk berlindung dan berteduh dari derasnya hujan malam ini....ia bersyukur  karena mendapatkan tempat berteduh di ruko itu, tapi ternyata ia salah....

            Baru sebentar ia beristirahat menyandarkan punggung mungilnya di sudut ruko, muncullah seorang bapak – bapak yang mengenakan pakaian yang kumuh bersama seorang gadis yang tampak seperti anaknya. Tanpa ia duga, bapak – bapak itu dengan kasar langsung membentak dan menghentakkan tubuh mungil itu ke ujung dipan ruko.....

“Ini tempat kami!!!, apa hak kamu untuk merebutnya!!!”, hardik bapak itu dengan wajah merah dan nada suara yang menggelegar pertanda ia sangat marah.

            Sontak, jiwa itu ketakutan dan merasa sangat sedih, sakit hati yang kini diraskannya mulai memuncak dan mulai bertambah perih menyayat kalbu, seolah dunia tak berpenghuni....sendiri....

Dengan mata yang masih melotot, bapak itu terus melihat kearah jiwa yang tak berdaya itu...seolah menyuruhnya untuk cepat – cepat meninggalkan tempat itu. Sekali lagi, jiwa itu kembali terusir dengan hina karena pengertian yang salah dari manusia yang tidak memiliki jiwa yang bisa mengerti jiwa lain...

Kemanakah jiwa letih itu akan pergi?, adakah suatu tempat dimana kehidupan jauh lebih baik?, yang dipenuhi oleh jiwa – jiwa yang bersih?, yang saling memahami satu sama lain??, ah, entahlah....kita tak pernah tahu....

Apalah harga sebuh jiwa dimasa kini, masa yang semakin rusak seiring perkembangan zaman, tak ada harga bagi sebuah hati nurani, hati nurani yang hanya bisa mengalah dan kalah dari hati jiwa – jiwa busuk itu...

Apakah ia harus pergi dari dunia ini?, menghilang selama – lamanya?, haruskah?, bagaimana caranya?

Perlahan ia bangkit berdiri dan mulai meninggalkan ruko itu dengan langkah yang terseok - seok, seiring pandangan tajam bapak itu yang seperti ingin mengulitinya hidup – hidup. Semua teras ruko di jalan itu telah di penuhi oleh pengemis dan gelandangan yang sama – sama mencari tempat untuk berteduh.

Aha!! bagaimana kalau dia berteduh di depan toko?, tapi, akankah pegawai dan pemilik toko itu mengizinkannya?

“Tentu saja tidak”, jawabnya dalam hati. Dia tidak ingin mengulangi kejadian tadi...

Dengan masih berjalan di tengah derasnya hujan, jiwa kelam yang sayapnya patah itu mencoba mencari dimana tempat untuknya berteduh....

            Kini, sampailah ia didepan sebuah pabrik pembuatan kain yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya, karena bangkrut lantaran tak sanggup membayar hutang dan gaji karyawannya.

Dengan langkah yang semakin lemah dan tak bertenaga, jiwa sakit itu mulai menjejakkan kaki yang jari – jarinya mulai membiru kedinginan itu di salah satu anak tangga, dia terus berusaha hingga mencapai titik kemampuannya bersama helaan nafas yang mulai melemah, akhirnya....sampailah ia di lantai yang paling teratas, lantai yang bebas dimasuki siapapun karena tidak ada gembok yang mengunci pintunya...bersama hitungan tangga yang ke 435...

            Dengan sisa – sisa tenaga, ia mulai mencari sudut di atap gedung itu, memang sulit mencari atap gedung yang tak beratap...tapi untunglah gedung itu tidak terbuka seluruhnya, setengah dari atap gedung menutupi sebagian tempat itu, setahunya, atap itu memang didesain seperti itu....Perlahan ia mulai merebahkan tubuh rapuhnya yang mulai memucat kesudut tembok bangunan itu...

            Tanpa disadarinya ia tertidur, karena rasa kantuk dan lelahnya. Tanpa diduga, entah darimana sosok itu muncul, sosok yang sangat putih dan besar yang mengajakknya untuk pergi....ia mencoba untuk meraih dan menggenggam  sosok itu, tapi perlahan semua memudar dan menjadi bercak – bercak merah yang bergerak seperti mengejarnya, ia berlari ketekutan dan berteriak sekencang – kencangnya, tapi apadaya suaranya seperti tertelan hening.

            Ia tersentak, bangun dari mimpi buruk itu. Dia mengamati sekitar, gelap, hening dan sepi  yang ia rasakan semakin menjadi nyata. Tak ada penerangan di gedung ini, cahaya yang ada berasal dari kilauan kota yang tak terlalu terang. Apakah gedung ini berhantu, setelah ditinggalkan bertahun – tahun silam?, ia mulai mengencangkan dekapantangannya di atas lutut yang mulai menggigil karena dinginnya hujan malam yang belum juga usai menuai pertunjukkannya.

Tiba – tiba sosok itu muncul, tapi sangat berbeda dari sebelumnya, sosok itu bertubuh kurus kering yang teramat jelas ketika angin mengobarkan jubahnya. Jubahnya yang sangat lusuh dan berwarna hitam yang agak pudar melambai – lambai diterbangkan sepoi angin. Wajahnya yang samar terlihat memelas bersama gerakan tangannya yang seolah – olah mengajak jiwa suram itu untuk ikut dengannya. Sosok  itu berdiri agak membungkuk di tiang pagar pembatas pinggiran gedung itu.

            Jiwa itu, terkesima. Ia terus mengucek – ngucek matanya dan berharap itu hanyalah mimpi, tapi sosok mengerikan itu tak kunjung hilang, apakah ini nyata?

Samar terdengar sosok itu berkata dengan suara yang parau.....

“ikutlah denganku”,............

Jiwa itu memberanikan untuk bertanya, “kemana?”....

Sosok itu hanya terdiam dan mengulangi ajakannya....

Seperti terhipnotis, perlahan jiwa itu bangkit berdiri dan melangkah kearah sosok itu, sekejap segala penderitaan, amarah dan rasa takut seperti menguasai dirinya, menghilangkan akal sehatnya....

“untuk apa aku hidup? Bila tak ada manusia yang  menghargaiku dan menganggap ku ada?, lebih baik ku akhiri semua penderitaan ini, mungkin sosok itulah yang akan membawaku ke tempat yang lebih baik”, ucapnya dalam hati.

Perlahan sosok itu mulai menjauh kedalam derasnya malam, dengan langkah yang tergesa – gesa jiwa yang sedang dalam bahaya itu mengejar sosok itu sambil berteriak....

“tunggu!!, tunggu aku. Kau bilang kau akan mengajakku, aku akan mengahiri hidupku dan mengikutimu”, ucap nya dalam keadaan yang sudah dikuasai amarah dan kesedihan sehingga menghilangkan akal sehatnya.

“kemarilah.....”, ucap sosok itu dengan seringaian kemenangan.....

Dengan cepat, jiwa itu mulai memanjat pagar pembatas, dan mulai mengejar sosok itu. Sesaat ia tersadar akan apa yang terjadi, ia sadar jika ia telah masuk perangkap iblis yang akan merenggut jiwanya, tapi terlambat!!!, jiwa yang kasihan itu terlanjur jatuh melayang – layang melewati 7 lantai yang ada.

            Sebelum jiwa itu sampai ke bumi, sosok yang sebenarnya iblis itu bergumam dengan tawa liciknya...

“hahaha, inilah akhir dari kemenanganku!!!, dan akhir dari jiwa yang selalu ditindas jiwa lain, begitulah hati nurani jiwa itu tak berharga!!!”

Jiwa itu masih sempat mendengar apa yang di katakan oleh iblis itu, kemudian ia berteriak dan berkata,”aku tak akan pernah menyesal memiliki hati nurani dari jiwaku, tapi aku akan lebih menyesal bila memiliki hati nurani dan jiwa sepertimu!!!!”, seru jiwa itu sebelum tubuh itu akhirnya benar – benar  jatuh menghantam bumi......

 

PS : Pssstttt! hati – hati, jika jiwa itu ada didekatmu!!!

 

How do you feel about this chapter?

4 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Titik
11      11     0     
Romance
Ketika semua harapan hilang, ketika senyummu menjadi miliknya. Tak ada perpisahan yang lebih menyedihkan.
ATHALEA
36      26     0     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
IMAGINE
11      11     0     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
Ketika Kita Berdua
1099      398     0     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Trick or Treat!
12      11     0     
Short Story
Malam Halloween ... saatnya untuk "Trick or Treat!"
Faerie City
90      69     0     
Fantasy
🌷[ Buku ini sudah resmi terbit di Cabaca.id ]🌷 Tiana Fairchild, gadis berumur 18 tahun ini pindah rumah bersama kedua orang tuanya ke kota kecil bernama Faerie City, yang konon adalah tanah leluhur para peri. Di kota itu ia mulai sering berpapasan dengan sosok dua pria misterius. Seiring berjalannya waktu, perkenalannya dengan mereka mulai membuka tabir misteri tentang identitas asli di ...
Kini Tinggal Kenangan
11      11     0     
Short Story
Berkisahkan tentang seorang gadis cantik yang harus mengalami tekanan mental dikarenakan ditinggalkan oleh orang yang disayang.
Ibu
8      8     0     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Senja di Pelupuk Mata
11      11     0     
Short Story
Telah lama ku menunggu senja datang dengan membawa sejuta senyuman. Kesendirian telah mengutukku beberapa tahun silam. Sunyi beserta sepilah teman yang senantiasa menemani hari-hariku. Tak memiliki saudara adalah garis takdir untukku. Tinggal di desa yang penduduknya acuh akan sekitar bukan pilihan utamaku. Aku melarikan diri dari gubuk tempat dimana aku dibesarkan. Pernikahanku berlangsung tanpa...
Mentari dan Purnama
12      12     0     
Short Story
Mentari adalah gadis yang dikenal ceria di kalangan teman-temannya. Tanpa semua orang ketahui, ia menyimpan rahasia yang teramat besar. Mentari berteman dengan seorang hantu Belanda yang berkeliaran di sekolah! Rahasia Mentari terancam ketika seorang murid baru blasteran Belanda bernama Purnama datang ke sekolah. Apakah kedatangan Purnama ada hubungannya dengen rahasia Mentari?